HIPOTESIS PENELITIAN PEMBAHASAN Pengaruh Restorasi Klas II Resin Komposit Bulk-Fill Pada Gigi Premolar Terhadap Ketahanan Fraktur

22

BAB 3 HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

3.2 Hipotesis Penelitian

Dari uraian diatas maka terdapat hipotesis pada penelitian ini yaitu: Ada pengaruh resin komposit bulk-fill pada restorasi klas II gigi premolar terhadap ketahanan fraktur. • Resin komposit A • Resin komposit B Ketahanan Fraktur • Resin komposit C • Resin komposit D Universitas Sumatera Utara 23

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis dan Desain Penelitian 4.1.1 Jenis Penelitian Eksperimental laboratorium

4.1.2 Desain Penelitian

Postest Only Control Group Design 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1 Lokasi Penelitian

1. Departemen Konservasi Gigi FKG USU 2. Laboratorium LIDA USU 3. Laboratorium Uji Mekanis Fakultas MIPA USU

4.2.2 Waktu Penelitian

Agustus 2015 – April 2016 4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi Gigi premolar atas dengan apikal yang sudah tertutup sempurna yang telah diekstraksi untuk keperluan orthodonti ataupun yang sudah diekstraksi karena mobiliti.

4.3.2 Sampel

Gigi premolar maksila yang telah diekstraksi dan diperoleh dari praktek dokter gigi dengan kriteria inklusi sebagai berikut : a. Gigi premolar satu dan dua rahang atas. Universitas Sumatera Utara 24 b. Tidak ada fraktur mahkota dan belum pernah direstorasi. c. Mahkota masih utuh dan tidak karies. d. Memiliki apikal yang sudah tertutup. Besar Sampel Jumlah sampel dihitung dengan menggunakan rumus rancangan eksperimental murni federer sebagai berikut : n-1 r-1 ≥ 15 r = ∑ perlakuan = 4 n-1 4-1 ≥ 15 3n –3 ≥ 15 3n ≥ 18 n ≥ 6 n = 10 pembulatan keatas Keterangan : r = jumlah perlakuan dalam penelitian n = jumlah sampel Besar sampel untuk masing-masing kelompok menurut perhitungan di atas adalah 10. Jumlah keseluruhan gigi premolar rahang atas adalah 40 sampel yang dibagi secara acak ke dalam empat kelompok perlakuan yaitu : Kelompok 1 : Restorasi kavitas klas II dengan resin komposit Tetric N Ceram bulk- fill Ivoclar-Vivadent. Resin Komposit A Kelompok 2 : Restorasi kavitas klas II dengan resin komposit Filtek bulk-fill 3M. Resin Komposit B Kelompok 3 : Restorasi kavitas klas II dengan resin komposit SDR bulk-fill Dentsply dan packable. Resin Komposit C Universitas Sumatera Utara 25 Kelompok 4 : Restorasi kavitas klas II dengan resin komposit packable 3M. Resin Komposit D 4.4 Variabel dan Definisi Operasional 4.4.1 Variabel Penelitian

4.4.1.1 Variabel Bebas

Restorasi klas II resin komposit bulk-fill.

4.4.1.2 Variabel Tergantung

Ketahanan fraktur gigi yang telah direstorasi

4.4.1.3 Variabel Terkendali

• Perendaman gigi dalam saline • Desain dan ukuran preparasi kavitas klas II premolar panjang 4 mm, lebar 4 mm dan kedalaman 4 mm • Aplikasi sistem adhesif total etch two step • Teknik insersi bulk sistem • Jenis dan bentuk mata bur : diamond bur : pear shape bur yang mempunnyai cutting diamond sebesar 5 mm 1 bur untuk 3 gigi • Ketajaman mata bur 1 bur untuk 3 gigi • Sumber sinar LED • Waktu penyinaran light cured 20 detik • Jarak penyinaran dengan bahan restorasi 1 mm • Arah penyinaran light cured tegak lurus terhadap permukaan bahan restorasi • Intensitas sinar 1000 – 1200 mwcm 2 • Panjang gelombang 450-470 nm • Suhu dan proses thermocycling 200 putaran pada suhu 5 ˚C dan 55˚C • Metode penyinaran continous Universitas Sumatera Utara 26

4.4.1.4 Variabel Tidak Terkendali

• Masa jangka waktu pencabutan gigi premolar sampai perlakuan • Ketrampilan operator • Keberadaan smear layer • Keberadaan micro crack • Pembentukan hybrid layer • Variasi bentuk penampang mahkota • Usia pasien pada waktu gigi diekstraksi

4.4.1.5 Identifikasi Variabel Peneliti Variabel Bebas

• Restorasi klas II dengan mengunakan resin komposit bulk-fill. Variabel Terkendali • Perendaman gigi dalam saline • Desain dan ukuran kavitas klas II panjang 4 mm, lebar 4 mm dan kedalaman 4 mm • Aplikasi sistem adhesif total etch two step • Teknik insersi bulk system • Jenis dan bentuk mata bur : diamond bur berbentuk pear shape • Ketajaman mata bur 1 bur untuk 3 gigi • Sumber sinar led • Waktu penyinaran light cured 20 detik • Jarak penyinaran dengan bahan restorasi 1 mm • Intensitas sinar 1000-1200mwcm 2 • Panjang gelombang 450-470 nm • Suhu dan proses thermocycling 200 putaran pada suhu 5 ˚c dan 55˚c • Metode peyinaran : continous polymerization Variabel tidak terkendali • Masa jangka waktu pencabutan gigi premolar atas sampai perlakuan. • Ketrampilan operator • Variasi bentuk penampang mahkota • Pembentukan hybrid layer • Keberadaan smear layer • Keberadaan micro crack sebelum preparasi • Usia pasien pada waktu gigi diekstraksi Variabel tergantung Ketahanan fraktur gigi yang telah direstorasi Universitas Sumatera Utara 27

4.4.2 Definisi Operasional

Tabel 1. Definisi operasional VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL CARA UKUR ALAT UKUR SKALA UKUR VARIABEL BEBAS Restorasi klas II menggunakan resin komposit Tetric N Ceram bulk-fill Restorasi yang menggantikan kehilangan struktur gigi pada sebagian proksimal yang meluas ke arah oklusal dengan ukuran kavitas mesiodistal 4 mm, bukopalatal 4 mm, dan kedalaman 4 mm Memberikan tanda pada bagian oklusal gigi premolar atas yang telah dipreparasi dengan menggunakan kaliper dan aplikasi resin komposit dengan mengikuti ketentuan pabrik Kaliper, Probe Nominal Restorasi klas II menggunakan resin komposit Filtek bulk-fill Restorasi yang menggantikan kehilangan struktur gigi pada sebagian proksimal yang meluas ke arah oklusal dengan ukuran kavitas mesiodistal 4 mm, bukopalatal 4 mm, dan kedalaman 4 mm Memberikan tanda pada bagian oklusal gigi premolar atas yang telah dipreparasi dengan menggunakan kaliper dan aplikasi resin komposit dengan mengikuti ketentuan pabrik Kaliper, Probe Nominal Restorasi klas II menggunakan resin komposit SDR + Restorasi yang menggantikan kehilangan struktur gigi pada sebagian proksimal yang meluas ke arah oklusal Memberikan tanda pada bagian oklusal gigi premolar atas yang telah dipreparasi dengan menggunakan Kaliper, Probe Nominal Universitas Sumatera Utara 28 packable dengan ukuran kavitas mesiodistal 4 mm, bukopalatal 4 mm, dan kedalaman 4 mm probe dan aplikasi resin komposit dengan mengikuti ketentuan pabrik Restorasi klas II menggunakan resin komposit packable Restorasi yang menggantikan kehilangan struktur gigi pada sebagian proksimal yang meluas ke arah oklusal dengan ukuran kavitas mesiodistal 4 mm, bukopalatal 4 mm, dan kedalaman 4 mm Memberikan tanda pada bagian oklusal gigi premolar atas yang telah dipreparasi dengan menggunakan kaliper dan aplikasi resin komposit dengan mengikuti ketentuan pabrik Kaliper, Probe Nominal VARIABEL TERGANTUNG DEFINISI OPERASIONAL CARA UKUR HASIL UKUR ALAT UKUR SKALA UKUR Ketahanan fraktur Ketahanan gigi yang telah direstorasi dengan resin komposit bulk-fill dan resin komposit packable terhadap load yang diberikan dalam kecepatan 1 mmmenit hingga terjadi fraktur. Kemudian dicatat Sampel diletakkan pada balok basis akrilik sehingga sampel dapat berdiri 13,5 ˚ terhadap poros gigi dan diberi load melalui zig load pada alat uji. Newton Torse’s Electronic System Universal Testing Machine Ratio Universitas Sumatera Utara 29 4.5 Metode Pengumpulan Data 4.5.1 Alat Penelitian • Masker multisafe mask • Sarung tangan handseal • Kaliper untuk pengukuran outline form • LED light curing unit Delma PM LED-02 • Wadah plastik • High speed dental handpiece MK Dent, Germany • Pot akrilik • Spuit 10 ml untuk irigasi • Mikromotor strong 207b, korea • Diamond pear shape bur Dia bur • Pinset, spatula semen, instrumen plastis, probe, sonde lurus, semen stopper Dentica • Mata bur polish Dia bur • Matriks band Fendermate Directa AB • Bonding aplikator Microdon • Alat uji ketahanan fraktur Torsee’s Electronic System Universal Testing Machine Japan • Beaker glass Pyreex, Germany • Termometer Fisher, Germany • Busur Fiber castel • Water bath Memmert, Germany • Stopwatch Diamond, Germany • Penggaris • Jangka nilai tertinggi yang muncul pada layar. Universitas Sumatera Utara 30 Gambar 12. a. Kaliper, b. Bur, c. Light cure d. Spuit, e. Waterbath, f. Bonding aplicator, g. Mikromotor, h. Gun, i. Resin Akrilik Gambar 13. Torsee’s Electronic System Universal ... Testing Machine Japan i b Universitas Sumatera Utara 31

4.5.2 Bahan Penelitian

• 40 gigi premolar rahang atas yang telah dicabut untuk perawatan ortodonti • Saline untuk penyimpanan sampel penelitian • Resin komposit Stress Decreasing Resin Dentsply • Resin komposit Tetric N Ceram bulk-fill Ivoclar Vivadent • Resin komposit Filtek bulk-fill 3M • Resin komposit packable P60 3M • Bahan adhesif total-etch two step C-Bond wp-dental • Self curing acrylic Vertex • Vaselin • Aquadest • Gips untuk penanaman gigi

4.5.3 Prosedur Penelitian

a. Persiapan sampel Sampel yang digunakan sebanyak 40 buah gigi premolar rahang atas yang telah diekstraksi untuk keperluan ortodonti yang dibersihkan dengan scaler kemudian direndam dalam larutan saline. Kemudian sampel dikelompokkan menjadi empat Gambar 14. A. Resin komposit Tetric N Ceram bulk-fill, B. Resin Komposit Filtek Bulk-fill, C. .................... Resin Komposit SDR, D. Resin Komposit Packable a b d c Universitas Sumatera Utara 32 kelompok secara acak, masing-masing kelompok berjumlah 10 sampel dan ditanam dalam balok gips untuk memudahkan dilakukan preparasi dan restorasi. b. Perlakuan Sampel 1. Preparasi Sampel Bentuk Outline Form desain kavitas II mesio oklusal gigi premolar menggunakan pensil kayu dengan bantuan kaliper untuk mendapat ukuran yang akurat dengan ukuran lebar buko-lingual 4 mm, mesio-distal 4 mm kedalaman 4 mm. Preparasi kavitas menggunakan high speed handpiece dan akses ke jaringan enamel dan dentin menggunakan pear shape bur dan preparasi dimulai pada enamel permukaan oklusal. Selanjutnya kavitas diperdalam dengan memasukkan bur perlahan-lahan sehingga mencapai kedalaman 4 mm. Gambar 15. Penanaman sampel pada balok gips I II III IV Universitas Sumatera Utara 33 2. Restorasi Sampel Desain preparasi kavitas dilakukan menurut penelitian Thuydung et al 2014. Kelompok I : Pasang matriks pada bagian proksimal, lalu aplikasi etsa dengan menggunakan bonding aplikator selama 15 detik, kemudian bilas dengan air dan struktur gigi dijaga dan pertahankan tetap lembab moist. Selanjutnya aplikasikan bonding pada gigi yang sudah dipreparasi sehingga akan berpenetrasi ke dalam struktur yang ireguler dan sinari selama 20 detik untuk proses polimerisasi. Aplikasikan Tetric N Ceram bulk-fill sebagai restorasi dengan teknik bulk dan sinari selama 20 detik. Kelompok II Gambar 16. Desain preparasi klas II lebar 4 mm, panjang 4 mm dan dalam ... ............... 4 mm. a arah mesial, b arah oklusal. 29 4 mm 4 m 4 mm 4 m m Universitas Sumatera Utara 34 Pasang matriks pada bagian proksimal, lalu aplikasi etsa dengan menggunakan bonding aplikator selama 15 detik, kemudian bilas dengan air dan struktur gigi dijaga dan pertahankan tetap lembab moist. Selanjutnya aplikasikan bonding pada gigi yang sudah dipreparasi sehingga akan berpenetrasi ke dalam struktur yang ireguler dan sinari selama 20 detik untuk proses polimerisasi. Aplikasikan Filtek bulk-fill sebagai restorasi dengan teknik bulk dan sinari selama 20 detik. Kelompok III : Pasang matriks pada bagian proksimal, lalu aplikasi etsa dengan menggunakan bonding aplikator selama 15 detik, kemudian bilas dengan air dan struktur gigi dijaga dan pertahankan tetap lembab moist. Selanjutnya aplikasikan bonding pada