Hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan Aktifitas Fisik pada Siswa Laki-Laki SMA 4 Medan

(1)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi

Nama : Sudirman

Tempat/ Tanggal Lahir : Jeunieb/ 17 Agustus 1995

Agama : Islam

Alamat : Jln Setia Budi Gg Rambe No125, Medan Telepon/ Hp : 082360027506

II. Riwayat Pendidikan

1. Tahun 2000-2006 : SD N 21 Bireuen 2. Tahun 2006-2009 : SMP N 1 Bireuen 3. Tahun 2009-2012 : SMA N 1 Bireuen 4. Tahun 2012-sekaran : FK USU

III. Riwayat Pelatihan -

IV. Riwayat Organisasi

1. Tahun 2014 : Anggota Divisi Pembinaan PHBI FK USU 2. Tahun 2014-Sekarang : Gubernur PEMA FK USU


(2)

Lampiran 2

PENJELASAN MENGENAI PENELITIAN:

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Selamat pagi/siang,

Nama saya Sudirman dan akan melakukan penelitian dengan judul :

“Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kebugaran Fisik pada Siswa Laki-laki SMA 4 Medandz. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada pengaruh Indeks Masa tubuh terhadap kebugaran fisik. Dengan diketahuinya hal tersebut, maka ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang penting bagi masyarakat.

Jika Saudara/i bersedia mengikuti penelitian ini maka akan dilakukan serangkaian prosedur terhadap Saudara, di mana Saudara diminta untuk naik keatas timbangan untuk melakukan pengukuran berat medan, kemudian dilakukan pengukuran tinggi badan dengan menggunakan stadiometer, yaitu alat ukur tinggi yang di temple ke dinding, dilanjutkan dengan melakukan Sit and Reach Test untuk menilai fleksibilitas saudara, yang merupakan salah satu komponen utama dalam menilai kebugaran fisik. Sebelum melakukan percobaan, saudara melakukan pemanasan ringan terlebih dahulu. Saat melakukan Sit and Reach Test, saudara melepaskan sepatu, kemudian duduk dilantai dengan pinggang, punggung, dan kepala menempel ke dinding. Kaki saudara diluruskan maksimal dengan telapak kaki ditempelkan ke kotak Sit and Reach Test. Letakkan satu tangan ditangan yang lain, saudara harus berusaha meraih kedepan sejauh mungkin tanpa melepaskan kepala dari dinding. Peneliti akan menggunakan jarak ini sebagai acuan pengukuran dengan meletakkan penggaris diatas kotak sampai ujungnya menyentuh jari responden. Kemudian penggaris dipegang pada tempatnya sampai keseluruhan tes selesai. Sekarang kepala dan punggung responden dapat lepas dari dinding, kemudian responden berusaha meraih kedepan sebanyak tiga kali secara bertahap. Pada peregangan yang ketiga, responden berusaha meraih sejauh mungkin indikator pada penggaris dan


(3)

bertahan pada posisi tersebut selama minimal dua detik. Pastikan selama tes kaki responden tetap menempel pada lantai. Catat angka terakhir yang ditunjukkan oleh ujung jari responden.

Saya sangat mengharapkan keikut sertaan Saudara dalam penelitian ini, karena selain bermanfaat untuk diri sendiri, juga bermanfaat untuk orang lain. Selama penelitian ini, Saudara tidak dibebankan biaya apapun. Semua data/keterangan dari Saudara bersifat rahasia, tidak diketahui orang lain. Apabila keberatan, Saudara bebas untuk menolak mengikuti penelitian ini. Jika sudah mengerti dan bersedia mengikuti penelitian ini maka Saudara dapat mengisi lembar persetujuan.

Pemeriksaan yang akan dilakukan diatas lazimnya tidak akan menimbulkan hal yang berbahaya bagi Saudara. Namun bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang setelah Saudara mengikuti penelitian ini, maka Saudara dapat menghubungi saya.

Nama : Sudirman

Alamat institusi : FK USU, Jl.dr.Mansyur No.5, Medan Alamat rumah : Jalan Setia Budi Gg Rambe No 125 Handphone : 0823-6002-7506

Demikian penjelasan ini saya sampaikan. Atas perhatian dan kesediaan Anda, saya ucapkan terima kasih

Medan,...2015 Peneliti,


(4)

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama :

Umur : Alamat : No. Hp :

Setelah mempelajari dan mendapatkan penjelasan yang sejelas-jelasnya mengenai penelitian yang berjudul “Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kebugaran Fisik pada Siswa Laki-laki SMA 4 Medan. Setelah mengetahui dan menyadari sepenuhnya risiko yang mungkin terjadi, dengan ini saya menyatakan bahwa saya bersedia dengan sukarela menjadi subjek penelitian tersebut dan patuh akan ketentuan-ketentuan yang dibuat peneliti. Jika sewaktu-waktu ingin berhenti, saya berhak untuk tidak melanjutkan mengikuti penelitian ini tanpa ada sanksi apapun.

Yang menyatakan, Medan, 2015 Peneliti,


(5)

Lampiran 4

LEMBAR IDENTITAS SUBJEK PENELITIAN

Nama Lengkap :

Alamat :

Usia : Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

Apakah anda berolahraga teratur, lebih dari 3 kali per minggu dengan durasi 20-30 menit ?

ya tidak

Apakah anda perokok aktif, minimal satu batang sehari selama satu bulan terakhir ?


(6)

Lampiran 5

Lembar Pencatatan Hasil Pengukuran

Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kebugaran Fisik pada Siswa SMA 4Medan

Nama :

Usia :

Berat Badan : Kg

Tinggi Badan : cm

IMT : Kg/m2

Tingkat Fleksibilitas Normoweight

< 18,5- 22,9 kg/m2

Overweight

≥ 23 kg/m 2

Sit and Reach Test :

Hasil Pengukuran (cm)


(7)

Lampiran 6

Descriptives

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Berat Badan 37 38.0 115.0 61.081 13.6344

Tinggi Badan 37 148.0 175.5 164.932 7.6314

Indeks Massa Tubuh 37 15.03 39.70 22.3819 4.37123

Valid N (listwise) 37

Frequencies

kelompok berat badan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 36-45 1 2.7 2.7 2.7

46-55 17 45.9 45.9 48.6

56-65 8 21.6 21.6 70.3

66-75 7 18.9 18.9 89.2

76-85 3 8.1 8.1 97.3

106-115 1 2.7 2.7 100.0


(8)

kelompok tinggi badan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 145-150 1 2.7 2.7 2.7

151-155 5 13.5 13.5 16.2

156-160 5 13.5 13.5 29.7

161-165 6 16.2 16.2 45.9

166-170 9 24.3 24.3 70.3

171-175 9 24.3 24.3 94.6

176-180 2 5.4 5.4 100.0

Total 37 100.0 100.0

kelompok IMT

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid berat badan kurang 5 13.5 13.5 13.5

berat badan normal 21 56.8 56.8 70.3

beresiko menjadi obes 4 10.8 10.8 81.1

obes tingkat I 5 13.5 13.5 94.6

obes tingkat II 2 5.4 5.4 100.0


(9)

kelompok fleksibilitas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid below health fitness zone 6 16.2 16.2 16.2

within health fitness zone 31 83.8 83.8 100.0

Total 37 100.0 100.0

Crosstabs

kelompok IMT * kelompok fleksibilitas Crosstabulation Count kelompok fleksibilitas Total below health fitness zone within health fitness zone

kelompok IMT berat badan kurang 0 5 5

berat badan normal 1 20 21

beresiko menjadi obes 1 3 4

obes tingkat I 3 2 5

obes tingkat II 1 1 2

Total 6 31 37

Kolmogorov-semirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Indeks Massa

Tubuh Fleksibilitas

N 37 37

Normal Parametersa Mean 22.3819 38.3549

Std. Deviation 4.37123 7.28423

Most Extreme Differences Absolute .182 .173

Positive .182 .099


(10)

Kolmogorov-Smirnov Z 1.107 1.054

Asymp. Sig. (2-tailed) .172 .217

a. Test distribution is Normal.

