Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2. Pembahasan

Dari data distribusi sampel berdasarkan Indeks Massa Tubuh, terlihat bahwa sampel dengan IMT terendah sudah tergolong ke dalam berat badan kurang. penelitian yang dilakukan purnama 2007 juga menunjukkan hal yang sama. Dari 70 sampel yang diteliti, sampel terendah memiliki IMT 15,6 yang juga tergolong ke dalam berat badan rendah. Menurut soekirman 2000 penyebab langsung timbulnya gizi kurang pada anak adalah konsumsi makanan dan penyakit infeksi, kedua penyebab tersebut saling berpengaruh. Kejadian infeksi, dewasa ini, semakin mudah terjadi kepada anak sekolah. Menurut judarwanto 2010 makanan jajanan kaki lima menyumbang asupan energi bagi anak sekolah sebanyak 36, protein 29, dan zat besi 52. Karena itu dapat dipahami peran penting jajanan kaki lima pada pertumbuhan dan prestasi belajar anak sekolah. Namun demikian, keamanan jajanan tersebut baik dari segi mikrobiologis maupun kimiawi masih dipertanyakan. Pada penelitian yang dilakukan di Bogor, telah ditemukan Salmonella paratyphi A di 25-50 sampel minuman yang dijual di kaki lima. Indeks Massa Tubuh tertinggi pada penelitian ini adalah penelitian ini adalah 39,7. Nilai ini sudah tergolong ke obes tingkat II. Menurut kemenkes 2014, status gizi pada kelompok dewasa berusia 18 tahun didominasi dengan masalah obesitas, walaupun masalah kurus juga masih cukup tinggi. Hasil riskesdas 2013 menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada kelompok umur dewasa sebanyak 14,76 dan berat badan lebih sebesar 11,48. Dengan demikian prevalensi kelompok dewasa kelebihan berat badan sebesar 26,23. Angka ini jauh meningkat dari hasil riskesdas 2010 yang hanya 21,7. Berdasarkan karakteristik, masalah obesitas cenderung lebih tinggi pada penduduk yang tinggal di perkotaan, berpendidikan lebih tinggi dan pada kelompok status ekonomi yang tertinggi. Sumatera Utara merupakan salah satu dari enam belas provinsi dengan tingkat prevalensi obesitasnya di atas prevalensi nasional kemenkes, 2014. Universitas Sumatera Utara Dari tabel distribusi sampel berdasarkan fleksibilitas tabel 5.4, di dapatkan bahwa mayoritas sampel memiliki fleksibilitas yang baik. Hal ini disebabkan karena sampel yang diambil oleh peneliti kebanyakan adalah mereka yang memiliki berat badan normal, bahkan hanya sedikit dari mereka yang memiliki berat badan lebih ataupun obes. Karena fleksibilitas adalah salah satu komponen utama dari kebugaran fisik, maka dapat dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa siswa dengan berat badan normal cenderung memiliki kebugaran fisik yang baik. Hal serupa didapat dari studi lebih jauh Chen dalam Hsieh 2014 yang mengatakan bahwa anak-anak yang melakukan aktifitas fisik secara teratur memiliki otot yang lebih kuat dan lebih fleksibel dari pada anak-anak yang tidak melakukan aktifitas fisik secara teratur. Dari tabel 5.5, secara katagorik, pada penelitian ini sulit didapatkan kesimpulan yang akurat terhadap perbandingan indeks massa tubuh dengan fleksibilitas. Hal ini disebabkan karena sedikitnya sampel yang bisa di ambil oleh peneliti dikarenakan syarat yang diberikan oleh dinas pendidikan dalam pengambilan sampel agar tidak mengganggu proses belajar mengajar. Pada tabel ini juga dapat dilihat bahwa sampel dengan berat badan normal lebih dominan dari pada yang lain. Hal ini munkin disebabkan oleh penggunaan teknik sampling yang berupa consecutive sampling. Yaitu semua subjek yang datang dan memenuhi criteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi Sastroasmoro, 2007, Sehingga sampel yang terambil adalah sampel yang paling dominan yang ada dikelas tersebut. Pada tabel hubungan antara indeks massa tubuh dengan fleksibilitas tabel 5.7, didapatkan hubungan yang bermakna antara IMT dengan fleksibilitas p = 0,017 dengan nilai koefisien korelasi -0,391. Hal serupa juga didapatkan oleh Purnama, 2007 dalam penelitiannya tentang hubungan IMT dan fleksibilitas lumbal. Uji korelasi spearman pada penelitian tersebut juga menghasilkan hubungan yang bermakna antara IMT dengan Modified Schober Test p=0,012 dengan nilai koefisien korelasi sebesar -0,298. Dan Universitas Sumatera Utara juga terdapat hubungan yang bermakna antara IMT dengan tes jangkauan p=0,035 dengan koefisien korelasi sebesar -0,252. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. Rata-rata siswa SMA 4 Medan memiliki berat badan yang normal 2. Siswa dengan berat badan normal cenderung memiliki kebugaran fisik yang baik. 3. Mayoritas siswa SMA 4 Medan memiliki kebugaran fisik yang baik 4. Ada hubungan yang bermakna antara IMT dengan kebugaran fisik. 6.2.Saran 1. Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian mengenai hal yang sama, disarankan agar menggunakan sampel yang jauh lebih banyak dari sampel minimal yang dibutuhkan agar variasi IMT yang di dapat menjadi lebih banyak. Sehingga dapat dilakukan analisa yang lebih baik antara hubungan IMT dengan kebugaran fisik. 2. Jika ingin mengambil sampel di sekolah, sebaiknya terlebih dahulu melakukan audiensi yang matang dengan pihak sekolah sehingga peneliti bisa mendapat waktu khusus untuk mengambil sampel. Tujuannya supaya sampel agar lebih fokus, tidak terganggu dengan jam belajar, dan sampel yang bisa diambil juga menjadi lebih banyak. 3. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, maka disarankan untuk mengambil sampel sama banyak di setiap kelompokan IMT. 4. Sesuai dengan teori dan hasil penelitian yang didapatkan, maka diharapkan tenaga kesehatan maupun masyarakat kedepannya lebih memperhatikan berat bedannya untuk memperoleh kebugaran fisik yang lebih baik. Universitas Sumatera Utara