gigi yang sudah dipreparasi sehingga akan berpenetrasi ke dalam struktur yang ireguler dan sinari selama 20 detik untuk proses polimerisasi. Aplikasikan Stress Decreasing Resin SDR sebagai intermediate layer dengan teknik bulk setebal 3 mm, diukur menggunakan probe dan sinari selama 20 detik. Selanjutnya, untuk tahap akhir aplikasikan resin komposit packable setebal 1 mm dan kemudian sinari selama 20 detik. Kelompok IV Pasang matriks pada bagian proksimal, lalu aplikasi etsa dengan menggunakan bonding aplikator selama 15 detik, kemudian bilas dengan air dan struktur gigi dijaga dan pertahankan tetap lembab moist. Selanjutnya aplikasikan bonding pada gigi yang sudah dipreparasi sehingga akan berpenetrasi ke dalam struktur yang ireguler dan sinari selama 20 detik untuk proses polimerisasi. Aplikasikan resin komposit packable sebagai restorasi dengan teknik inkremental dan sinari selama 20 detik. : a d e f a b c 1 Universitas Sumatera Utara 35 3. Finishing Polishing Pemolishan restorasi dilakukan menggunakan fine finishing bur untuk membuang restorasi resin komposit yang berlebihan kemudian lakukan pemolishan dengan menggunakan bur silicone pada permukaan restorasi. 4. Water Storage Termocycling Seluruh sampel yang telah direstorasi dimasukkan kedalam wadah dengan larutan saline dan direndam selama 24 jam. Selanjutnya lakukan proses termocycling dengan memasukkan sampel ke dalam baker glass yang berisi air es selama 30 detik dengan temperatur 5 ˚C lalu pindahkan dengan jeda waktu 10 detik ke waterbath dengan temperatur 55 ˚C lalu diamkan selama 30 detik dan lakukan berulang sebanyak 200 kali. Gambar 17. A. Aplikasi etsa 15 detik, B. Aplikasi bonding, C. Penyinaran 20 detik, D.Aplikasi resin komposit, E. Penyinaran 20 detik, F. Tahap Finishing. Gambar 18. Proses thermocyling f e 4 Universitas Sumatera Utara 36 5. Penanaman Sampel ke Dalam Cetakan Akrilik Gigi ditanam pada balok akrilik self curing yang dicetak dengan menggunakan spuit 10 ml yang telah diolesi dengan vaselin sebelumnya. Gigi ditanam 2 mm di bawah cemento enamel junction untuk menyerupai kedudukan gigi pada tulang alveolar. Setelah akilik hampir mengeras, akrilik dikeluarkan dari spuit. setelah itu dibuat balok basis akrilik dengan cetakan yang terbuat dari kaca dengan bantuan busur sebagai dataran penuntun kemiringan 13,5 ˚ terhadap aksis panjang gigi Desain balok akrilik dilakukan menurut penelitian Ozgunaltay et al 2015. 13,5 ˚ Gambar 19. Gambar balok basis akrilik Gambar 20. a. Balok akrilik, b. Sampel yang telah ditanam di akrilik. a b a b Universitas Sumatera Utara 37 Gambar 21. ilustrasi aplikasi load pada uji fraktur dengan kemi- ringan 13,5 ˚ untuk mensimulasikan keadaan eksentrik. 6. Proses Uji Ketahanan Fraktur Proses uji tekan dilakukan di laboratorium Uji Mekanis Fakultas MIPA USU untuk mengetahui kekuatan ketahanan fraktur dari sampel. Sampel diletakkan pada balok basis akrilik kemudian dilakukan uji tekan pada marginal ridge dengan kemiringan 13,5 ˚menggunakan Torsee’s Universal Testing Machine. Sampel ditekan dari arah oklusal dengan kecepatan 1 mmmenit sampai terjadi fraktur. Data yang diperoleh berupa load dalam satuan Kgf dan kemudian satuan diubah ke Newton N.

