D. Tingkat Keakraban Penutur dan Lawan Tutur
Tingkat keakraban penutur dan lawan tutur pada tuturan di atas, dikatakan tidak akrab. Penutur dan lawan tutur baru saling berkenalan pada acara tersebut
berlangsung. Hal ini diketahui dari tuturan, 20 Anak beru menunggu izin, dari keluarge Datok Husny mulie, jika hubungan antara penutur dan lawan tutur sudah
akrab, biasanya nama tidak lagi disebutkan pada acara tersebut.
4.3.2 Konteks Tuturan
Austin 1962, dalam Wijana 1996:24-25 mengatakan bahwa konteks tuturan harus memenuhi tiga syarat 1 orang yang mengutarkan dan situasi
pengutaraan harus sesuai, 2 tindakan harus dilakukan secara sungguh-sungguh oleh penutur dan lawan tutur, 3 penutur dan lawan tutur harus memiliki niat
yang sungguh-sungguh untuk melakukan tindakan itu.
A. Orang yang Mengutarakan dan Situasi Pengutaraan harus Sesuai
Tuturan dalam BMR 22 Kalau die kene isok teketawaran lagi, jangan
dilanggar pantang, macam-macam saje isok tibe, ke atas te bepucok, ke bawah te berakar, ne bukan kate
ambe, tapi kate orang halus TDBI 22
Kalau dia kena nanti, tidak dapat dibantu lagi, jangan dilanggar pantang, macam-macam saja nanti
ke atas tidak berpucuk ke bawah tidak berakar, ini bukan kata penulis tapi kata orang halus
Universitas Sumatera Utara
Diperlihatkan dari Tuturan 22 di atas bahwa syarat 1, telah dipenuhi yakni kesesuaian antara orang yang mengutarakan dan situasi pengutaraan.
Tuturan 22 Dikatakan bahwa kesesuaian itu dapat dipenuhi di sini karena tuturan dalam konteks 22 di atas dituturkan oleh pawang laut pada acara jamu
laut, bertempat di pinggir pantai. Acara ini merupakan peninggalan animisme berupa kepercayaan dalam masyarakat untuk mempersembahkan kepada
penunggu laut, agar hasil-hasil dari laut melimpah ruah.
B. Tindakan Harus Dilakukan Secara Sungguh-sungguh oleh Penutur dan Lawan Tutur
Tindakan yang dilakukan oleh pawang laut dalam hal ini sebagai penutur, juga diyakini secara sungguh-sungguh oleh lawan tutur dalam hal ini masyarakat
yang hadir dengan cara mematuhi pantangan yang telah disebutkan penutur 22 kalau die kene isok, teketawaran lagi... Semua masyarakat sebagai lawan tutur
yakin bahwa jika mereka melanggar pantangan tersebut, maka mereka tidak dapat disembuhkan lagi.
C. Penutur dan Lawan Tutur Harus Memenuhi Niat yang Sungguh-sungguh Untuk Melakukan tindakan
Tuturan berikut ini menunjukkan bahwa hal itu terlaksana, sehingga tuturan berikut ini dikatakan valid.
Tuturan dalam BMR 23 Sedeh sunggoh anak piatu
Tiade beharte diri dibenci Adat rumah tentu bepintu
Adat pintu tetap bekunci TDBI 23
Sedih sungguh anak piatu
Universitas Sumatera Utara
Tidak berharta diri dibenci Adat rumah tentu berpintu
Adat berpintu tentu berkunci Tuturan dalam BMR 24
Kalau rumah tide berpintu Dimane arah boleh disingkup
Kalau puan kate begitu Inilah kunci due serangka
TDBI 24 Kalau rumah tidak berpintu
Dimana arah boleh disingkap Kalau puan kata begitu
Inilah kunci dua serangkap Niat penutur dan lawan tutur memang terlihat sungguh-sungguh untuk
melakukan tindakan yakni memenuhi janji berupa uang hempang pintu yang telah mereka tetapkan bersama. Dalam konteks ini niat memberi kunci uang
hempang pintu yang diberikan dengan ikhlas oleh penutur telah diterima dengan ikhlas pula oleh lawan tutur. Keikhlasan tersebut tercermin dengan dipenuhinya
pemberian tersebut, Inilah kunci dua serangkap.
4.3.3 Tujuan Tuturan