Tuturan dalam BMR 21 Ampun Datok,
Seperti sireh pulang ke gagang Seperti pisang pulang ke tampok
Tak ade raje menolak sembah Hidup dikandung adat
Mati dikandong tanah Lembage diisi adat dituang
TDBI 21
Ampun Datok, Seperti sirih pulang ke gagang
Seperti pisang pulang ke tampuk Tak ada raja menolak sembah
Hidup dikandung adat Mati dikandung tanah
Lembaga diisi adat dituang
A. Usia Penutur dan Lawan Tutur
Tuturan di atas dikutip dari sebahagian pantun dalam rangkaian acara peminangan. Tuturan tersebut dituturkan oleh penutur telangkai yang berusian
sekitar 40-an, diambil dari rata rata usia penutur dalam acara adat, khususnya acara perkawinan Meskipun kadang-kadang dijuimpai penutur yang berusia
sekitar 50-an, namun ini jarang terjadi. Hal ini disebabkan banyaknya rangkaian acara yang harus diikuti dalam acara perkawinan, mulai dari merisik, meminang,
mengantar, menikah, dan bersanding. Untuk itu maka dipilih usia 40-an suatu usia
Universitas Sumatera Utara
yang dianggap sudah matang dari segi fisik dan mental untuk mengikuti rangkaian acara yang sedemikian banyak tersebut.
Sama halnya dengan usia penutur, usia lawan tutur pun rata-rata berkisar 40-an. Pada umumnya pihak yang ikut ambil bagian dalam acara tersebut hanya
yang sudah berumah tangga. Kecuali dalam acara mengantar diikutkan seorang anak dara, dan seorang anak lajang, masing masing mereka akan mengiringkan
pengantin.
B. Latar Belakang Sosial Ekonomi Penutur dan Lawan Tutur
Pada umumnya latar belakang sosial ekonomi penutur dan lawan tutur yakni menengah ke atas. Sebagaiman hal yang sudah umum diketahui bahwa
hanya golongan kelas menengah ke atas yang mempunyai waktu untuk mengikuti acara-acara adat. Kelas ekonomi menengah ke bawah, pastilah disibukkan oleh
tuntutan kebutuhan hidup yang harus mau tidak mau dipenuhinya seharian penuh, sehingga tidak memungkinkannya lagi untuk mengikuti rangkaian acara yang
demikian rupa.
C. Jenis Kelamin Penutur dan Lawan Tutur
Sesuai aturan dalam agama islam yang dianut oleh masyarakat Melayu, dimana kaum lelaki ditempatkan sebagai pemimpin dalam rumah tangga. Maka
dalam acara adat , seperti perkawinan , dimana penutur dianggap sebagai pemimpin dalam acara tersebut, begitu juga dengan lawan tutur, keduanya
berjenis kelamin laki-laki. Belum pernah ditemukan penutur dalam acara adat berjenis kelamin perempuan.
Universitas Sumatera Utara
D. Tingkat Keakraban Penutur dan Lawan Tutur