4.6 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji One Way Anova dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 untuk melihat perbedaan diantara kelompok I, II, III dan IV pada restorasi klas II premolar atas. 13,5 ˚ 13,5 ˚ Universitas Sumatera Utara 38

BAB 5 HASIL PENELITIAN

5.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap 40 buah sampel yaitu gigi premolar satu dan dua rahang atas yang dibagi secara random ke dalam 4 kelompok dengan perbedaan perlakuan. Setiap kelompok dilakukan preparasi kavitas klas II dan aplikasi sistem adhesif total etch two step dengan resin komposit yang berbeda. Kelompok I dan kelompok II menggunakan resin komposit bulk-fill high viscous, kelompok III menggunakan intermediate layer bulk-fill low viscous dan resin komposit packable, kelompok IV menggunakan resin komposit packable tanpa intermediate layer. Uji ketahanan fraktur dilakukan dengan menggunakan alat Torsee’s Universal Testing Machine dan data yang diperoleh berupa load dalam satuan kilogramforce Kgf dan kemudian dikonversikan kedalam satuan Newton.

5.2 Analisis Hasil Penelitian

Untuk mengetahui perbedaan ketahanan fraktur pada kelompok perlakuan digunakan uji one way ANOVA dengan derajat kemaknaan α = 0,05. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data telah terdistribusi normal atau tidak dan diperoleh hasil p0,05. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas varian terhadap data dan diperoleh hasil p0,05 yang menunjukkan varian data keempat kelompok tersebut homogen. Dengan demikian data yang diperoleh telah memenuhi syarat dan dapat dilakukan uji ANOVA. Data deskriptif uji ANOVA dengan perhitungan derajat kemaknaan α = 0,05 menunjukkan nilai rerata setiap kelompok. Tabel 2 memperlihatkan nilai rerata dari nilai ketahanan fraktur dan standar deviasi dari masin-masing kelompok. Terlihat bahwa kelompok II memiliki nilai rerata kekuatan fraktur tertinggi yaitu 785,71 N Universitas Sumatera Utara 39 dengan standar deviasi sebesar 143,48, kelompok I dengan nilai rerata kekuatan fraktur 762,86 N dan standar deviasi sebesar 185,83, kelompok III dengan nilai rerata kekuatan fraktur 680,88 N dan standar deviasi sebesar 128,73, dan kelompok IV dengan nilai rerata fraktur 676,76 N dan standar deviasi sebesar 112,30. Tabel 2. Data deskriptif yang menunjukkan nilai rerata dan simpangan baku dari uji ANOVA pada pengukuran ketahanan fraktur restorasi resin komposit pada kelompok I, II, III, dan IV. keterangan : I. Restorasi dengan resin komposit A II. Restorasi dengan resin komposit B III. Restorasi dengan resin komposit C IV. Restorasi dengan resin komposit D Hasil uji anova menunjukkan bahwa nilai p = 0,235 p0,05 secara statistik tidak berbeda signifikan pada ketahanan fraktur terhadap seluruh kelompok perlakuan tabel 2. Kelompok Ketahanan Fraktur Newton x±SD P I 762,86 ±185,83 0,235 II 785,71 ±143,48 III 680,88 ±128,73 IV 676,76±112,30 Universitas Sumatera Utara 40 Mea n of load Ne wto n Gambar 22. Grafik menunjukkan rerata nilai load restorasi resin komposit dengan KI, KII, KIII dan KIV Dari gambar 23 terlihat kelompok II memiliki nilai rerata ketahanan fraktur tertinggi yaitu 785,71 N kemudian diperingkat kedua yaitu kelompok I dengan nilai rerata sebesar 762,86 N. Selanjutnya kelompok III di urutan ke 3 dimana nilai yang didapat sebesar 680,88 N tidak berbeda jauh dengan nilai rerata pada kelompok IV 676,76 N. Perbedaan hasil pada pengujian setiap bahan dapat dipengaruhi oleh komposisi bahan, teknik pengaplikasian bahan ataupun akibat metode yang digunakan. Universitas Sumatera Utara 41 Pola fraktur yang didapat setelah diuji fraktur menunjukkan berbagai bentuk dan kebanyakan terjadi fraktur pada restorasi. Selain itu terdapat pula sampel yang mengalami poreus dan sampel lain hanya mengalami crack namun jauh dari daerah tekan. Gambar 23. a pola fraktur yang jauh dari daerah tekan, b adanya poreus didalam restorasi b a Universitas Sumatera Utara 42