Correlation

Correlations

kelompok

fleksibilitas kelompok IMT

kelompok fleksibilitas Pearson Correlation 1 -.528**

Sig. (2-tailed) .001

N 37 37

kelompok IMT Pearson Correlation -.528** 1

Sig. (2-tailed) .001

N 37 37


(11)

DAFTAR PUSTAKA

American Collage of Sport Medicine, 2008. ACSM’s Health-Related Physcal California Department of Education, 2012. California Physical Fitness Test.

California: Available http://www.pftdata.org/. [Accessed 18 may 2015]

Cvejic, D., pejovic, T., Ostojic., 2013. Assesment of Physical Fitness in Children and Adolescents, Serbia. Facta Universitatis. 11(2):135-145

Depkes RI. 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.

Fitness Manual 2nd ed. Philadelphia, PA: Lippincott Williams & Wilkins. Available from: http://ebook30.com /science/medicine/50959/acsr-ns-healthrelated-physical-fitness-asse ssmdnt-manual.html [Accessed 20 Mei 2015 ]

Guyton A.C., dan Hall, J.E., 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC.

Lifestyle Static Team, 2015. Statistic on Obesity, Physical Activity and Diet.England: HSCIC

Hi’miyah, D.A., Martini, S., 2008. Hubungan Antara Obesitas Dengan Osteoporosis Studi di Rumah Sakit Husada Utama Surabaya.

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014. Jakarta.


(12)

Mumpuni, Y., dan Wulandari, A., 2010. Cara Mengatasi Kegemukan. Yogyakarta : Andi

Misnadierly., 2007. Obesitas sebagai Faktor Risiko Beberapa penyakit. Jakarta : Pustaka obor popular

Moehyi, Syahmien. 1997. Pengaturan Makanan dan Diet untuk Penyembuhan Penyakit. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Robergs, R.A., dan Roberts, S.O., 1997. Exercise Physiology-exercise, Performance, and Clinical Appliction: Mosby-Year Book Inc

[RISKESDAS] Riset Kesehatan Daerah. 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

Sugondo, S., dan Gustavani, R., 2007. Obesitas. Dalam : Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan IPD FKUI, 1919-1923

Wirakusuma, E.S., 1994. Cara Aman dan Efektif Menurunkan Berat Badan. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta


(13)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Variabel dalam penelitian ini adalah ini adalah indeks massa tubuh dan kebugaran fisik. Karena penelitian ini merupakan penelitian analitik korelatif, maka tidak dapat ditentukan yang mana variabel bebas maupun terikat karena pola hubungannya dua arah atau timbal balik (Mukhtar, 2011)

3.2. Definisi Operasional

Variable Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur

Skala ukur IMT indikator

status berat badan seseorang dengan cara membagi berat badan dalam kilogram (kg) dengan tinggi badan dalam meter Camry Mechanical Personal Scale ISO 9001: 200 model BR 9015B buatan Cina dan Stature Meter 2M buatan Cina

Data numerik Rasio

Kebugaran

Fisik

Indeks Masa

Tubuh


(14)

kuadrat Kebugaran

fisik

kemampuan seorang individu untuk melakukan kegiatan sehari-hari tanpa

mendapatkan kelelahan

FITNESSGRAM Data numeric

3.3. Hipotesis


(15)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik korelatif yang bertujuan menilai hubungan antara dua variabel, yaitu IMT dan kebugaran fisik pada siswa laki-laki SMA 4 Medan

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA 4 medan. Seminggu setelah mendapatkan ethical clearance dari komisi etik FK USU.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi penelitian

Populasi didalam penelitian ini adalah seluruh siswa laki-laki SMA 4 Medan. 4.3.2 Besar Sampel

Estimasi besar sampel dihitung dengan rumus:

{

[

}

+ 3 Keterangan

Zα = tingkat kemaknaan pada 0.05 yaitu 1.960 Zβ = kekuatan uji pada 0.1 yaitu 1.280

r = koefisien korelasi dari penelitian sebelumnya yaitu – 0.53

sehingga jumlah sampel minimal untuk penelitian ini.adalah : 34 orang (Haryuna, 2011)


(16)

Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah siswa laki-laki SMA 4 Medan yang telah dipilih secara consecutive sampling, yaitu setiap populasi yang memenuhi kriteria pemilihan (inklusi dan eksklusi) dimasukkan dalam penelitian sehingga jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi (Sastroasmoro, 2011)

4.3.4 Kriteria Inklusi

a. Sehat, tidak berada pada kondisi yang kontraindikasi terhadap tes kebugaran. Seperti kelainan ataupun sakit pada tulang belakang.

4.3.5 Kriteria Eksklusi

a. Berolahraga secara teratur, yaitu frekuensi ≥3 kali/minggu, durasi 20- 30 menit.

b. Merokok aktif, 1 batang perhari selama satu bulan.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer ini meliputi berat badan, tinggi badan, dan skor kebugaran fisik. Semua data ini diperoleh dengan melakukan pengukuran dengan menggunakan alat ukur timbangan Camry Mechanical Personal Scale ISO 9001: 200 model BR 9015B buatan Cina, stadiometer Stature Meter 2 M buatan Cina dan back-saver sit and rich box.

Ada sejumlah alat yang digunakan dalam penelitian ini. Sejumlah peralatan yang dimaksud ada yang digunakan saat penyaringan subjek, pemeriksaan Indeks Massa Tubuh maupun pemeriksaan kebugaran fisik.

Beberapa peralatan penting yang digunakan adalah:

- Timbangan Camry Mechanical Personal Scale ISO 9001: 200 model BR 9015B buatan Cina

- Stadiometer Stature Meter 2 M buatan Cina - Back-Saver Sit and Reach Box


(17)

4.5. Prosedur Kerja

Sebelum ditetapkan menjadi subjek penelitian, calon subjek penelitian, yaitu siswa laki-laki SMA 4 Medan mengisi kuesioner. Kuesioner berisi beberapa pertanyaan, meliputi data diri, kebiasaan berolahraga dan aktivitas sehari-hari, riwayat penyakit dan riwayat penyakit dalam keluarga.

Pertanyaan dalam kuesioner dan anamnesa merupakan suatu cara dalam menyaring populasi sehingga diperoleh subjek penelitian. Bila telah terpilih menjadi subjek maka pemeriksaan IMT dan kebugaran fisik dilaksanakan. Subjek diukur IMT-nya serta diukur tingkat kebugaran fisiknya. Untuk menentukan IMT, subjek diukur tinggi badan dan berat badannya.

Prosedur Pengukuran berat badan terdiri dari:

1. Berat badan diukur dengan menggunakan timbangan dewasa

2. Sebelum dilakukan pengukuran, pasien disarankan berkemih terlebih dahulu

3. Pada saat pengukuran berat badan, sampel menggunakan pakaian seragam sekolah dan tidak menggunakan alas kaki

4. Sampel naik ke atas timbangan

5. Sampel dalam keadaan diam, tegak lurus, dan pandangan menghadap ke depan

6. Melihat berapa berat badan sampel yang ditunjukkan jarum timbangan. Prosedur pengukuran tinggi badan terdiri dari:

1. Tinggi badan diukur dengan menggunakan stadiometer yang di pasang di dinding

2. Pada saat pengukuran tinggi badan, sampel tidak boleh menggunakan topi atau peralatan apapun pada kepalanya, juga tidak boleh menggunakan alas kaki

3. Sampel berdiri, menempel pada dinding, tegak lurus, dan pendangan menghadap ke depan

4. Tarik stadiometer, letakkan ujungnya tepat dipuncak kepala (verteks) 5. Melihat berapa tinggi badan sampel


(18)

Prosedur pengukuran kebugaran fisik : 1. Back Saver Sit and Reach

a. Sampel disuruh untuk meraih sesuatu pada jarak tertentu dengan kedua sisi dari tubuhnya secara bergantian.

b. Dimulai dengan posisi duduk, kaki kiri lurus, kaki kanan ditekuk, sampel meraih kotak yang berada di depan sampel dengan menggunakan kedua tangannya.

c. Sampel disuruh untuk meraih sebanyak 4 kali. Pada kali ke 4 sampel diharuskan menahan posisinya minimal 1 detik.

d. Jarak tersebut kemudian dicatat.

1.6.Teknik Pengolahan Data

Setelah dikumpulkan, data diolah, disajikan dalam tabel distribusi frekuensi, dan dianalisis secara bivariat. Dalam menganalisis data secara bivariat, pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji statistik korelasi untuk mengetahui sejauh mana kekuatan hubungan Indeks Massa Tubuh dengan kebugaran fisik. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS.

Bila kedua variabel berdistribusi normal, dilakukan uji Pearson. Bila kedua variabel tersebut tidak terdistribusi normal maka dilakukan uji transfomrasi Fisher's untuk menormalkan distribusi kedua variabel tersebut. Bila hasil tetap tidak terdistribusi normal maka dipakai uji Spearman (nonparametrik).

Tujuan analisis adalah mencari kekuatan hubungan diantara kedua variabel tersebut yang diperoleh dari koefisien korelasi, r. Nilai r dapat bervariasi, - 1 ≤ r ≥ +1, dengan interpretasi: 1 artinya sifat hubungan linier searah, bila r = 1 ini tingkat asosiasi mutlak, nyaris tidak pernah diperoleh dalam fenomena biologis (Mukhtar, 2011)

Menurut Wahyuni (2007), berdasarkan besar nilai r, maka tingkat hubungannya dapat ditafsirkan sebagai berikut:


(19)

 0,200 - 0,399 : hubungan lemah  0,400 - 0,599 : hubungan sedang  0,600 - 0,799 : hubungan kuat  0,800 - 1,000 : hubungan sangat kuat


(20)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA 4 medan. SMA ini terletak di kota Medan, Sumatera Utara dan berlokasi di jalan gelas No. 12, Kelurahan Sei Putih Tengah, Kecamatan Medan Petisah. Sekolah ini didirikan pada 10 september 1991.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel

Sampel penelitian ini adalah siswa laki-laki SMA 4 Medan yang telah memenuhi kriteri inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan oleh peneliti. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 37 orang.

Tabel 5.1. Distribusi sampel berdasarkan berat badan

N Terendah Tertinggi Rata-rata SD

37 38 115 61,08 13,63

Berdasarkan Distribusi berat badan, sampel memiliki berat badan terendah 38kg, dan berat badan tertinggi 115kg.

Tabel 5.2. Distribusi Sampel berdasarkan tinggi badan

N Terendah Tertinggi Rata-rata SD

37 148 175,5 164,93 7,63

Berdasarkan distribusi tinggi badan, sampel memiliki tinggi badan terendah 148cm dan tertinggi 175,5cm.


(21)

Tabel 5.3. Distribusi Sampel Berdasarkan Indeks Massa Tubuh

N Terendah Tertinggi Rata-rata SD

37 15,03 39,70 22,38 4,37

Berdasarkan distribusi sampel berdasarkan Indeks Massa Tubuh, sampel memiliki IMT terendah 15,03 dan tertinggi 39,70.

Tabel 5.4. Distribusi Sampel Berdasarkan Fleksibilitas

Fleksibilitas N %

Below Health Fitness Zone 6 16,2

Within Health Fitness Zone 31 83,8

Total 37 100

Berdasarkan fleksibilitas, distribusi sampel terbanyak pada penelitian ini adalah sampel yang memiliki fleksibilitas didalam batas zona kebugaran yang baik, yaitu sebanyak 31 orang, sedangkan sampel dengan tingkat fleksibilitas dibawah zona kebugaran hanya berjumlah 6 orang.

Tabel 5.5. Distribusi Perbandingan Indeks Massa Tubuh dengan Fleksibilitas Fleksibilitas Below Health Fitness Zone Within Health Fitness Zone Total Indeks Massa Tubuh

Berat Badan Kurang 0 (0%) 5 (13,5%) 5 (13,5%) Berat Badan Normal 1 (2,7%) 20 (54,1%) 21 (58,8)

Beresiko Menjadi Obes

1 (2,7%) 3 (8,1%) 4 (10,8%)

Obes tingkat I 3 ( 8,1%) 2 (5,4%) 5 (13,5%) Obes Tingkat II 1 (2,7%) 1 (2,7%) 2 (5,4%)


(22)

Berdasarkan tabel perbandingan Indeks Massa Tubuh dengan Fleksibilitas, terlihat bahwa pada berat badan normal, hanya 1 dari 21 sampel yang memiliki fleksibilitas dibawah zona bugar.

5.1.3. Hasil Analisa Data

Sebelum data dapat dianalisis, terlebih dahulu kita tentukan apakah data yang kita dapatkan merpakan jenis data yang berdistribusi normal atau tidak. Karena pada penelitian ini jumlah sampel lebih dari 30, maka Uji normalitas data dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirbov dengan hasil sebagai berikut.

Tabel 5.6. Uji Normalitas Data dengan Kolgomorov-Smirnov Indeks Massa tubuh Fleksibilitas

Kolmogorov-Smirnov 1,107 1,054

Sign (2-tailed) 0,172 0,217

Berdasarkan tabel diatas (tabel 5.10), uji normalitas data Tinggi Badan, Berat Badan, Indeks Massa Tubuh, dan Fleksibilitas dengan Kolgomorov-Smirnov menghasilkan nilai diatas 0.05. Oleh karena itu, dapat disimpulkan data berdistribusi normal (p > 0.05).

