Gangguan Psikologis Perilaku Makan yang Salah

sudah tersedia. Anak banyak menggunakan waktunya dirumah dengan pembantu, kesempatan bermain kurang, juga menonton acara ditelevisi yang diselingi memakan makanan yang mengandung energi dan lemak tinggi mempermudah terjadinya obesitas.

2.2.2.3 Hereditas Faktor Keturunan

Faktor keturunan dapat mempengaruhi terjadinya kegemukan. Pengaruhnya sendiri sebenarnya belum jelas, tetapi memang ada bukti yang mendukung fakta bahwa keturunan merupakan faktor penguat terjadinya kegemukan. Dari hasil penelitian gizi dari Amerika Serikat, dilaporkan bahwa anak- anak dari orang tua normal mempunyai 10 peluang menjadi gemuk. Peluang ini akan meningkat menjadi 40 – 50, bila salah satu orang tua menderita obesitas, dan akan meningkat lagi menjadi 70 – 80 bila kedua orang tua gemuk. Bernet dan Gurin dalam wirakusumah 1994 menyatakan bahwa orang yang mempunyai bawaan gemuk, secara alami ia akan menjadi gemuk, dan orang yang mempunyai bawaan kurus maka secara alami ia akan menjadi kurus. Keadaan ini tidak akan berubah, bila tidak ada upaya kontinu yaitu mengubah kebiasaan makan yang menyebabkan kegemukan dan meningkatkan aktivitas fisik.

2.2.2.4 Gangguan Psikologis

Gangguan psikologis merupakan salah satu penyebab obesitas. Pada anak yang mengalami gangguan psikologis, misalnya anak yang sedang bersedih hati dan memisahkan diri dari lingkungannya, timbul rasa lapar dan nafsu makan yang berlebihan sebagai kompensasi terhadap problemanya. Sejumlah hormon akan disekresi sebagai tanggapan dari keadaan psikologis, sehingga terjadi peningkatan metabolisme energi untuk dipecah dan digunakan untuk aktivitas. Apabila seseorang tidak dapat menggunakan energi yang disediakan, maka tubuh tidak mempunyai alternatif lain yaitu dengan menyimpannya sebagai lemak. Universitas Sumatera Utara Apabila keadaan ini berlanjut dan tidak terkontrol, serta makanan yang dikonsumsi tinggi energi, akan menimbulkan kebiasaan makan yang tidak baik dan dapat menyebabkan kenaikan berat badan atau bahkan kegemukan.

2.2.2.5 Perilaku Makan yang Salah

perilaku makan yang salah dapat disebabkan karena kebiasaan makan yang salah didalam dan diluar keluarga. Hal ini sering ditiru anak-anak, misalnya makan yang berlebihan, frekuensi makan yang sering, kelebihan snack. Apabila tidak dibatas, maka energi yang masuk akan sangat tinggi. Kebiasaan makan yang salah diatas dapat dijelaskan lebih terperinci seperti hal-hal berikut : a. Cara memilih makanan yang salah Hal ini terjadi, terutama disebabkan semakin banyaknya dijual makanan cepat saji yang mengandung kalori tinggi, seperti pizza, hamburger , fried chicken, sphageti, es krim, kue kue tart, donat dan sebagainya yang mengandung lemak dan gula tinggi. Kadang-kadang konsumen juga melihat prestise dari suatu makanan tanpa melihat kandungan gizinya. b. Menggoreng dan memasak dengan santan Minyak dan santan adalah lemak yang mengandung ikatan jenuh, sehingga sukar untuk dipecah menjadi bahan bakar dan bahan makanan yang digoreng dan dimasak dengan santan, biasanya mengandung kolesterol tinggi, seperti empal goreng, gulai dan rendang. c. Kebiasaan ngemil Ngemil berarti makan diluar waktu makan. Bila tidak dibatasi, kalori yang masuk akan sangat tinggi karena biasanya makanan yang digunakan untuk ngemil dalam bentuk yang digoreng atau terdiri dari kue-kue yang manis dan gurih. Universitas Sumatera Utara d. Melupakan makan pagi Makan pagi sangat diperlukan untuk mendapatkan energi saat akan melakukan aktivitas kerja. Tapi karena terburu dan dianggap tidak praktis, biasanya orang-orang akan melewatkan makan pagnya. Melupakan makan pagi akan mengakibatkan timbulnya rasa lapar dan dapat menurunkan aktivitas kerjanya. Rasa lapar akan dikompensasikan beberapa jam kemudian, sehingga timbul keinginan mencari-cari makanan cemilan atau makan siang yang jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan kalau sudah makan pagi sebelumnya. e. Frekuensi makan yang tidak teratur Kesibukan yang sangat padat cenderng mengakibatkan seseorang tidak mempunyai waktu makan malam tertentu. Bila jarak antara dua waktu makan terlalu panjang ada kecendrungan untuk makan lebih lahap dan melebihi batas. Bila keadaan ini berulang kali terjadi, dapat merupakan salah satu penyebab terjadinya obesitas. f. Menghindari nasi Penderita kegemukan dan obesitas terkadang begitu fobi terhadap nasi. Mereka beranggapan bahwa seolah-olah nasilah sebagai sumber peningkatan berat badan. Tanpa disadari, perasaan ini dikompensasikan ke dalam makanan lain sebagai pengganti nasi. Misalnya lebih banyak makan lauk-pauk yang biasa tinggi lemak atau makanan kecil yang umumnya tinggi kalori. Sehingga masalah kegemukan tidak terselesaikan, bahkan semakin buruk.

2.2.3 Komplikasi Obesitas