BAB 6 PEMBAHASAN

Pada penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental dengan desain penelitian postest only control group design. Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah gigi premolar atas dengan menetapkan beberapa kriteria yaitu ukuran mahkota gigi yang tidak berbeda secara ekstrim, tidak ada fraktur mahkota dan belum pernah direstorasi, mahkota masih utuh dan tidak karies. Jumlah gigi yang digunakan adalah sebanyak 40 buah gigi yang dibagi secara random ke dalam empat kelompok perlakukan yaitu kelompok Tetric N Ceram bulk-fill Ivoclar-Vivadent, kelompok Filtek bulk-fill 3M, kelompok SDR Dentsply dan kelompok packable P60 3M. Penelitian ini juga menggunakan matriks sectional Fendermate Directa AB yang dapat memberikan adaptasi yang lebih baik sehingga mencegah overhanging. Berdasarkan hasil yang diperoleh setelah dilakukan proses uji tekan pada keempat kelompok, secara deskriptif didapat nilai rerata kelompok restorasi bulk-fill lebih besar dengan nilai terbesar terdapat pada Filtek bulk-fill 3M 785.71N kemudian disusul oleh Tetric N Ceram bulk-fill Ivoclar-Vivadent 762.86 N dan kemudian SDR Dentsply + P60 3M 680.88 N, sedangkan P60 3M 676,7 N menempati urutan terakhir. Tetapi hasil ini tidak berbeda secara statistik, ini ditunjukkan dari hasil uji one way ANOVA pada keempat kelompok perlakuan dengan nilai p0,05. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang didapat oleh Rosatto et al 2015 yang meneliti ketahanan fraktur pada gigi molar yang telah dipreparasi klas II dan direstorasi dengan resin komposit bulk-fill dan resin komposit packable, hasilnya menunjukkan bahwa bulk-fill memiliki nilai ketahanan fraktur yang lebih tinggi diandingkan resin komposit packable . 30 Universitas Sumatera Utara 43 Filtek bulk-fill 3M mempunyai nilai fraktur terbesar karena menggunakan dua jenis monomer yang apabila dikombinasikan dapat mengurangi shrinkage. Monomer pertama yaitu AUDMA aromatic dimethacrylate akan mengurangi kelompok resin reaktif, ini akan mengurangi shrinkage volumetric. Monomer kedua yaitu AFM addition fragmentation monomer akan membelah proses fragmentasi yang sedang berlangsung sehingga akan memberikan efek relaksasi pada saat polimerisasi terjadi sehingga akan mengurangi stress. 25 Filtek bulk-fill 3M juga memiliki tipe filler yang berbeda yaitu menggunakan tipe filler nanocluster dimana tipe filler ini dapat meningkatkan sifat mekanis resin komposit. Hal ini didukung oleh penelitian Hambire UV et al 2012 yang menemukan bahwa resin komposit nanocluster dapat menyerap stress akibat load yang diberikan dengan cara pecah menjadi fragment-fragment kecil dan terpisah dari struktur cluster utama dan hal ini akan meningkatkan resistensi terhadap fraktur. 25,31 Kim et al 2002 menemukan bahwa terdapat pengaruh dari kadar filler terhadap flexural strength, modulus, kekerasan dan ketahanan fraktur. 32 Hasil pengujian pada Tetric N Ceram bulk-fill Ivoclar-Vivadent menunjukkan nilai yang jauh lebih tinggi daripada resin komposit packable, ini disebabkan karena terdapat kandungan 17 filler khusus yaitu isofillers, merupakan suatu filler khusus yang berfungsi sebagai shrinkage stress reliever yang dapat mengurangi polimerisasi shrinkage. Shrinkage stress reliever ini mempunyai modulus elastisitas yang rendah yaitu sebesar 10 Gpa jika dibandingkan dengan resin komposit packable yaitu sebesar 12 Gpa, sehingga akan menyebabkan bulk-fill memiliki sifat lebih fleksibel dan dapat berperan seperti pegas saat polimerisasi berlangsung sehingga mengurangi shrinkage yang terjadi dan dengan berkurangnya shrinkage yang terjadi saat polimerisasi maka stress dan resiko fraktur juga akan berkurang karena dapat meminimalisasi terbentuknya gap sehingga mengurangi terbentuknya micro crack serta mengurangi potensi gigi berada dalam keadaan under stress. 