BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Umumnya eufemisme banyak dijumpai dalam BMS sehingga tidak salah bila dikatakan sebahagian besar kata-kata atau ungkapan terdiri dari eufemisme
dalam BMR. Hal ini sesuai dengan budaya MMR yang antara lain sangat menjunjung tinggi prinsip-prinsip sopan santun. Ketinggian dalam bersopan
santun menyebabkan terdapat keengganan untuk mengungkapkan hal hal yang tidak disenangi ataupun untuk menegur orang lain secara terus terang. Untuk itu,
dicarilah kata-kata tertentu yang dapat mengungkapkan perasaan tanpa harus menyinggung perasaan orang yang di tegur, yakni ungkapan eufemisme.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tipe eufemisme dalam BMR ada sebanyak 6 tipe, yakni: 1 ekspresif figuratif figurative expressions , 2
metaphor metafor, 3 satu kata menggantikan kata lain one for one substitution, 4 umum ke khusus general for specific, 5 hiperbola
hyperbole, dan 6 kolokial colloquial. Fungsi eufemisme dalam BMR ada 4 yakni : 1 fungsi sapaan, 2
menghindari tabu, 3 menyatakan cara, dan 4 menyatakan situasi. Khususnya pada fungsi sapaan dalam BMR urutan kelahiran seseorang sangat menentukan
untuk disapa. Makna dalam Eufemisme dikaji dari sudut pandang pragmatik karena
merupakan makna tuturan. Makna ujaran seseorang sangat bervariasi tergantung dari berbagai aspek.Makna dapat dijelaskan sesuai dengan konteks yang meliputi:
1 penutur dan lawan tutur, 2 konteks tuturan, 3 tuturan sebagai bentuk
Universitas Sumatera Utara
tindakan atau aktivitas, 4 tujuan tuturan, dan 5 tuturan sebagai produk tindak verbal.
6.2 Saran
Mengingat hampir sebahagian besar kata dan ungkapan terdiri dari eufemisme dalam BMS. Namun di sisi lain generasi muda Melayu GMM
sebagai generasi penerus pada umumnya tidak lagi menggunakan eufemisme dalam berbicara, maka segera harus diambil langkah-langkah agar bahasa Melayu
Riau tetap dipakai oleh masyarakat Riau. Revitalisasi perlu dilakuan jika tidak menginginkan kehilangan eufemisme dalam BMR yang merupakan salah satu
bahagian dari budaya bangsa.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA