Hasil Penelitian Karakteristik Partisipan Kesimpulan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian fenomenologi ini bertujuan untuk menggali lebih dalam lagi mengenai pengalaman Ibu yang merawat anak penderita kanker di Yayasan Onkologi Anak Medan YOAM. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan empat tema yang menggambarkan pengalaman ibu dalam merawat anak dengan kanker di Yayasan Onkologi Anak Medan. Hasil penelitian yang dibahas adalah karakteristik partisipan dan tema hasil analisa data penelitian.

4.2 Karakteristik Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 10 orang. Kesepuluh partisipan dalam penelitian ini telah memenuhi kriteria dan bersedia untuk diwawancarai serta menandatangani persetujuan menjadi partisipan penelitian sebelum wawancara dimulai. Para partisipan adalah Ibu yang merawat anak dengan kanker di Yayasan Onkologi Anak Medan YOAM. Karakteristik partisipan pada penelitian ini meliputi usia, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan sukubangsa. Dari kesepuluh partisipan terdapat delapan beragama Islam, dan dua partisipan beragama Kristen. Pendidikan terakhir partisipan mayoritas berpendidikan SMA sebanyak lima partisipan. Usia dari sepuluh partisipan antara 25-47 tahun. Terdapat delapan partisipan memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Partisipan bersuku Jawa dan Batak. Data demografi partisipan dapat dilihat pada Tabel 4.1 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.1. Karakteristik Partisipan

4.3 Pengalaman Ibu yang Merawat Anak Penderita Kanker di Yayasan Onkologi Anak Medan YOAM.

Hasil penelitian ini mendapatkan 4 tema terkait pengalaman ibu dalam merawat anak dengan kanker di Yayasan Onkologi Anak Medan meliputi: 1 mengalami masalah fisik, ekonomi, sosial, dan psikologis, 2 memberikan perawatan pada anak, 3 mengatasi beban pikiran dengan cara positif, dan 4 mendapat dukungan orang terdekat. Karakteristik Frekuensi Persentase Usia 25-40 tahun 8 80 41- 47 tahun 2 20 Agama Kristen 2 20 Islam 8 80 Suku Batak 5 50 Jawa 5 50 Pekerjaan PNS 1 10 Pegawai Swasta 1 10 Ibu rumah Tangga 8 80 Pendidikan Terakhir SD 2 20 SMP 2 20 SMA 5 50 D3 1 10 Universitas Sumatera Utara