Tabel 5.7. Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh dengan Fleksibilitas

IMT Fleksibilitas IMT Pearson correlation

Sig. (2-tailed)

1 -0,391

0.017 Fleksibilitas Pearson correlation

Sig. (2-tailed)

-0,391 0.017

1

Berdasarkan tabel 5.6, didapatkan hasil uji pearson memiliki hubungan yang negatif, yaitu semakin tinggi IMT, maka akan semakin rendah fleksibilitas. Hasil ini signifikan pada interval 0.05 ( α = 0.05 )


(23)

5.2. Pembahasan

Dari data distribusi sampel berdasarkan Indeks Massa Tubuh, terlihat bahwa sampel dengan IMT terendah sudah tergolong ke dalam berat badan kurang. penelitian yang dilakukan purnama (2007) juga menunjukkan hal yang sama. Dari 70 sampel yang diteliti, sampel terendah memiliki IMT 15,6 yang juga tergolong ke dalam berat badan rendah.

Menurut soekirman (2000) penyebab langsung timbulnya gizi kurang pada anak adalah konsumsi makanan dan penyakit infeksi, kedua penyebab tersebut saling berpengaruh. Kejadian infeksi, dewasa ini, semakin mudah terjadi kepada anak sekolah. Menurut judarwanto (2010) makanan jajanan kaki lima menyumbang asupan energi bagi anak sekolah sebanyak 36%, protein 29%, dan zat besi 52%. Karena itu dapat dipahami peran penting jajanan kaki lima pada pertumbuhan dan prestasi belajar anak sekolah. Namun demikian, keamanan jajanan tersebut baik dari segi mikrobiologis maupun kimiawi masih dipertanyakan. Pada penelitian yang dilakukan di Bogor, telah ditemukan Salmonella paratyphi A di 25%-50% sampel minuman yang dijual di kaki lima.

Indeks Massa Tubuh tertinggi pada penelitian ini adalah penelitian ini adalah 39,7. Nilai ini sudah tergolong ke obes tingkat II. Menurut kemenkes (2014), status gizi pada kelompok dewasa berusia 18 tahun didominasi dengan masalah obesitas, walaupun masalah kurus juga masih cukup tinggi. Hasil riskesdas (2013) menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada kelompok umur dewasa sebanyak 14,76% dan berat badan lebih sebesar 11,48%. Dengan demikian prevalensi kelompok dewasa kelebihan berat badan sebesar 26,23%. Angka ini jauh meningkat dari hasil riskesdas (2010) yang hanya 21,7%. Berdasarkan karakteristik, masalah obesitas cenderung lebih tinggi pada penduduk yang tinggal di perkotaan, berpendidikan lebih tinggi dan pada kelompok status ekonomi yang tertinggi. Sumatera Utara merupakan salah satu dari enam belas provinsi dengan tingkat prevalensi obesitasnya di atas prevalensi nasional (kemenkes, 2014).


(24)

Dari tabel distribusi sampel berdasarkan fleksibilitas (tabel 5.4), di dapatkan bahwa mayoritas sampel memiliki fleksibilitas yang baik. Hal ini disebabkan karena sampel yang diambil oleh peneliti kebanyakan adalah mereka yang memiliki berat badan normal, bahkan hanya sedikit dari mereka yang memiliki berat badan lebih ataupun obes. Karena fleksibilitas adalah salah satu komponen utama dari kebugaran fisik, maka dapat dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa siswa dengan berat badan normal cenderung memiliki kebugaran fisik yang baik. Hal serupa didapat dari studi lebih jauh Chen dalam Hsieh (2014) yang mengatakan bahwa anak-anak yang melakukan aktifitas fisik secara teratur memiliki otot yang lebih kuat dan lebih fleksibel dari pada anak-anak yang tidak melakukan aktifitas fisik secara teratur.

Dari tabel 5.5, secara katagorik, pada penelitian ini sulit didapatkan kesimpulan yang akurat terhadap perbandingan indeks massa tubuh dengan fleksibilitas. Hal ini disebabkan karena sedikitnya sampel yang bisa di ambil oleh peneliti dikarenakan syarat yang diberikan oleh dinas pendidikan dalam pengambilan sampel agar tidak mengganggu proses belajar mengajar. Pada tabel ini juga dapat dilihat bahwa sampel dengan berat badan normal lebih dominan dari pada yang lain. Hal ini munkin disebabkan oleh penggunaan teknik sampling yang berupa consecutive sampling. Yaitu semua subjek yang datang dan memenuhi criteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi ( Sastroasmoro, 2007), Sehingga sampel yang terambil adalah sampel yang paling dominan yang ada dikelas tersebut.

Pada tabel hubungan antara indeks massa tubuh dengan fleksibilitas (tabel 5.7), didapatkan hubungan yang bermakna antara IMT dengan fleksibilitas ( p = 0,017 ) dengan nilai koefisien korelasi (-0,391). Hal serupa juga didapatkan oleh (Purnama, 2007) dalam penelitiannya tentang hubungan IMT dan fleksibilitas lumbal. Uji korelasi spearman pada penelitian tersebut juga menghasilkan hubungan yang bermakna antara IMT dengan Modified Schober Test (p=0,012) dengan nilai koefisien korelasi sebesar (-0,298). Dan


(25)

juga terdapat hubungan yang bermakna antara IMT dengan tes jangkauan (p=0,035) dengan koefisien korelasi sebesar (-0,252).


(26)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. Rata-rata siswa SMA 4 Medan memiliki berat badan yang normal

2. Siswa dengan berat badan normal cenderung memiliki kebugaran fisik yang baik.

3. Mayoritas siswa SMA 4 Medan memiliki kebugaran fisik yang baik 4. Ada hubungan yang bermakna antara IMT dengan kebugaran fisik. 6.2.Saran

1. Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian mengenai hal yang sama, disarankan agar menggunakan sampel yang jauh lebih banyak dari sampel minimal yang dibutuhkan agar variasi IMT yang di dapat menjadi lebih banyak. Sehingga dapat dilakukan analisa yang lebih baik antara hubungan IMT dengan kebugaran fisik.

2. Jika ingin mengambil sampel di sekolah, sebaiknya terlebih dahulu melakukan audiensi yang matang dengan pihak sekolah sehingga peneliti bisa mendapat waktu khusus untuk mengambil sampel. Tujuannya supaya sampel agar lebih fokus, tidak terganggu dengan jam belajar, dan sampel yang bisa diambil juga menjadi lebih banyak.

3. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, maka disarankan untuk mengambil sampel sama banyak di setiap kelompokan IMT.

4. Sesuai dengan teori dan hasil penelitian yang didapatkan, maka diharapkan tenaga kesehatan maupun masyarakat kedepannya lebih memperhatikan berat bedannya untuk memperoleh kebugaran fisik yang lebih baik.


(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Indeks Masa Tubuh

Indeks massa tubuh (IMT) adalah nilai yang diambil dari perhitungan antara berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang. IMT dipercayai dapat menjadi indikator atau mengambarkan kadar adipositas dalam tubuh seseorang. IMT tidak mengukur lemak tubuh secara langsung, tetapi penelitian menunjukkan bahwa IMT berkorelasi dengan pengukuran secara langsung lemak tubuh seperti underwater weighing dan dual energi x - ray absorbtiometry (Grummer- Strawn LM et a l. , 2002).

Indeks massa tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan (obesitas). Berat badan kurang dapat meningkatkan risiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan risiko terhadap penyakit degeneratif. Oleh karena itu, mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang (CDC, 2007).

Secara umum, IMT 25 ke atas membawa arti pada obes. Standar baru untuk IMT telah dipublikasikan pada tahun 1998 mengklasifikasikan BMI di,5 sebagai sangat kurus atau underweight, IMT melebihi 23 sebagai berat badan lebih atau overweight, dan IMT melebihi 25 sebagai obesitas. IMT yang ideal bagi orang dewasa adalah diantara 18,5 sehingga 22,9 . Obesitas dikategorikan pada tiga tingkat: tingkat I (25- 29,9), tingkat II (30 - 40), dan tingkat III (>40) (CDC, 2002).

Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa negara berkembang. Pada akhirnya diambil kesimpulan, batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut:


(28)

Tabel 2.1: Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT) (Centre for Obesity Research and Education, 2007)

IMT KATEGORI

<18,5 Berat badan kurang 18,5 – 22,9 Berat badan normal

≥23 Kelebihan berat badan

23 – 24,9 Beresiko menjadi obes 25 – 29,1 Obes tingkat I

≥30 Obes tingkat II

Untuk anak - anak dan remaja, intrepretasi IMT adalah spesifik mengikut usia dan jenis kelamin (CDC, 2009). Jenis kelamin dan umur pada anak dan remaja dipertimbangkan karena jumlah lemak tubuh yang berubah sesuai dengan umur dan jumlah lemak tubuh yang berbeda antara perempuan dan laki- laki (CDC, 2011). Setelah dilakukan pengukuran pada tinggi dan berat badan anak, maka kita dapat melakukan plot hasil IMT pada kurva CDC BMI- for- age growth chart yang dibedakan berdasarkan jenis kelamin (Gambar 2.1; Gambar 2.2) ( CDC, 2000 ).

Tabel 2.2 Kategori Status Berat dengan Jangkauan Persentil (CDC,2011).

KATAGORI STATUS BERAT

Underweight < persentil ke – 5

Healthy weight Persentil ke – 5 - < persentil ke – 85 Overweight Persentil ke – 85 - < persentil ke – 95


(29)

(30)

(31)

2.2 Obesitas 2.2.1 Definisi

Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologi spesifik. Faktor genetik diketahui sangat berpengaruh bagi perkembangan penyakit ini. Secara fisiologis, obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan. (Sugondo, 2007).

Secara klinis, BMI yang bernilai antara 25 dan 29,9 kg/m2 disebut overweight, dan nilai BMI lebih dari 30 kg/m2 disebut obese. (Guyton, 2007).

2.2.2 Faktor-Faktor Penyebab Obesitas pada Anak

Menurut Emma S. wirakusumah (1994), faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya obesitas bersifat multifaktoral yaitu :

2.2.2.1Konsumsi Energi

konsumsi makanan yang berlebihan, terutama yang mengandung karbohidrat dan lemak, akan menyebabkan jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh tidak seimbang dengan kebutuhan energi. Kelebihan energi ini di dalam tubuh akan disimpan dalam bentuk jaringan lemak, yang lama kelamaan akan mengakibatkan obesitas.

2.2.2.2Aktivitas Fisik

Pekerjaan yang dilakukan sehari-hari dapat mempengaruhi gaya hidup seseorang. Gaya hidup yang kurang menggunakan aktivitas fisik akan berpengaruh terhadap kondisi tubuh seseorang. Aktivitas fisik tersebut diperlukan untuk membakar energi dari dalam tubuh. Apabila pemasukan energi berlebihan dan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik akan memudahkan seseorang menjadi gemuk.

Selain itu, tersedianya sarana dan fasilitas dalam kehidupan, membuat akfitas fisik semakin berkurang. Pola hidup menjadi lebih santai karena segalanya


(32)

sudah tersedia. Anak banyak menggunakan waktunya dirumah dengan pembantu, kesempatan bermain kurang, juga menonton acara ditelevisi yang diselingi memakan makanan yang mengandung energi dan lemak tinggi mempermudah terjadinya obesitas.

2.2.2.3Hereditas (Faktor Keturunan)

Faktor keturunan dapat mempengaruhi terjadinya kegemukan. Pengaruhnya sendiri sebenarnya belum jelas, tetapi memang ada bukti yang mendukung fakta bahwa keturunan merupakan faktor penguat terjadinya kegemukan.

Dari hasil penelitian gizi dari Amerika Serikat, dilaporkan bahwa anak-anak dari orang tua normal mempunyai 10% peluang menjadi gemuk. Peluang ini akan meningkat menjadi 40 – 50%, bila salah satu orang tua menderita obesitas, dan akan meningkat lagi menjadi 70 – 80% bila kedua orang tua gemuk.

Bernet dan Gurin dalam wirakusumah (1994) menyatakan bahwa orang yang mempunyai bawaan gemuk, secara alami ia akan menjadi gemuk, dan orang yang mempunyai bawaan kurus maka secara alami ia akan menjadi kurus. Keadaan ini tidak akan berubah, bila tidak ada upaya kontinu yaitu mengubah kebiasaan makan yang menyebabkan kegemukan dan meningkatkan aktivitas fisik.

2.2.2.4Gangguan Psikologis

Gangguan psikologis merupakan salah satu penyebab obesitas. Pada anak yang mengalami gangguan psikologis, misalnya anak yang sedang bersedih hati dan memisahkan diri dari lingkungannya, timbul rasa lapar dan nafsu makan yang berlebihan sebagai kompensasi terhadap problemanya. Sejumlah hormon akan disekresi sebagai tanggapan dari keadaan psikologis, sehingga terjadi peningkatan metabolisme energi untuk dipecah dan digunakan untuk aktivitas. Apabila seseorang tidak dapat menggunakan energi yang disediakan, maka tubuh tidak mempunyai alternatif lain yaitu dengan menyimpannya sebagai lemak.


(33)

Apabila keadaan ini berlanjut dan tidak terkontrol, serta makanan yang dikonsumsi tinggi energi, akan menimbulkan kebiasaan makan yang tidak baik dan dapat menyebabkan kenaikan berat badan atau bahkan kegemukan.

2.2.2.5Perilaku Makan yang Salah

perilaku makan yang salah dapat disebabkan karena kebiasaan makan yang salah didalam dan diluar keluarga. Hal ini sering ditiru anak-anak, misalnya makan yang berlebihan, frekuensi makan yang sering, kelebihan snack. Apabila tidak dibatas, maka energi yang masuk akan sangat tinggi.

Kebiasaan makan yang salah diatas dapat dijelaskan lebih terperinci seperti hal-hal berikut :

a. Cara memilih makanan yang salah

Hal ini terjadi, terutama disebabkan semakin banyaknya dijual makanan cepat saji yang mengandung kalori tinggi, seperti pizza, hamburger, fried chicken, sphageti, es krim, kue kue tart, donat dan sebagainya yang mengandung lemak dan gula tinggi.

Kadang-kadang konsumen juga melihat prestise dari suatu makanan tanpa melihat kandungan gizinya.

b. Menggoreng dan memasak dengan santan

Minyak dan santan adalah lemak yang mengandung ikatan jenuh, sehingga sukar untuk dipecah menjadi bahan bakar dan bahan makanan yang digoreng dan dimasak dengan santan, biasanya mengandung kolesterol tinggi, seperti empal goreng, gulai dan rendang.

c. Kebiasaan ngemil

Ngemil berarti makan diluar waktu makan. Bila tidak dibatasi, kalori yang masuk akan sangat tinggi karena biasanya makanan yang digunakan untuk ngemil dalam bentuk yang digoreng atau terdiri dari kue-kue yang manis dan gurih.


(34)

d. Melupakan makan pagi

Makan pagi sangat diperlukan untuk mendapatkan energi saat akan melakukan aktivitas kerja. Tapi karena terburu dan dianggap tidak praktis, biasanya orang-orang akan melewatkan makan pagnya. Melupakan makan pagi akan mengakibatkan timbulnya rasa lapar dan dapat menurunkan aktivitas kerjanya. Rasa lapar akan dikompensasikan beberapa jam kemudian, sehingga timbul keinginan mencari-cari makanan cemilan atau makan siang yang jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan kalau sudah makan pagi sebelumnya. e. Frekuensi makan yang tidak teratur

Kesibukan yang sangat padat cenderng mengakibatkan seseorang tidak mempunyai waktu makan malam tertentu. Bila jarak antara dua waktu makan terlalu panjang ada kecendrungan untuk makan lebih lahap dan melebihi batas. Bila keadaan ini berulang kali terjadi, dapat merupakan salah satu penyebab terjadinya obesitas.

f. Menghindari nasi

Penderita kegemukan dan obesitas terkadang begitu fobi terhadap nasi. Mereka beranggapan bahwa seolah-olah nasilah sebagai sumber peningkatan berat badan. Tanpa disadari, perasaan ini dikompensasikan ke dalam makanan lain sebagai pengganti nasi. Misalnya lebih banyak makan lauk-pauk yang biasa tinggi lemak atau makanan kecil yang umumnya tinggi kalori. Sehingga masalah kegemukan tidak terselesaikan, bahkan semakin buruk.

2.2.3 Komplikasi Obesitas

Resiko dalam terjadinya berbagai penyakit degeneratif seperti hipertensi dan tekanan darah tinggi, penyakit - penyakit diabetes, jantung koroner, hati dan kantung empedu (Mitayani & Sartika, 2010).

Obesitas dapat menyebabkan berbagai masalah ortopedik (masalah tulang), termasuk nyeri punggung bagian bawah, dan memperburuk osteoarthritis ( radang sendi), terutama di daerah pinggul, lutut, dan pergelangan kaki.


(35)

Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering juga ditemukan edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki (Mumpuni & Wulandari, 2010)

2.2.4 Penentuan Obesitas

Cara menghitung kegemukan yang paling mudah adalah dengan membandingkan antara tinggi badan (kg) dengan berat badan (m) yang dikenal dengan istilah Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) (Mumpuni & Wulandari, 2010).

Menentukan status gizi pada remaja adalah dengan mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI). IMT dapat membantu untuk mengidentifikasi remaja yang secara signifikan berisiko mengalami kelebihan berat badan. Rumus penghitungan IMT adalah sebagai berikut :

IMT =

2.3 Kebugaran Fisik 2.3.1 Definisi

Kebugaran fisik, juga disebut kapasitas fungsional, merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan kerja (Health and Social Care Information Centre, 2015)

2.3.2 Tes dan Area Kebugaran 2.3.2.1Kapasitas Erobik

Area kebugaran pada kapasitas erobik merujuk kepada seberapa banyak oksigen yang dapat di ambil dan digunakan tubuh ketika berolahraga, yang ditunjukkan dengan skor VO2 max. kapasitas erobik dianggap perlu dikarenakan


(36)

penurunan dari berbagai masalah kesehatan. Ada 3 tes yang dapat kita lakukan untuk menghitung kapasitas erobik : One-Mile Run, 20-meter Progressive Aerobic Cardiovascular Endurance ( PACER), dan Walk Test. (California department of education, 2012).

a. One-Mile Run

Tes ini meng-estimasi kapasitas erobik dari berlari. Siswa diinstruksikan untuk berlari secepat munkin sejauh 1 mil. Berjalan diperbolehkan bagi siswa yang tidak mampu berlari dalam jarak penuh. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tes dicatat dalam menit dan detik. Siswa yang tidak menyelesaikan jarak lari dianggap 50 menit, 59 detik. Untuk siswa ini, tes dianggap tidak selesai dan dilaporkan sebagai siswa yang masih membutuhkan pengembangan. b. 20m PACER

20m PACER mengestimasikan kapasitas erobik dari jumlah putaran yang dapat diselesaikan oleh siswa. Berbeda dengan dua tes lainnya, 20m PACER terasa mudah diawal dan akan semakin sulit diakhir. siswa diharuskan untuk berlari selama munkin sepanjang jarak yang telah ditentukan. Dalam tes ini, sebuah garis digambarkan sejauh 20 meter. Siswa berlari dari satu ujung ke ujung lainnya bolak-balik dengan menyentuhkan satu kakinya ketika sampai di ujung garis. Ketika sampai diujung, mereka berbalik untuk berlari ke ujung awal setelah mendengar suara bib. Satu menit ditandai dengan tiga bib. Siswa terus berlari bolak0balik hingga mereka gagal untuk menyentuh ujung garis dua kali sebelum bib pertama terdengar.

c. Walk test

Tes berjalan hanya dipakai untuk siswa 13 tahun atau diatasnya. Tes ini mengestimasikan kapasitas erobik dengan cara menilai respon detak jantung setelah berjalan satu mil. Siswa diinstruksikan untuk berjalan secepat munkin. Tepat setelah berjalan, detak jantung langsung dihitung. Detak jantung ini akan dikorelasikan dengan berat badan dan lama berjalan untuk menentukan kapasitas erobik.


(37)

2.3.2.2Komposisi Tubuh

Komposisi tubuh dalam area kebugaran merujuk kepada beberapa faktor yang berkontribusi pada berat badan total. Pengukuran komposisi tubuh meng-estimasikan level dari lemak tubuh atau kesesuaian berat badan relatif dari seseorang terhadap tingginya. Komponen ini dianggap penting karena lemak yang berlebih berhubungan dengan masalah kesehatan seperti penyakit jantung koroner, strok, dan diabetes. Ada tiga cara pengukuran : Skinfold Measurement, Bioelectric Impedance Analyzer, dan Body Mass index.

a. Skinfold Measurement

Tes ini mengestimasikan lemak tubuh dengan mengambil median atau nilai tengah dari tiga pengukuran ketebalan lipat kulit pada triceps dari bagian kanan tubuh. Alat yang digunakan disebut skinfold caliper. b. Bioelectric Impedance Analyzer (BIA)

BIA mengukur tahanan dari perjalanan sinyal elektrik di dalam tubuh. Alat ini mengirimkan energi elektrik yang aman dan rendah energi kedalam tubuh dan menghasilkan nilai indeks tahanan. Nilai tersebut akan digunkan oleh alat ini bersaman dengan data tinggi badan, berat badan, umur dan jenis kelamin untuk mengestimasi lemak tubuh. c. Body Mass Index (BMI)

BMI tidak menghitung lemak tubuh. Melainkan menghitung kesesuaian dari berat badan relatif terhadap tinggi badan.

2.3.2.3Kekuatan, Ketahanan, dan Fleksibilitas Otot

Kekuatan otot, ketahanan, dan fleksibilitas ditentukan dengan melihat status kesehatan dari system musculoskeletal. Keseimbangan, fungsi yang baik dari system ini memerlukan otot untuk bekerja dengan penuh tenaga ( kekuatan), dalam jangka waktu tertentu ( ketahanan), dan cukup fleksibel untuk melakukan sendi dengan leluasa (fleksibilitas). Komponen kebugaran ini penting karena komponen ini bias mengurangi restriksi potensial dari kehidupan seseorang.


(38)

Ada empat hal yang diukur dalam komponen ini 1. Kekuatan dan ketahanan otot-otot abdomen

kekuatan dan ketahanan otot-otot abdomen penting untuk mempertahankan postur tubuh yang bagus dan memperbaiki posisi pelvis. Curl-Up adalah satu-satunya tes yang digunakan untuk ini. 2. Kekuatan dan fleksibilitas otot-otot badan

Komponen ini penting dalam kebugaran karena dapat memprediksikan sakit punggung bawah pertama dan rekurensinya. Sumber dari ketidakmampuan dan ketidaknyamanan pertama di Amerika. Walaupun resiko untuk terkena sakit punggung bertambah di usia yang semakin tua, kewaspadaan dan perhatian kepada otot-otot trunkus di usia-usia awal penting untuk mengurangi resiko dimasa yang akan dating. Trunk lift merupakan satu-satunya tes untuk komponen ini.

3. Kekuatan dan ketahanan otot-otot bagian atas tubuh

Komponen ini penting karena dapat menjaga kesehatan fungsional dan postur yang bagus. Diukur dengan 900 push up.

4. Fleksibilitas

Fleksibilitas, dari bagian atas dan bawah tubuh, merupakan komponen penting dalam kebugaran fisik. Seseorang mendapatkan keuntungan dari meningkatnya fleksibilitas karena pekerjaan sehari mereka akan menjadi lebih mudah. Diukur menggunakan Back saver sit and reach.


(39)

2.3.3 Basis Kebugaran Fisik

Existing field-based physical fitness test batteries for children and adolescents (Ruiz et al., 2011; according to: Castro-Piñero et al., 2010 dalam Cvejic, Pejovic, Ostojic, 2013 )


(40)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan antara tinggi dan berat badan akibat jaringan lemak dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan yang melampaui ukuran ideal (Sumanto, 2009). Kelebihan penimbunan lemak diatas 20% berat badan ideal akan menimbulkan permasalahan kesehatan hingga terjadi gangguan fungsi organ tubuh (Misnadierly, 2007).

Obesitas dapat terjadi bukan hanya karena makan yang berlebihan, tetapi juga dikarenakan aktivitas fisik yang berkurang sehingga terjadi kelebihan energi. Beberapa hal yang mempengaruhi berkurangnya aktivitas fisik antara lain adanya berbagai fasilitas yang memberikan berbagai kemudahan yang menyebabkan aktivitas fisik menurun. (Moehyi, 1997)

Di Indonesia, prevalensi obesitas juga mengalami peningkatan. Menurut data Riskesdas (2007), prevalensi obesitas umum pada penduduk dewasa (15 tahun ke atas) secara nasional adalah 19,1% (8,8% BB lebih dan 10,3% Obese). Prevalensi ini meningkat di tahun 2010 (Kementerian Kesehatan, 2010), yakni menurut Riskesdas (2010), prevalensi obesitas umum pada penduduk dewasa (>18 tahun) adalah 21,7% (10,0% BB lebih dan 11,7% Obese). Persentase obesitas ini lebih tinggi dibandingkan dengan persentase kurus pada penduduk dewasa, yaitu 14,8% pada tahun 2007 dan 12,6% pada tahun 2010. Hal ini menunjukkan bahwa obesitas di Indonesia akan menjadi masalah baru yang perlu mendapat perhatian serius. (Hi’miyah dan Martini, 2008)

Peningkatan prevalensi obesitas ini sangat mungkin terjadi karena adanya perubahan gaya hidup yang meningkatkan risiko obesitas. Masyarakat yang cenderung menyukai hal-hal praktis termasuk lebih menyukai makanan instan atau cepat saji yang tinggi energi daripada harus mempersiapkan makanan dengan gizi seimbang. Selain itu, aktivitas fisik yang kurang dan gaya hidup sedentary


(41)

juga merupakan beberapa faktor yang turut menyumbang tingginya angka kejadian obesitas (Hi’miyah dan martini, 2008)

Obesitas bisa disalah artikan sebagai peningkatan berat badan yang sangat berlebihan bagi kebanyakan masyarakat. Namun, konsep ini tidak begitu relevan karena konsep obesitas tidak bisa diambil akibat peningkatan berat badan semata melainkan adanya peningkatan massa pada jaringan adiposa (Uwaifo, 2009)

Indeks massa tubuh (IMT) adalah nilai yang diambil dari perhitungan antara berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang. IMT dipercayai dapat menjadi indikator atau menggambarkan kadar adipositas dalam tubuh seseorang. IMT tidak mengukur lemak tubuh secara langsung, tetapi penelitian menunjukkan bahwa IMT berkorelasi dengan pengukuran secara langsung lemak tubuh seperti underwater weighing dan dual energi x - ray absorbtiometry (Grummer- Strawn LM et a l., 2002)

Dari beberapa sumber diatas dapat dilihat bahwa obesitas berhubungan dengan aktivitas fisik. Menurut Armstrong N dkk dalam benedicte deforche (2004), terdapat hubungan yang signifkan antara aktivitas fisik dengan kebugaran fisik. kebugaran fisik secara umum didefinisikan sebagai kemampuan tubuh untuk melakukan kerja tanpa merasa kelelahan. Kebugaran fisik mengandung beberapa komponen : kebugaran kardiorespirasi, daya tahan otot, kekuatan otot, kelenturan, koordinasi, dan kecepatan otot. (Deforche, 2004)

Di Indonesia sendiri, sangat sulit untuk menemukan referensi terkait hubungan IMT dengan kebugaran fisik. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk untuk melakukan penelitian tersebut.


(42)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

Apakah ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan kebugaran fisik pada siswa laki-laki SMA 4 Medan ?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui hubungan antara IMT dengan kebugran fisik.

1.3.2. Tujuan Khusus

Sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah :

1. Mengetahui gambaran kebugaran fisik pada siswa SMA 4 Medan 2. Mengetahui tingkat kebugaran fisik pada kelompok siswa dengan IMT

normal

3. Mengetahui tingkat kebugaran fisik pada kelompok siswa dengan IMT overweight

4. Mengetahui tingkat kebugaran fisik pada kelompok siswa dengan IMT obes

5. Mengetahui hubungan IMT dengan kebugaran fisik.

1.4. Manfaat Penelitian 1. Bidang Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data pendukung bagi penelitian selanjutnya.

2. Bidang Pendidikan

Proses penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk melatih berpikir secara logis dan sistematis serta mampu menyelenggarakan penelitian berdasarkan metode yang benar.


(43)

3. Bidang Pelayanan Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan menambah kepahaman bagi masyarakat.


(44)

ABSTRAK

Menjadi bugar secara fisik bisa diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan kerja sehari-hari tanpa merasa lelah. Kebugaran fisik terdiri dari beberapa komponen, salah satunya adalah fleksibilitas

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan Kebugaran fisik pada siswa Laki-laki SMA 4 Medan. Penelitian ini menggunakan studi Cross sectional dengan cara

pengambilan sample consecutive sampling.

Dari 37 siswa SMA 4 medan yang memenuhi criteria inklusi,

responden yang memiliki Indeks Massa Tubuh normoweight adalah 21 orang.

20 orang diantaranya memiliki fleksibilitas yang baik. Dengan menggunakan analisa korelasi pearson, didapatkan hubungan korelasi yang negatif antara Indeks Massa Tubuh dengan fleksibilitas dengan p = 0,017 ( p < 0,05 ) dan nilai koefisien relasi ( -0,391).

Kesimpulannya, terdapat hubungan yang bermakna antara Indeks Massa Tubuh dengan fleksibilitas.


(45)

ABSTRACT

Being physically fit has been simply defined as the ability to carry out daily tasks without undue fatigue . Physical Fitness itself consist of 4

component, one of those is flexibility

The purpose of this study was to examine the association between body

mass index and SMA 4 medan student’s physical fitness. this was a crossectional

study with consecutive sampling.

There are 37 students from SMA 4 Medan that fit the inclusion criteria. The respondents with normoweight in total was 21 students. 20 of them have physical fitness within the health fitness zone. Using spearman correlation test, it showed negative correlation between body mass index and flexibility with p = 0,017 ( p < 0,05 ) and r = -0,391.

In conclusion, this study found that there was a significant correlation between body mass index and physical fitness


(46)

HASIL PENELITIAN

Hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan Kebugaran Fisik pada Siswa Laki-Laki SMA 4 Medan

Oleh : SUDIRMAN

120100258

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(47)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan Aktifitas Fisik pada Siswa

Laki-Laki SMA 4 Medan Nama : Sudirman

NIM : 120100258

KATA PENGANTAR

Penguji I

(dr. Riyadh Ikhsan, Sp.KK) NIP.197705312005011003 Pembimbing

(dr. Mutiara Indah Sari, M.Kes) NIP.197310152001122002

Penguji II

(dr. Fitriani Lumongga, Sp.PA) NIP.196912212002122001 Medan, Februari 2016

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara


(48)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul

“hubungan IMT dengan kebugaran fisik pada siswa laki-laki SMA 4 Medan”

sebagai tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana Kedokteran.

Penyusunan penelitian ini dapat diselesaikan atas bantuan dan dukungan dari banyak pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Sirega, Sp.PD-KGEH selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

2. dr. Mutiara Indah Sari M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah memberi banyak arahan dan masukan kepada penulis sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis.

4. Orang tua penulis yang telah memberikan semangat, doa, dan dukungan kepada penulis.

5. Sahabat-sahabat penulis. Khususnya ATP yang telah bersama-sama saling membantu dan saling mendukung.

6. Semua pihak yang telah memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari penelitian ini tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan masukan untuk perbaikan selanjutnya. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2016


(49)

ABSTRAK

Menjadi bugar secara fisik bisa diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan kerja sehari-hari tanpa merasa lelah. Kebugaran fisik terdiri dari beberapa komponen, salah satunya adalah fleksibilitas

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan Kebugaran fisik pada siswa Laki-laki SMA 4 Medan. Penelitian ini menggunakan studi Cross sectional dengan cara

pengambilan sample consecutive sampling.

Dari 37 siswa SMA 4 medan yang memenuhi criteria inklusi,

responden yang memiliki Indeks Massa Tubuh normoweight adalah 21 orang.

20 orang diantaranya memiliki fleksibilitas yang baik. Dengan menggunakan analisa korelasi pearson, didapatkan hubungan korelasi yang negatif antara Indeks Massa Tubuh dengan fleksibilitas dengan p = 0,017 ( p < 0,05 ) dan nilai koefisien relasi ( -0,391).

Kesimpulannya, terdapat hubungan yang bermakna antara Indeks Massa Tubuh dengan fleksibilitas.


(50)

ABSTRACT

Being physically fit has been simply defined as the ability to carry out daily tasks without undue fatigue . Physical Fitness itself consist of 4

component, one of those is flexibility

The purpose of this study was to examine the association between body

mass index and SMA 4 medan student’s physical fitness. this was a crossectional

study with consecutive sampling.

There are 37 students from SMA 4 Medan that fit the inclusion criteria. The respondents with normoweight in total was 21 students. 20 of them have physical fitness within the health fitness zone. Using spearman correlation test, it showed negative correlation between body mass index and flexibility with p = 0,017 ( p < 0,05 ) and r = -0,391.

In conclusion, this study found that there was a significant correlation between body mass index and physical fitness


(51)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah... 3

1.3. Tujuan Penelitian... 3

1.3.1. Tujuan Umum... 3

1.3.2. Tujuan Khusus... 3

1.4. Manfaat Penelitian... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Indeks Masa tubuh... 5

2.2. Obesitas………... 9


(52)

2.2.2. Faktor-faktor penyebab obesitas pada anak... 9

2.2.3. Komplikasi Obesitas………. 12

2.2.4. Penentuan Obesitas……….. 13

2.3. Kebugaran Fisik... 13

2.3.1. Definisi………... 13

2.3.2. Tes dan Area kebugaran………... 13

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep... 18

3.2. Definisi Operasional... 18

3.3. Hipotesis... 19

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian... 20

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian... 20

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian... 20

4.4. Teknik Pengumpulan Data... 21

4.5. Pengolahan dan Analisa Data... 23

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil penelitian ... 24

5.2 Pembahasan ... 27

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 30


(53)

6.2 Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA... 31 LAMPIRAN... 33


(54)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Katagori Indeks Masa Tubuh……….. 6


(55)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. CDC growth chart for boy... 7

2.2. CDC growth chart for girl... 8


(56)

DAFTAR LAMPIRAN 1. Daftar RIwayat Hidup

2. Penjelasan Mengenai penelitian 3. Lembar persetujuan

4. Lembar identitas subjek 5. Lembar pencatatan 6. Data SPSS

7. Data induk


(1)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah... 3

1.3. Tujuan Penelitian... 3

1.3.1. Tujuan Umum... 3

1.3.2. Tujuan Khusus... 3

1.4. Manfaat Penelitian... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Indeks Masa tubuh... 5

2.2. Obesitas………... 9


(2)

2.2.2. Faktor-faktor penyebab obesitas pada anak... 9

2.2.3. Komplikasi Obesitas………. 12

2.2.4. Penentuan Obesitas……….. 13

2.3. Kebugaran Fisik... 13

2.3.1. Definisi………... 13

2.3.2. Tes dan Area kebugaran………... 13

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep... 18

3.2. Definisi Operasional... 18

3.3. Hipotesis... 19

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian... 20

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian... 20

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian... 20

4.4. Teknik Pengumpulan Data... 21

4.5. Pengolahan dan Analisa Data... 23

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil penelitian ... 24

5.2 Pembahasan ... 27

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 30


(3)

6.2 Saran ... 30 DAFTAR PUSTAKA... 31 LAMPIRAN... 33


(4)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Katagori Indeks Masa Tubuh……….. 6 2.2 katagori status berat dengan jangkauan persentil…… 6


(5)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. CDC growth chart for boy... 7 2.2. CDC growth chart for girl... 8 2.3 Existing field-based physical fitness……… 17


(6)

DAFTAR LAMPIRAN 1. Daftar RIwayat Hidup

2. Penjelasan Mengenai penelitian 3. Lembar persetujuan

4. Lembar identitas subjek 5. Lembar pencatatan 6. Data SPSS

7. Data induk

8. Ethical Clearence