13,15,16 Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Giachetti et al yang menunjukkan adanya stress internal selama polimerisasi resin komposit dipengaruhi oleh modulus elastisitas bahan karena semakin tinggi elastisitas modulus maka stress yang dihasilkan pun Universitas Sumatera Utara 44 akan semakin besar dan semakin besar stress yang timbul pada resin komposit maka semakin besar pula resiko kegagalan. 13 Li et al 1985 menemukan bahwa ukuran partikel filler menentukan ketahanan fraktur bahan restorasi resin komposit. Semakin besar ukuran partikel filler, semakin besar kekuatan bahan restorasi resin komposit dalam menahan fraktur, pada SDR memiliki ukuran partikel rata-rata yang lebih besar yaitu 4,2 μm dibandingkan resin komposit packable yaitu 0,6 μm sehingga ukuran partikel yang lebih besar ini akan memperkuat ketahanan fraktur dari resin komposit. 33,34 Selain itu penggunaan resin komposit flowable sebagai intermediate layer pada kavitas klas II yang dikombinasikan dengan resin komposit packable diatasnya juga dapat mengurangi celah dan gap sehingga dapat mengurangi terjadinya crack yang dapat menimbulkan fraktur. 13,35 Meskipun hasil uji menunjukkan nilai yang hampir sama antara SDR dan packable namun untuk penggunaan jangka panjang SDR akan memberikan keuntungan karena memilki kemampuan adaptasi yang lebih baik dan dapat berperan sebagai stress relieve selama polimerisasi berlangsung sehingga dapat mengurangi stress. 26,36 Pada penelitian yang dilakukan oleh Do et al 2014 mendukung hasil yang didapat pada penelitian ini dimana pada penelitian yang dilakukannya menemukan bahwa shrinkage yang terjadi pada resin komposit bulk-fill tidak berbeda dengan resin komposit packable. 29 Polimerisasi shrinkage memiliki pengaruh memicu micro crack dimana micro crack ini dapat meningkatkan resiko fraktur. 13,17 Melalui hasil deskriptif dapat dilihat bahwa resin komposit bulk-fill memiliki ketahanan fraktur yang lebih tinggi dibandingkan resin komposit packable. Meskipun analisis one way ANOVA tidak menunjukkan hasil yang signifikan. Perbedaan yang tidak signifikan ini mungkin terjadi akibat beberapa faktor lain yang juga mempengaruhi. Proses kondensasi resin komposit kedalam kavitas juga berpengaruh, dimana partikel filler yang terpusat dan terkondensasi pada dinding kavitas akan meningkatkan perlekatan pada kavitas . 37 Selain itu adanya poreus pada restorasi resin komposit yang dapat disebabkan oleh proses pembuatan resin komposit itu sendiri Universitas Sumatera Utara 45 ataupun saat manipulasi bahan dapat mempengaruhi kekuatan fraktur. 38 Hal ini terlihat dari adanya poreus didalam restorasi pada salah satu sampel. Poreus ini dapat menurunkan kekuatan restorasi karena stress yang terkonsentrasi disekitar poreus akan menyebabkan nilai fatigue bahan menjadi rendah dan meningkatkan resiko fraktur. 39 Gambar 23b Proses polishing juga dapat mempengaruhi adaptasi bahan, penelitian yang dilakukan oleh Pierre et al 2013 menunjukkan pemolishan gigi dari arah gigi menuju restorasi akan meningkatkan potensi terbentuknya celah atau gap pada dinding kavitas. Selain itu panas yang dihasilkan sewaktu pemolishan juga dapat merusak adaptasi bahan tambal dengan gigi dimana hal ini akan mempengaruhi distribusi stress pada gigi. 40 Makramani et al 2013 gigi yang digunakan pada penelitian meskipun telah dipilih dengan mempertimbangkan dimensi yang mirip pada tiap sampel namun variasi dari sifat mekanis dan fisis pada gigi alami tidak dapat dihindari, variasi ini dapat menyebabkan hasil yang tidak signifikan. 