4.3.1 Mengalami masalah fisik, ekonomi, sosial, dan psikologis

Sub tema yang diperoleh berdasarkan analisa data yang terkait dengan tema diatas didapatkan bahwa partisipan: 1 mengalami masalah fisik, 2 masalah ekonomi, 3 masalah sosial, dan 4 masalah psikologis. 1. Mengalami masalah fisik Partisipan dalam penelitian ini mengatakan bahwa banyak hal yang dirasakan ibu saat merawat anak dengan kanker diantaranya mengalami masalah fisik. Masalah fisik yang dialami ibu berupa penyakit yang tidak pernah dirasakan sebelumnya namun kemudian muncul, seperti: kurang tidur, kelelahan, dan berat badan. a. Kurang tidur Empat partisipan pada penelitian ini menjelaskan tentang masalah kurang tidur yang terkait dengan gangguan pola tidur partisipan. Hal ini sejalan dengan pernyataan partisipan yang mengatakan bahwa: “Makanya kami orangtuanya kan gak tidur iyalah nanti anak ini kekmanalah, mungkin anak ini gak panjang lagi umurnya gitulah kan……….”P1 “Cuman kalau yang lain ga ada. Kalau berat badan ada. Karena kurang tidur. Itu aja……..”P2 “Semalam aku jaga dia, takut aku meleleh itu kan, tadi kukasih dia makan, datang pitam dek, kayak mau jatuh aku tadi yang nyuapkan itu……….” P8 b. Kelelahan Lima partisipan mengatakan bahwa pengalaman saat merawat anak penderita kanker di Yayasan Onkologi Anak Medan merasa kelelahan, hal ini sejalan dengan pernyataan partisipan : Universitas Sumatera Utara “Yang sering kambuh pinggang, pinggang sakit kali. Tengah malam nanti bisa kebangun, sakit. Ini kaki, kaki yang terutama lagi yang lebih sakit. Kadang- kadang gak bisa jalan…..”P1 “Kayak bedengung gimana ya kalau kita ngomong pun jadi kayak pilek, gaenak ya hahhaha…gaenak....” P7 c. Berat badan Partisipan juga mengatakan semasa melakukan perawatan kepada anak penderita kanker memiliki dampak terhadap berat badan dan nafsu makan partisipan. Hal ini sesuai dengan pernyataan: “Kesehatan ya menurunlah, udah turun 2 kg. Kalau demam gitu sih ga ada. Cuman berat badan ajalah udah turun..” P2 “Dulu kalau terlambat makan langsung lemas, langsung cemana, sekarang terlambat makan pun gak kupikirkan lagi….”P3 “Kalau sekarang gak, kalau dulu iya memang sampe april lah itu asal dia gak makan, pasti kami ga bisa makan…”P7 2. Mengalami masalah ekonomi Ketika partisipan ditanyakan mengenai hal kebutuhan keuangan maupun masalah yang muncul saat melakukan perawatan ialah masalah ekonomi. Adapun masalah ekonomi terkait dengan sulitnya mencari pinjaman uang, dan mengalami kendala biaya hidup selama pengobatan. a. Mencari pinjaman uang Tiga partisipan dalam hal ini mengatakan bahwa kesulitan mencari pinjaman uang menjadi salah satu kendala. Keadaan ekonomi yang tidak mencukupi juga membuat partisipan berusaha mencari pinjaman untuk pengobatan anak. “Tapi karena berusaha juga minjam duit-minjam duit kesana kemari gak ada jugak kan, inilah men tarek’an…” P1 Universitas Sumatera Utara “Keluarga kalau dipinjami seribu-duaribu ada, dikasih. minimal istilahnya untuk ongkos adalah tiap minggu.. Tapi ditangan tetaplah itu 250 seminggu. Harus ada, dari siapapun tah 1rb-2rb nanti dikumpulkanlah….”P2 “Itupun ayahnya udah bilang gini juga, ini kalau seandainya kita udah gak ada apa-apa, udah malu dibantu saudara,apa yang adalah jual, ibaratnya kereta..”P9 b. Mengalami kendala biaya hidup selama pengobatan Sepuluh partisipan yang telah diwawancara di Yayasan Onkologi Anak Medan YOAM adalah partisipan yang tidak bertempat tinggal di Medan sekitarnya. Kondisi dari partisipan tersebut berkaitan dengan masalah keuangan yang dihadapi dan banyaknya kebutuhan yang diperlukan saat pengobatan anak penderita kanker. “Iya. Ini kan obatnya sekarang kan udah beli sendiri. Kebutuhan kan banyak, bukan untuk, istilahnya bukan untuk anak aja gituloh. Banyak nanti yang mau dibayarkan…” P5 “Ada beli, disuruh beli, itu berat juga, bagi saya. Karena apa, Kerja udah ga kerja, sementara ini udah ga kerja ya, kan. Nunggu sampe anak ini sembuh baru bisa kerja…” P6 “Itu satu juta udah mikir cukup apa gak, itu aturan kemo jadi tambah darah jadi gak jadi,jadi kan tambah biaya hidup..” P9 3. Mengalami masalah sosial Kegiatan sosial yang biasanya diikuti oleh para partisipan menjadi jarang bahkan tidak dilakukan sama sekali. Empat partisipan mengatakan bahwa dalam masa perawatan anak penderita kanker, ibu tidak lagi mengikuti kegiatan di lingkungan. Hal ini sejalan dengan pernyataan partisipan: “Ada undang-undangan gitu kan, ibu ga menghadiri. Udah 2 bulan ini gak menghadiri lah……”P2 “...Udah 2 bulan ini gak menghadiri kegiatan wirit. Di pengajian pun gitu, ya jadi tertunda..” P2 Universitas Sumatera Utara “Iya semenjak fajar kekgini ibuk gak pernah lagi wirit gak pernah gak sama dia gak pernah….”P9 4. Mengalami masalah psikologis Beban yang dialami oleh ibu dalam merawat anak dengan kanker salah satunya ialah beban psikologis. Beban psikologi yang menyangkut akan hal ini mencakup: a sedih selama perawatan, dan b kuatir selama perawatan. a. Sedih selama perawatan Partisipan yang telah diwawancara mengenai pengalaman dalam merawat anak penderita kanker mengatakan bahwa sedih merupakan perasaan pertama yang dirasakan saat mengetahui diagnosa medis anak yang diberikan. Tidak semua partisipan mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang ada. Hal ini sesuai dengan pernyataan: “Kalau dari pertama, ada sebulan itu nangis terus, asal lihat anak nangis terus, lihat dia tidur nangis, ya rasa kehilangan itulah. Makanya saya sering nangis, gitu..” P2 “sakit kali rasanya di dada ini, syok kalilah pokoknya lumayan juga sih sampai dua bulanan lah sampe saya bisa terima..” P10 “Gaktahulah lagi bilangkannya, menangis ajalah siang malam…..” P8 b. Kuatir selama perawatan Enam partisipan merasakan kuatir selama melakukan perawatan anak dengan kanker. Kekuatiran tersebut dipicu oleh keadaan anak yang terkadang memburuk, sesuai dengan pernyataan partisipan: “Cuman kadang ada kejadian gini-gini meninggal gitu trus awak membayangkan anak awak kek gitu rasanya macam mana gitu…”P4 “kebawa situasi nengok-nengok teman-teman yang lama yang penyakitnya ini kan. Dah sehat semalam, tiba-tiba bisa ngedrop..” P6 Universitas Sumatera Utara “Mungkin kita memang berfikir, siapapun bisa pendek umur kan dek cuman rasanya, anak kami meninggal tuh disaat sakit kek gini ngedrop..” P9

