32 10 dapat menjadi media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya Depkes
RI, 1985. Penetapan kadar sari larut air menyatakan jumlah zat yang tersari larut
dalam air yaitu glikosida, gula, gom, protein, enzim, zat warna dan asam organik. Penetapan kadar sari larut etanol menyatakan jumlah zat yang tersari dalam
pelarut etanol seperti glikosida, antrakinon, steroida, flavonoida, saponin dan tanin Ditjen POM RI, 1995. Kandungan sari larut air lebih tinggi daripada kadar
sari larut etanol, karena air dapat melarutkan zat lain yang tidak diperlukan seperti gom, pati, protein dan lain-lain, hal ini yang menyebabkan tingginya kadar sari
yang larut air dari tanaman yang diperiksa. Penetapan kadar abu total menyatakan jumlah kandungan senyawa
anorganik dalam simplisia misalnya Mg, Ca, Na, Zn dan K. Kadar abu tidak larut dalam asam untuk mengetahui kadar senyawa anorganik yang tidak larut dalam
asam misalnya silikat WHO, 1992.
4.2 Hasil Ekstraksi Daun Sukun
Hasil ekstraksi dari 700 g simplisia daun sukun dengan menggunakan pelarut etanol 96 sebanyak 7 L, kemudian diuapkan dengan rotary evaporator
pada suhu 40-50 °C sampai diperoleh ekstrak kental sebanyak 58,6 g 8,37.
Gambar ekstrak dapat dilihat pada Lampiran 6 halaman 61.
4.3 Hasil Pemeriksaan Terhadap Sediaan Krim 4.3.1 Hasil pemeriksaan homogenitas
Dari hasil pengamatan homogenitas yang dilakukan terhadap sediaan krim anti-aging menggunakan ekstrak daun sukun, diperoleh bahwa pada kaca yang
Universitas Sumatera Utara
33 telah dioles oleh sediaan krim menunjukkan susunan yang homogen dan tidak
terdapat butiran kasar. Gambar uji homogenitas dapat dilihat pada Lampiran 12 halaman 71.
4.3.2 Hasil penentuan tipe emulsi sediaan
Hasil penentuan tipe emulsi sediaan krim dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan gambarnya pada Lampiran 12 halaman 71.
Tabel 4.2 Data kelarutan metil biru pada sediaan krim
No Formula
Kelarutan Biru Metil pada Sediaan Ya
Tidak 1
F0
− 2
F1
− 3
F2
− 4
F3
− 5
F4
− 6
F5
− Keterangan: F0 : Blanko dasar krim
F1 : Krim ekstrak daun sukun 0,5 F2 : Krim ekstrak daun sukun 1,5
F3 : Krim ekstrak daun sukun 2,5 F4 : Krim ekstrak daun sukun 3,5
F5 : Krim pembanding Olay
Hasil uji tipe emulsi sediaan krim pada tabel di atas, untuk semua sediaan krim menunjukkan warna biru metil dapat homogen atau tersebar merata di dalam
krim sehingga dapat dibuktikan bahwa sediaan krim yang dibuat mempunyai tipe emulsi minyak dalam air ma. Tipe emulsi ini memiliki keuntungan yaitu lebih
mudah menyebar di permukaan kulit, tidak lengket dan mudah dihilangkan dengan pencucian.
4.3.3 Hasil pengukuran pH sediaan
Hasil pengukuran pH sediaan krim ekstrak daun sukun dilakukan dengan menggunakan pH meter.
Universitas Sumatera Utara
34 sediaan krim ekstrak daun sukun selama 90 hari dapat dilihat pada Tabel 4.4 di
bawah ini.
Tabel 4.3 Data pengukuran pH sediaan krim
Formula Lama Pengamatan Minggu
1 2
3 4
12 F0
7,10 7,09
7,08 7,06
7,05 7,02
F1 7,03
7,02 7,02
6,97 6,97
6,96 F2
6,98 6,98
6,98 6,92
6,92 6,92
F3 6,90
6,90 6,85
6,83 6,78
6,77 F4
6,83 6,79
6,78 6,78
6,75 6,72
F5 6,74
6,74 6,74
6,74 6,74
6,74 Keterangan: F0 : Blanko dasar krim
F1 : Krim ekstrak daun sukun 0,5 F2 : Krim ekstrak daun sukun 1,5
F3 : Krim ekstrak daun sukun 2,5 F4 : Krim ekstrak daun sukun 3,5
F5 : Krim pembanding Olay
Pengukuran pH sediaan dilakukan pada saat setelah selesai dibuat, kemudian setelah penyimpanan 4, 8, 9, 10, 11, dan 12 minggu. Hasil pengukuran
pH tiap formula menunjukkan bahwa dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak daun sukun maka pH sediaan semakin rendah, namun perubahan tersebut masih
dalam standar persyaratan pH untuk sediaan krim yaitu antara pH 5-8 Balsam, 1972. Sedangkan untuk krim pembanding Olay tidak mengalami perubahan pH.
4.3.4 Hasil pengamatan stabilitas sediaan
Ketidakstabilan formulasi dapat dideteksi dalam beberapa hal dengan suatu perubahan dalam penampilan fisik, warna, bau, rasa dan tekstur dari formulasi
tersebut. Umumnya suatu emulsi dianggap tidak stabil secara fisik jika semua atau sebagian dari cairan fase dalam tidak teremulsikan dan membentuk suatu lapisan
yang berbeda pada permukaan atau dasar emulsi. Oleh sebab itu, perlu dilakukan uji evaluasi selama 3 bulan dan dianggap sebagai stabilitas minimum yang harus
dimiliki suatu emulsi. Berikut data hasil pengamatan stabilitas terhadap semua
Universitas Sumatera Utara
35
Tabel 4.4 Data hasil pengamatan terhadap kestabilan sediaan krim pada saat
sediaan selesai dibuat, 7, 14, 21, 28 dan 90 hari
No Formula
Pengamatan Selesai
dibuat 7 hari
14 hari
21 hari
28 hari
90 hari
x y
z x y z x y z x y z x y z x y z 1
F0 -
- -
- - - - - - - - - - - - - - - 2
F1 -
- -
- - - - - - - - - - - - - - - 3
F2 -
- -
- - - - - - - - - - - - - - - 4
F3 -
- -
- - - - - - - - - - - - - - - 5
F4 -
- -
- - - - - - - - - - - - - - - 6
F5 -
- -
- - - - - - - - - - - - - - - Keterangan: F0 : Blanko dasar krim
F1 : Krim ekstrak daun sukun 0,5 F2 : Krim ekstrak daun sukun 1,5
F3 : Krim ekstrak daun sukun 2,5 F4 : Krim ekstrak daun sukun 3,5
F5 : Krim pembanding Olay x : Perubahan warna
y : Perubahan bau z : Pemisahan fase
: Terjadi perubahan - : Tidak terjadi perubahan
Berdasarkan data yang diperoleh, menunjukkan bahwa masing-masing formula yang telah diamati selama 90 hari memberikan hasil yang baik yaitu tidak
mengalami perubahan warna, bau dan pemisahan fase. Hal ini menunjukkan bahwa krim ekstrak daun sukun stabil dalam penyimpanan. Gambar sediaan krim
setelah dibuat dan setelah disimpan selama 90 hari dalam suhu kamar dapat dilihat pada Lampiran 11 halaman 70.
Stabilitas dari suatu sediaan farmasi dapat dilihat dari ada tidaknya perubahan warna dan bau selama penyimpanan. Perubahan-perubahan tersebut
dapat terjadi jika bahan-bahan yang terdapat dalam sediaan krim tersebut teroksidasi. Suatu sediaan emulsi dikatakan tidak stabil jika mengalami creaming
dan inversi.
Universitas Sumatera Utara
36 dapat disimpulkan bahwa sediaan krim ekstrak daun sukun yang dibuat aman
untuk digunakan. Menurut Ansel 1989, suatu emulsi menjadi tidak stabil akibat
penggumpalan dari pada globul-globul dari fase terdispersi. Rusak atau tidaknya suatu sediaan emulsi dapat diamati dengan adanya perubahan warna dan
perubahan bau. Untuk mengatasi kerusakan bahan akibat adanya oksidasi dapat dilakukan dengan penambahan suatu antioksidan. Kerusakan juga dapat
ditimbulkan oleh jamur atau mikroba, untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan penambahan pengawet. Pengawet yang digunakan dalam
formulasi krim ekstrak daun sukun adalah nipagin.
4.4 Hasil Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan