Contoh: 11 datang bulan haid
4.2 Fungsi Eufemisme
Berdasarkan hasil penelitian, eufemisme dalam BMR berfungsi untuk: 1. Sapaan
2. Menghindari tabu 3. Menyatakan cara
4. Menyatakan situasi
4.2.1 Sapaan untuk Menjaga Hubungan
A. Nama Tuhan Sebagai umat yang beragama MMR yang dikenal ketaatannya dalam
menjalankan agama yang dipeluknya, yakni agama Islam, selalu menjaga hubungan baik dengan sang pencipta, yakni Tuhan. Dengan demikian, sudah
menjadi hal yang tidak asing lagi dalam BMR, banyak ditemukan nama untuk menggantikan kata Tuhan yang digunakan dalam situasi resmi, maupun situasi
tidak resmi yakni dalam kehidupan sehari-hari. Di antaranya Allah azza wazalla, Nur Ilahi Robbi, Bismillah, dan sebagainya.
B. Nama Orang yang Didasarkan kepada Perbedaan Umur, Gender Latar
Belakang Sosial, dan Fungsi Sosial MMR sangat menghargai sopan santun dalam masyarakat.Salah satu hal
dari perwujudan sopan santun itu ialah menyapa orang lain.Dalam MMR sangat dipantangkan memanggil nama seseorang yang lebih tua dari penutur. Yang
Universitas Sumatera Utara
terutama harus dilihat sebelum menyapa yakni umur dan jenis kelamim seseorang. Apakah lebih tua atau lebih muda dari penyapa kepada orang yang lebih tua
usianya dari penutur akan disapa dengan abahjika laki-lakidan akak jika perempuan. Jika usia seseorang tersebut lebih tua dari usia penutur, maka
dipanggil uwak, jika lebih muda usianya dari orang tua si penutur,maka si penutur akan memanggilnya dengan pakcik jika laki-laki, dan makcik jika perempuan.
Masyarakat Melayu tersusun dari peringkat yang paling bawah yaitu rakyat jelata. Sistem sosial dalam masyarakat Melayu yakni sistem susunan lapis
dan pelapisan masyarakat. Urutan yang paling tinggi berada pada raja dan sultan, selanjutnya rakyat berada di bawahnya.
Selain itu merupakan hal yang penting diperhatikan. Dalam masyarakat Melayu panggilan kepada seseorang didasarkan urutan kelahiran. Anak pertama
harus disebut ulung, ulong, long, iyung ataupun yong. Anak kedua disebut ngah atau angah, anak ketiga disebut alang, anak keempat disebut uda , anak kelima
disebut andak , anak keenam disebut uteh, anak ketujuh disebut itam ,anak kedelapan disebut acik atau cik, anak kesembilan disebut ucu atau bungsu.
Sebutan itu berlaku umum kecuali sapaan terhadap anak-anak. C.
Nama Binatang Buas Ternyata hubungan baik tidak saja kepada sang pencipta ataupun kepada
sesama umat manusia, yang harus dijaga juga hubungan baik tersebut.Untuk itu, ada nama-nama tertentu pada hewan yang tidak dibenarkan disebut sesuka hati,
karena ia dapat marah .
Contoh:
Universitas Sumatera Utara
Kata ular harus diganti dengan kata akar. Jika di dalam laut agar ia tidak menggigit ataupun mengejar
Kata harimau jika berada didalam hutan, harus diganti dengan kata nenek ataupun datuk.
4.2.2 Menghindari Tabu