41 Pada penelitian ini, variasi bentuk tonjol, posisi tonjol maupun tinggi tonjol premolar atas yang menjadi sampel juga tidak dikontrol. Selain itu adanya kemungkinan micro crack yang sudah ada sebelumnya juga tidak dikontrol karena pada penelitian ini sampel yang digunakan tidak diamati di bawah mikroskop untuk memastikan tidak adanya micro crack. Hal ini terlihat dari fraktur yang muncul pada beberapa sampel jauh dari daerah tekan sehingga hal ini dapat mempengaruhi hasil yang didapat Gambar 23a. 42 Pada penelitian ini gigi yang digunakan tidak dikendalikan usianya apakah didapat dari pasien yang sudah tua ataupun muda karena usia merupakan faktor penting dalam menentukan ketahanan fraktur suatu gigi sehingga hal ini dapat mempengaruhi hasil pada penelitian ini. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Noronha et al 2011 menemukan bahwa ketahanan fraktur gigi premolar atas pada usia muda 18-21 tahun berkisar 77,5 Kgf sedangkan pada usia tua ≥60 tahun berkisar 128,9 Kgf, perbedaan ketahanan fraktur yang jauh ini disebabkan oleh susunan enamel rods pada usia muda yang berbentuk tegak lurus sedangkan pada usia tua Universitas Sumatera Utara 46 berbentuk miring dimana perbedaan ini akan menentukan ketahanan fraktur suatu gigi. 28 Franca et al 2005 untuk meneliti ketahanan fraktur pada gigi, permukaan akar gigi harus dilapisi wax setinggi 2 mm di bawah cementoenamel junction untuk mensimulasikan jaringan periodonsium. 17 Dalam penelitian ini wax ataupun silicon tidak digunakan untuk melapisi akar gigi sehingga tidak mensimulasikan jaringan periodonsium sehingga kemungkinan dapat mempengaruhi hasil yang didapat. Proses uji tekan juga bisa menyebabkan perbedaan yang tidak signifikan. Pada penelitian ini alat uji tekan yang digunakan adalah Universal Testing Machine dimana alat ini tidak bisa mensimulasikan kondisi yang sepenuhnya sama dengan kondisi rongga mulut meskipun beberapa kondisi telah dilakukan untuk mensimulasikan lingkungan rongga mulut, hal ini disebabkan karena untuk menganalisis kemampuan material dari sistem restorasi sepanjang proses penggunaannya lebih dibutuhkan cylic stress yang memberikan load yang berulang-ulang sehingga didapat dinamic load yang dapat mensimulasikan tekanan pengunyahan yang lebih baik. Pada penelitian ini Universal Testing Machine hanya memberikan load pada satu arah dan satu titik sehingga tidak mensimulasikan gaya sebenarnya yang terjadi pada proses mastikasi. 3,41 Resin komposit bulk-fill merupakan resin komposit yang memiliki shrinkage polimerisasi yang rendah sehingga dapat diaplikasikan sampai kedalaman kavitas 4 mm sekali aplikasi. Oleh karena itu bahan ini dapat mempermudah teknik restorasi dan mengurangi waktu pengerjaan jika dibandingkan dengan resin komposit packable yang hanya dapat diaplikasikan maksimal 2 mm sekali aplikasi. Selain itu adaptasi yang baik akan menyalurkan tekanan dengan baik pada saat proses pengunyahan sehingga akan meningkatkan ketahanan gigi yang direstorasi. Pada penelitian ini dilakukan proses thermocycling dengan suhu 5 ˚ dan 55˚ karena merupakan suhu yang paling mirip dengan kondisi rongga mulut, kemudian dilakukan proses thermocycling sebanyak 200 kali yang setara dengan penggunaan selama 4 sampai 10 hari di dalam rongga mulut. Meskipun demikian namun hasil uji Universitas Sumatera Utara 47 belum menunjukkan nilai yang signifikan, oleh karena itu penelitian lebih lanjut perlu dilakukan langsung pada rongga mulut. 43 Universitas Sumatera Utara 48

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN