36 dapat disimpulkan bahwa sediaan krim ekstrak daun sukun yang dibuat aman
untuk digunakan. Menurut Ansel 1989, suatu emulsi menjadi tidak stabil akibat
penggumpalan dari pada globul-globul dari fase terdispersi. Rusak atau tidaknya suatu sediaan emulsi dapat diamati dengan adanya perubahan warna dan
perubahan bau. Untuk mengatasi kerusakan bahan akibat adanya oksidasi dapat dilakukan dengan penambahan suatu antioksidan. Kerusakan juga dapat
ditimbulkan oleh jamur atau mikroba, untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan penambahan pengawet. Pengawet yang digunakan dalam
formulasi krim ekstrak daun sukun adalah nipagin.
4.4 Hasil Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan
Hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan yang dioleskan pada kulit yang tipis di bagian bawah lengan dibiarkan selama 24 jam.
Tabel 4.5 Data hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan
No Reaksi iritasi
Sukarelawan 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11
12 1
Gatal -
- -
- -
- -
- -
- -
- 2
Kemerahan -
- -
- -
- -
- -
- -
- 3
Pengkasaran kulit -
- -
- -
- -
- -
- -
- Keterangan: + : gatal
++ : kemerahan +++ : pengkasaran kulit
- : tidak terjadi
Berdasarkan data pada Tabel 4.5 menunjukkan bahwa hasil uji iritasi yang dilakuakn terhadap kulit sukarelawan diperoleh bahwa tidak ada terlihat efek
samping berupa gatal, kemerahan dan pengkasaran pada kulit yang ditimbulkan oleh sediaan krim ekstrak daun sukun yang dioleskan ke kulit. Dengan demikian
Universitas Sumatera Utara
37
4.5 Hasil Pengujian Aktivitas Anti-Aging
Pengujian efektivitas anti-aging menggunakan skin analyzer Aramo, parameter uji meliputi pengukuran kadar air moisture, kehalusan evenness dan
pori pore, banyaknya noda spot dan keriput wrinkle. Pengukuran efektivitas anti-aging dimulai dengan mengukur kondisi awal kulit wajah sukarelawan.
Kemudian dioleskan krim ekstrak daun sukun setiap pagi dan malam hari. Seminggu sekali diukur perubahannya, sampai 4 kali pengukuran. Data yang
diperoleh pada setiap parameter anti-aging diuji normalitas dengan Shapiro-Wilk test, diperoleh nilai p
≤ 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data tidak terdistribusi normal, sehingga dilakukan uji non parametrik Kruskal Wallis untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan antar formula dalam memulihkan kulit kemudian dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney untuk mengetahui pada
formula mana yang terdapat perbedaan secara signifikan. Hasil uji statistik dapat dilihat pada Lampiran 14 halaman 79-98.
4.5.1 Kadar air moisture
Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture checker yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo. Hasil pengukuran dapat
dilihat pada Tabel 4.6, yang menunjukkan bahwa kadar air kulit wajah semua kelompok sukarelawan sebelum pemakaian krim anti-aging adalah dehidrasi 0-
29. Setelah pemakaian krim anti-aging selama 4 minggu, semua formula mengalami peningkatan kadar air dari dehidrasi menjadi normal.
Pada sukarelawan yang memakai krim dengan formula formula F4 krim ekstrak daun sukun 3,5 memiliki persentase peningkatan kadar air yang lebih
tinggi dari formula F0, F1, F2, F3, dan F5. Grafik pengaruh pemakaian krim anti- aging terhadap kadar air kulit dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2.
Universitas Sumatera Utara
38
Tabel 4.6 Data hasil pengukuran kadar air moisture pada kulit wajah
sukarelawan setelah pemakaian krim anti-aging selama 4 minggu
Formula Suka-
relawan Kadar air
Peningkat- an kadar
air Sebelum
Pemakaian minggu I
II III
IV F0
1 27
27 28
28 28
1,00 2
27 27
28 29
29 2,00
3 27
28 28
30 31
4,00 Rata-rata
27,00 27,33
28,00 29,00
29,33 2,33
F1 1
27 28
30 31
32 5,00
2 27
29 30
31 32
5,00 3
28 30
31 31
31 3,00
Rata-rata 27,33
29,00 30,33
31,00 31,67
4,33 F2
1 29
30 31
31 32
3,00 2
28 30
31 32
33 5,00
3 27
30 30
32 33
6,00 Rata-rata
28,00 30,00
30,67 31,67
32,67 4,67
F3 1
28 31
31 32
33 5,00
2 29
30 32
33 34
5,00 3
28 31
32 33
34 6,00
Rata-rata 28,33
30,67 31,67
32,67 33,67
5,33 F4
1 29
31 32
34 35
6,00 2
27 28
29 30
32 5,00
3 28
30 32
33 35
7,00 Rata-rata
28,00 29,67
31,00 32,33
34,00 6,00
F5 1
28 31
32 32
33 5,00
2 28
31 32
33 34
6,00 3
29 32
33 33
35 6,00
Rata-rata 28,33
31,33 32,33
32,67 34,00
5,67 Keterangan :
Dehidrasi 0-29; Normal 30-50; Hidrasi 51-100 Aramo, 2012 F0 : Blanko dasar krim
F1 : Krim ekstrak daun sukun 0,5 F2 : Krim ekstrak daun sukun 1,5
F3 : Krim ekstrak daun sukun 2,5 F4 : Krim ekstrak daun sukun 3,5
F5 : Krim pembanding Olay
Data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji non parametrik Kruskal Wallis. Hasil analisis statistik dari pengukuran kadar air menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan p ≤ 0,05 antar formula setelah pemakaian
krim anti-aging setiap minggu selama 4 minggu. Hasil analisis statistik setelah 4
Universitas Sumatera Utara
39 minggu pemakaian krim anti-aging menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
peningkatan kadar air yang signifikan p ≤ 0,05 antara blanko dengan semua
krim ekstrak daun sukun dan pembanding. Akan tetapi, antara F2, F3, F4 dengan F5 tidak terdapat perbedaan yang signifikan p 0,05.
Gambar 4.1 Grafik hasil pengukuran kadar air moisture pada kulit wajah
sukarelawan kelompok blanko, krim ekstrak daun sukun 0,5; 1,5; 2,5; 3,5 dan krim pembanding selama 4 minggu
Gambar 4.2 Grafik peningkatan kadar air moisture pada kulit wajah
sukarelawan kelompok blanko, krim ekstrak daun sukun 0,5; 1,5; 2,5; 3,5 dan krim pembanding setelah 4 minggu
20 25
30 35
1 2
3 4
K ad
ar ai
r
Waktu minggu
Kadar Air Moisture
Blanko 0,5
1,5 2,5
3,5 Olay
1 2
3 4
5 6
7
Blanko 0,5
1,5 2,5
3,5 Olay
P eni
ngk at
an k
ad ar
ai r
Universitas Sumatera Utara
40 Ekstrak daun sukun dapat meningkat kadar air pada kulit dengan
mekanisme sebagai humektan yaitu dapat mengikat air. Hal ini dapat dibuktikan dengan cara ekstrak ditimbang sebagai berat awal, ekstrak diletakkan di udara
terbuka, kemudian ditimbang kembali setelah tiga hari. Lalu, dihitung persentase air yang dapat diikat. Hasil pengikatan air dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Data pengikatan air oleh ekstrak daun sukun
No Berat awal ekstrak
g Berat ekstrak g pada hari ke-
Persentase air yang diikat
1 2
3 1
3,299 3,347
3,368 3,410
3,365 2
3,289 3,350
3,363 3,394
3,192 3
3,312 3,349
3,370 3,421
3,291 Rata-rata
3,283 Menurut Mitsui 1997, nutrisi, aktivitas serta lingkungan merupakan faktor
yang sangat mempengaruhi kadar air dalam epidermis dan dermis. Kulit harus mampu menjaga kadar air untuk mempertahankan fungsinya sebagai kulit yang
sehat. Apabila kadar air menurun secara drastis, kulit akan kekurangan nutrisi dan menyebabkan kulit menjadi kering, kasar, pecah-pecah dan terkelupas.
4.5.2 Kehalusan evenness
Pengukuran kehalusan kulit evennes dengan menggunakan perangkat skin analyzer menggunakan lensa perbesaran 60 kali dengan warna lampu sensor
berwarna biru. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 4.8, yang menunjukkan bahwa
kehalusan kulit wajah semua kelompok sukarelawan sebelum pemakaian krim anti-aging adalah normal 32-51. Setelah pemakaian krim anti-aging selama 4
minggu, kehalusan kulit pada sukarelawan yang memakai krim formula F4 dan F5 mengalami peningkatan dari normal menjadi halus. Krim formula F4 lebih efektif
dalam menghaluskan kulit dibandingkan dengan blanko, krim formula F1, F2, dan
Universitas Sumatera Utara
41 F3. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak kandungan ekstrak di dalam
sediaan krim maka semakin besar peranannya dalam menghaluskan kulit.
Tabel 4.8 Data hasil pengukuran kehalusan evenness pada kulit wajah
sukarelawan setelah pemakaian krim anti-aging selama 4 minggu
Formula Suka-
relawan Kehalusan kulit
Sebelum Pemakaian minggu
I II
III IV
F0 1
42 42
42 42
42 2
42 42
42 42
41 3
42 42
42 42
41 Rata-rata
42,00 42,00
42,00 42,00
41,33 F1
1 39
39 39
38 38
2 39
39 38
37 36
3 39
39 38
36 36
Rata-rata 39,00
39,00 38,33
37,00 36,67
F2 1
39 39
38 36
35 2
39 34
33 33
32 3
36 36
35 33
33 Rata-rata
38,00 36,33
35,33 34,00
33,33 F3
1 35
35 34
33 33
2 39
33 32
32 32
3 38
36 35
33 31
Rata-rata 37,33
34,67 33,67
32,67 32,00
F4 1
38 35
34 33
31 2
36 36
35 34
31 3
36 35
33 32
30 Rata-rata
36,67 35,33
34,00 33,00
30,67 F5
1 34
33 33
31 29
2 37
35 35
34 31
3 36
34 33
32 30
Rata-rata 35,67
34,00 33,67
32,33 30,00
Keterangan : Halus 0-31; Normal 32-51; Kasar 52-100 Aramo, 2012
F0 : Blanko dasar krim F1 : Krim ekstrak daun sukun 0,5
F2 : Krim ekstrak daun sukun 1,5 F3 : Krim ekstrak daun sukun 2,5
F4 : Krim ekstrak daun sukun 3,5 F5 : Krim pembanding Olay
Grafik pengaruh pemakaian krim anti-aging terhadap kehalusan kulit sukarelawan selama 4 minggu dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Universitas Sumatera Utara
42 Wasitaatmadja, 1997.
Gambar 4.3 Grafik hasil pengukuran kehalusan evenness pada kulit wajah
sukarelawan kelompok blanko, krim ekstrak daun sukun 0,5; 1,5; 2,5; 3,5 dan krim pembanding selama 4 minggu
Data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji non parametrik Kruskal Wallis. Hasil analisis statistik dari pengukuran kehalusan kulit
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan p ≤ 0,05 antar formula setelah
pemakaian krim anti-aging setiap minggu selama 4 minggu. Hasil analisis statistik setelah 4 minggu pemakaian krim anti-aging menunjukkan bahwa bahwa
terdapat perbedaan peningkatan kehalusan kulit yang signifikan p ≤ 0,05 antara
blanko dengan semua krim ekstrak daun sukun dan pembanding. Akan tetapi, antara F3, F4 dengan F5 tidak terdapat perbedaan yang signifikan p 0,05.
Kering dan kasar juga merupakan tanda-tanda umum yang dialami pada saat kulit mengalami penuaan dini. Ketika kulit terlalu sering terpapar oleh sinar
matahari terutama sinar ultraviolet, kolagen dan elastin yang berada dalam lapisan kulit akan rusak. Sehingga sel-sel mati yang bertumpuk pada stratum
korneum menyebabkan permukaan kulit menjadi kurang halus akibatnya kulit tampak lebih kasar. Selain itu, kulit juga menurun kemampuannya dalam
melepaskan sel kulit mati yang lama untuk diganti dengan sel kulit yang baru
20 30
40 50
1 2
3 4
K eh
al u
san
Waktu minggu
Kehalusan Evenness
Blanko 0,5
1,5 2,5
3,5 Olay
Universitas Sumatera Utara
43 Dalam mengatasi bahaya yang timbul akibat radikal bebas, tubuh
mengembangkan mekanisme perlindungan untuk mencegah pembentukan radikal bebas dan peroksidasi lipid maupun memperbaiki kerusakan yang terjadi,
termasuk pada kulit. Kulit secara alamiah menggunakan antioksidan untuk melindungi dari efek kerusakan dari sinar matahari Deny, dkk., 2006.
4.5.3 Pori pore
Pengukuran pori menggunakan perangkat skin analyzer yaitu dengan lensa perbesaran 60 kali dengan warna lampu sensor berwarna biru, pada waktu
melakukan pengukuran kehalusan kulit, maka secara otomatis pengukuran pori ikut terbaca. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 4.9, yang menunjukkan
bahwa pori kulit wajah semua kelompok sukarelawan sebelum pemakaian krim anti-aging adalah beberapa besar 20-39. Setelah pemakaian krim anti-aging
selama 4 minggu, hasil pengukuran pori pada sukarelawan yang memakai krim formula F3, F4 dan F5 mengalami peningkatan dari pori yang beberapa besar
menjadi kecil. Data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji non parametrik
Kruskal Wallis. Hasil analisis statistik dari pengukuran pori menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan p
≤ 0,05 antar formula setelah pemakaian krim anti- aging pada minggu ketiga dan keempat. Hasil analisis statistik setelah 4 minggu
pemakaian krim anti-aging menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan p
≤ 0,05 antara blanko dengan semua krim ekstrak daun sukun dan pembanding. Akan tetapi, antara F2, F3, F4 dengan F5 tidak terdapat perbedaan
yang signifikan p 0,05. Grafik pengaruh pemakaian krim anti-aging terhadap pori kulit sukarelawan
selama 4 minggu dapat dilihat pada Gambar 4.4.
Universitas Sumatera Utara
44
Tabel 4.9 Data hasil pengukuran pori pore pada kulit wajah sukarelawan
setelah pemakaian krim anti-aging selama 4 minggu
Formula Suka-
relawan Ukuran pori
Sebelum Pemakaian minggu
I II
III IV
F0 1
25 25
25 24
22 2
25 25
24 24
23 3
25 24
24 23
23 Rata-rata
25,00 24,67
24,33 23,67
22,67 F1
1 25
24 23
22 20
2 27
25 23
22 21
3 25
24 24
23 22
Rata-rata 25,67
24,33 23,33
22,33 21,00
F2 1
25 24
20 20
19 2
27 24
22 20
20 3
25 25
24 22
21 Rata-rata
25,67 24,33
22,00 20,67
20,00 F3
1 25
25 24
22 20
2 24
23 20
20 20
3 26
26 24
19 17
Rata-rata 25,00
24,67 22,67
20,33 19,00
F4 1
25 23
22 21
20 2
24 23
22 21
20 3
27 25
24 20
16 Rata-rata
25,33 23,67
22,67 20,67
18,67 F5
1 25
24 22
20 18
2 27
24 20
19 19
3 24
22 22
20 18
Rata-rata 25,33
23,33 21,33
19,67 18,33
Keterangan : Kecil 0-19; Beberapa besar 20-39; Sangat besar 40-100 Aramo, 2012
F0 : Blanko dasar krim F1 : Krim ekstrak daun sukun 0,5
F2 : Krim ekstrak daun sukun 1,5 F3 : Krim ekstrak daun sukun 2,5
F4 : Krim ekstrak daun sukun 3,5 F5 : Krim pembanding Olay
Ukuran pori-pori berhubungan erat erat dengan kehalusan pada kulit. Semakin kecil ukuran pori-pori pada kulit menunjukkan semakin halus kulit
tersebut, sebaliknya semakin besar ukuran pori-pori menunjukkan semakin kasar kulit tersebut.
Universitas Sumatera Utara
45 ekstrak daun sukun yang ada di dalam sediaan krim maka semakin besar
Gambar 4.4 Grafik hasil pengukuran pori pore pada kulit wajah sukarelawan
kelompok blanko, krim ekstrak daun sukun 0,5; 1,5; 2,5; 3,5 dan krim pembanding selama 4 minggu
Besarnya pori dapat disebabkan oleh sinar matahari dan sel kulit mati. Pori- pori dapat membesar apabila terkena sinar matahari yang terlalu terik,
peningkatan suhu menyebabkan kotoran mudah masuk dan tersumbat di dalamnya sehingga menyebabkan jerawat lebih mudah timbul Muliyawan dan Suriana,
2013.
4.5.4 Noda spot
Pengukuran banyaknya noda dengan menggunakan perangkat skin analyzer dengan lensa perbesaran 60 kali dengan warna lampu sensor jingga. Hasil
pengukuran dapat dilihat pada Tabel 4.10, yang menunjukkan bahwa kulit wajah semua kelompok sukarelawan sebelum pemakaian krim anti-aging memiliki
beberapa noda 20-39. Setelah pemakaian krim anti-aging selama 4 minggu, hasil pengukuran noda pada sukarelawan yang memakai krim formula F4
mengalami pengurangan noda, yaitu dari beberapa noda menjadi sedikit. Formula F4 lebih baik dalam mengurangi noda pada kulit dibandingkan dengan formula
F0, F1, F2, F3 dan F5. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak kandungan
15 20
25 30
1 2
3 4
U kur
an p
or i
Waktu minggu
Pori Pore
Blanko 0,5
1,5 2,5
3,5 Olay
Universitas Sumatera Utara
46 peranannya dalam mengurangi jumlah noda pada kulit yang diakibat oleh sinar
matahari.
Tabel 4.10 Data hasil pengukuran noda spot pada kulit wajah sukarelawan
setelah pemakaian krim anti-aging selama 4 minggu
Formula Suka-
relawan Banyak noda
Sebelum Pemakaian minggu
I II
III IV
F0 1
32 32
32 32
32 2
32 32
32 31
31 3
32 32
31 31
31 Rata-rata
32,00 32,00
31,67 31,33
31,33 F1
1 31
29 28
25 22
2 31
29 26
23 21
3 31
29 27
24 23
Rata-rata 31,00
29,00 27,00
24,00 22,00
F2 1
32 28
24 22
20 2
32 29
25 23
22 3
31 28
26 23
21 Rata-rata
31,67 28,33
25,00 22,67
21,00 F3
1 31
28 24
21 19
2 32
29 27
25 21
3 31
29 26
25 21
Rata-rata 31,33
28,67 25,67
23,67 20,33
F4 1
30 29
27 22
19 2
32 28
24 21
19 3
30 30
27 21
18 Rata-rata
30,67 29,00
26,00 21,33
18,67 F5
1 32
29 26
23 20
2 31
28 25
22 20
3 31
28 24
22 19
Rata-rata 31,33
28,33 25,00
22,33 19,67
Keterangan : Sedikit 0-19; Beberapa noda 20-39; Banyak noda 40-100 Aramo, 2012
F0 : Blanko dasar krim F1 : Krim ekstrak daun sukun 0,5
F2 : Krim ekstrak daun sukun 1,5 F3 : Krim ekstrak daun sukun 2,5
F4 : Krim ekstrak daun sukun 3,5 F5 : Krim pembanding Olay
Grafik pengaruh pemakaian krim anti-aging terhadap pori kulit sukarelawan selama 4 minggu dapat dilihat pada Gambar 4.5.
Universitas Sumatera Utara
47 matahari yang terkena kulit menyebabkan semakin aktif pembentukan melanin
Gambar 4.5 Grafik hasil pengukuran noda spot pada kulit wajah sukarelawan
kelompok blanko, krim ekstrak daun sukun 0,5; 1,5; 2,5; 3,5 dan krim pembanding selama 4 minggu
Data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji non parametrik Kruskal Wallis. Hasil analisis statistik dari pengukuran noda menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan p ≤ 0,05 antar formula setelah pemakaian krim anti-
aging pada minggu ketiga dan keempat. Hasil analisis statistik setelah 4 minggu pemakaian krim anti-aging
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan p ≤ 0,05 antara blanko
dengan semua krim ekstrak daun sukun dan pembanding. Akan tetapi, antara F2, F3, F4 dengan F5 tidak terdapat perbedaan yang signifikan p 0,05.
Sel utama kedua epidermis setelah keratinosit adalah melanosit yang ditemukan dalam lapisan basal. Di dalam melanosit disintesa granula-granula
pigmen yang disebut melanosom. Melanosom mengandung biokroma coklat yang disebut melanin. Jumlah melanin dalam keratinosit dalam kulit menentukan warna
kulit seseorang. Melanosit melindungi kulit dari pengaruh-pengaruh sinar matahari yang merugikan. Sebaliknya, sinar matahari yang berlebihan juga dapat
meningkatkan pembentukan melanosom dan melanin. Semakin banyak sinar
15 20
25 30
35 40
1 2
3 4
B an
yak nod
a
Waktu minggu
Noda Spot
Blanko 0,5
1,5 2,5
3,5 Olay
Universitas Sumatera Utara
48 dan menimbulkan pembentukan bintik-bintik noda berwarna coklat pada kulit
Fitzpatrick, dkk., 1983. Pada kulit terdapat enzim yang berperan dalam pembentukan melanin, yaitu
tirosinase. Enzim ini mengkatalisis dua reaksi utama dalam biosintesis melanin, yaitu hidroksilasi L-tirosin menjadi L-dopa dan oksidasi L-dopa menjadi
dopakuinon. Senyawa dopakuinon mempunyai kereaktifan yang sangat tinggi sehingga dapat mengalami polimerisasi secara spontan membentuk dopakrom
yang kemudian menjadi melanin. Salah satu cara menghambat pembentukan melanin adalah dengan menghambat aktivitas tirosinase Juwita, dkk., 2011.
Menurut Riliani 2015, krim ekstrak etanol daun sukun dapat mencegah peningkatan jumlah melanin kulit marmut yang dipapar sinar ultraviolet B. Hal ini
diduga karena sukun mengandung flavonoid yang memiliki aktivitas sebagai penghambat enzim tirosinase.
4.5.5 Keriput wrinkle
Penggukuran keriput dengan menggunakan perangkat alat skin analyzer menggunakan lensa perbesaran 10 kali dengan warna lampu sensor berwarna biru.
Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 4.11, yang menunjukkan bahwa kulit wajah semua kelompok sukarelawan sebelum pemakaian krim anti-aging adalah
berkeriput 20-52. Setelah pemakaian krim anti-aging selama 4 minggu, hasil pengukuran keriput pada semua kelompok sukarelawan tidak mengalami
perubahan yang berarti. Grafik pengaruh pemakaian krim anti-aging terhadap jumlah keriput kulit sukarelawan selama 4 minggu dapat dilihat pada Gambar 4.6.
Hasil analisis statistik dari pengukuran pori menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan p
≤ 0,05 antar formula setelah pemakaian krim anti-aging pada minggu kedua, ketiga dan keempat. Hasil analisis statistik setelah 4 minggu
Universitas Sumatera Utara
49 pemakaian krim anti-aging menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan p ≤ 0,05 antara blanko dengan semua krim ekstrak daun sukun dan
pembanding. Akan tetapi, antara F4 dengan F5 tidak terdapat perbedaan yang signifikan p 0,05.
Tabel 4.11 Data hasil pengukuran keriput wrinkle pada kulit wajah sukarelawan
setelah pemakaian krim anti-aging selama 4 minggu
Formula Suka-
Relawan Keriput
Sebelum Pemakaian minggu
I II
III IV
F0 1
29 29
29 29
29 2
28 28
28 28
28 3
29 28
28 28
28 Rata-rata
28,67 28,33
28,33 28,33
28,33 F1
1 28
28 28
27 26
2 27
27 26
26 26
3 25
24 24
23 23
Rata-rata 26,67
26,33 26,00
25,33 25,00
F2 1
28 27
26 25
24 2
26 24
24 23
23 3
27 26
25 24
24 Rata-rata
27,00 25,67
25,00 24,00
23,67 F3
1 26
25 24
23 22
2 28
26 25
23 23
3 25
25 24
23 22
Rata-rata 26,33
25,33 24,33
23,00 22,33
F4 1
28 26
25 23
21 2
26 25
25 23
20 3
25 24
24 23
20 Rata-rata
26,33 25,00
24,67 23,00
20,33 F5
1 27
26 24
22 21
2 25
23 22
21 19
3 27
24 21
21 20
Rata-rata 26,33
24,33 22,33
21,33 20,00
Keterangan : Tidak berkeriput 0-19; Berkeriput 20-52; Berkeriput parah 53-100 Aramo, 2012
F0 : Blanko dasar krim F1 : Krim ekstrak daun sukun 0,5
F2 : Krim ekstrak daun sukun 1,5 F3 : Krim ekstrak daun sukun 2,5
F4 : Krim ekstrak daun sukun 3,5 F5 : Krim pembanding Olay
Universitas Sumatera Utara
50
Gambar 4.6 Grafik hasil pengukuran keriput wrinkle pada kulit wajah
sukarelawan kelompok blanko, krim ekstrak daun sukun 0,5; 1,5; 2,5; 3,5 dan krim pembanding selama 4 minggu
Kulit merupakan organ tubuh yang secara langsung terpapar sinar UV dari matahari. Sinar UV dapat menyebabkan penurunan sintesis kolagen. Kolagen
merupakan penyusun lapisan dermis juga berperan dalam proses regenerasi kulit. Seiring bertambahnya usia, kolagen kulit mulai pecah dan kaku sehingga kulit
kehilangan elastisitasnya. Akibatnya, kulit tampak berkerut dan mengendur Noormindhawati, 2013.
Flavonoid sebagai antioksidan bekerja menangkap radikal bebas yang ada dalam kulit. Molekul antioksidan berfungsi sebagai sumber hidrogen yang akan
berkaitan dengan radikal bebas. Dalam proses tersebut, antioksidan mengikat energi yang akan digunakan untuk pembentukan radikal bebas baru sehingga
reaksi antioksidan berhenti. Antioksidan ”mengorbankan dirinya” untuk teroksidasi oleh radikal bebas sehingga melindungi protein atau asam amino
penyusun kolagen dan elastin Atmaja, 2009.
15 20
25 30
1 2
3 4
K eri
p u
t
Waktu minggu
Keriput Wrinkle
Blanko 0,5
1,5 2,5
3,5 Olay
Universitas Sumatera Utara
51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. Ekstrak daun sukun dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan krim
yang homogen dengan tipe emulsi minyak dalam air, pH 6,72-7,10, tidak menimbulkan iritasi kulit dan stabil pada penyimpanan selama 90 hari
dalam suhu kamar. b.
Krim ekstrak daun sukun 3,5 menunjukkan efektivitas anti-aging paling baik dibandingkan dengan formula krim lainnya dan krim Olay.
5.2 Saran
a. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat menguji aktivitas
antioksidan dari sediaan krim ekstrak daun sukun. b.
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat memformulasi ekstrak daun sukun menjadi bentuk sediaan lain.
Universitas Sumatera Utara
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Sukun
Pada dasarnya sukun tergolong tanaman tropik sejati dengan tempat tumbuh terbaik di dataran rendah yang beriklim panas. Selain di dataran rendah, sukun
juga tumbuh di berbagai tempat karena daya adaptasinya yang tinggi. Tanaman ini tumbuh baik di daerah basah, tetapi dapat juga tumbuh di daerah yang sangat
kering asalkan ada air tanah dan aerasi tanah yang cukup. Bahkan pada musim kemarau, sukun dapat tumbuh dan berbuah dengan lebat Harmanto, 2012.
2.1.1 Sistematika tumbuhan
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Urticales
Suku : Moraceae
Marga : Artocarpus
Jenis : Artocarpus altilis Depkes RI, 1997
2.1.2 Nama daerah
Nama daerah dari sukun adalah sakon Aceh, hatopul Batak, bakara Makasar, suku Nias, sukun Sunda, sukun Jawa, suun Ambon Heyne,
1987.
Universitas Sumatera Utara
6
2.1.3 Morfologi tumbuhan
Tumbuhan sukun memiliki tinggi 10-25 m, batang bulat, percabangan simpodial, bergetah, permukaan kasar dan berwarna coklat. Daunnya tunggal,
berseling, ujung runcing, tepi bertoreh, panjang 50-70 cm, lebar 25-50 cm, pertulangan menyirip, tebal, permukaan kasar dan berwarna hijau. Bunga dari
sukun berumah satu, bunga jantan silindris dengan panjang 10-20 cm berwarna kuning, bunga betina bulat dengan garis tengah 2-5 cm dan berwarna hijau.
Buahnya semu majemuk, bulat dengan diameter 10-20 cm, berwarna hijau, mempunyai akar tunggang yang berwarna coklat Depkes RI, 1997.
2.1.4 Kandungan kimia
Daun sukun mengandung golongan senyawa flavonoid, steroid, saponin dan tanin. Serta pada skrining fitokimia menunjukan adanya golongan senyawa
flavonoid, tanin, saponin, steroid dan polifenol Puspasari, dkk., 2014.
2.1.5 Khasiat tumbuhan
Umumnya, masyarakat menggunakan daun sukun untuk mengobati penyakit liver, hepatitis, sakit gigi, gatal-gatal, jantung, dan ginjal. Selain itu, daun sukun
juga dapat digunakan sebagai ramuan obat obat gosok untuk kulit yang bengkak dengan cara membakarnya, kemudian abu hasil pembakaran dicampur minyak
kelapa dan kunyit Harmanto, 2012. Daun tumbuhan sukun berkhasiat untuk mengobati penyakit seperti liver,
ginjal, hipertensi, pembengkakan limpa dan gatal-gatal Depkes RI, 1997.
2.2 Kulit