4.3.2 Memberikan perawatan pada anak

Merawat anak dengan kanker membutuhkan pengobatan rutin sesuai dengan jadwal yang diberikan oleh dokter. Partisipan melakukan pengobatan rutin dengan berangkat dari daerah masing-masing menuju rumah sakit umum Haji Adam Malik Medan dan bertempat tinggal di Yayasan Onkologi Anak Medan YOAM. Proses perawatan pada anak yang diberikan oleh para partisipan berbeda-beda, seperti memberikan pengobatan kepada anak baik dengan membawa ke pengobatan medis, maupun orang pintarparanormal. Kondisi anak penderita kanker juga memberikan dampak baik perawatan yang dilakukan partisipan, yaitu dengan memperhatikan jenis makanan yang dikonsumsi. 1. Memberikan pengobatan kepada anak Sepuluh partisipan yang telah diwawancara menyatakan bahwa memberikan pengobatan menjadi hal rutin yang dilakukan dalam proses merawat anak dengan kanker. Pengobatan yang diberikan ialah membawa anak ke pengobatan medis dan membawa ke pengobatan orang pintarparanormal. a. Membawa anak ke pengobatan medis Empat dari sepuluh partisipan menyatakan bahwa pengobatan medis menjadi pilihan terbaik dalam proses merawat anak penderita kanker. Dibalik pilihan partisipan dalam proses pengobatan, terdapat juga anjuran dokter yang mengatakan bahwa pemilihan pengobatan medis lebih baik dibanding dengan Universitas Sumatera Utara pengobatan orang pintarparanormal. Hal ini sejalan dengan pernyataan partisipan yang mengatakan bahwa: “Enggaklah. Enggak pernah pengobatan lainnya, dibawa kerumah sakit umum sanalah…” P1 “hanya karna pesan dokter aja, pesan dokter jangan dibawalah Herbal-herbal anak ini. Kalau kita udah ke medis, medis aja…” P6 “karna saya tengok kan yang dari herbal itu masuk sini, langsung ngeri takut saya jadinya, gak mau coba-coba malah kesini ajalah..” P10 b. Membawa ke pengobatan orang pintarparanormal Dua partisipan mengatakan anak penderita kanker terlebih dahulu dibawa ke pengobatan orang pintarparanormal sebelum akhirnya menggunakan pengobatan medis sebagai pilihan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan: “Habis itu, itulah kebodohan. Bawa ke orang pintar, dulu kan belum pakai BPJS dirumah sakit, ya itulah mengeluarkan biaya juga…” P5 “Obat kampong hanya airnya dek, diminumkan, gak lebih gak kurang. Takdapapa…” P8 2. Menjaga asupan makanan anak Merawat anak penderita kanker membutuhkan perawatan yang lebih ekstra hati-hati. Beberapa partisipan mengatakan bahwa dampak yang dialami setelah mengetahui diagnosa medis menyebabkan partisipan menjadi lebih menjaga asupan makananan anak dengan cara memperhatikan jenis makanan yang dikonsumsi. Berikut pernyataan partisipan: “Iya, menjadi hati-hati. Terutama kebersihan. Dah gitu jarang ibu masak dulu yakan, selalu beli. Sekarang udah masak, udah masak sendirilah. Sekarang apapun dimasak sendirilah…” P2 Universitas Sumatera Utara “kebutuhan apanyalah, kebutuhan beli-beli buah. Ini kan, makannya kan harus ekstra hati-hati, yang gak pakek-pakek penyedap rasa, ya kebetulan harus masak sendiri kan. Bahan bahannya, kan itu kan kayaknya, beli di apa kan instan…”P5 “Khusus dijaga teruslah. Apalagi kan dia sukak makan, apa yang diliat orang makan dia mau. Jadi dijaga supaya dia gak minta jajan…”P4

4.3.3 Mengatasi beban pikiran dengan cara positif

Kegiatan sosial yang dilakukan partisipan menjadi berkurang bahkan tidak dilakukan lagi dikarenakan kegiatan merawat anak penderita kanker yang lebih ekstra. Hal ini juga berdampak dengan kondisi psikologis yang dialami oleh ibu. Adapun sub tema yang dihasilkan sesuai dengan tema diatas: 1 melakukan aktivitas keagamaan, 2 bercerita dengan kerabat, dan 3 berfikiran positif. 1. Melakukan aktivitas keagamaan Rasa cemas, sedih, kuatir, dan ketakutan yang dimiliki Ibu menjadi beban pikiran yang menganggu. Empat partisipan mengatakan bahwa berdoa kepada Tuhan menjadi pilihan untuk memampukan dan menguatkan diri. Berikut pernyataan partisipan: “dulu kan, kami gak itu, gak rajin beribadah gitu ya kan. Mungkin dulu apa, sering melalaikan tugas apa, sebagai muslim gitu yakan. iyalah, shalat jugak. Kalau malam hari gitu, kita ngaji…..” P4 “kalau tiba-tiba datang kek gitu, ya berdoa ya, sharinglah, sama keluarga ya, sama kawan, ada kekurangan-kekurangan kan, sharing sama keluarga. Berdoa sama sharing, sama teman ya, sama keluarga..” P6 “Eceknya itulah minta-minta kami berdoa, jangan sampek kita yang sakit ya, jaga ya….” P9 Universitas Sumatera Utara 2. Bercerita dengan kerabat Dua partisipan mengatakan bahwa bercerita dengan kerabat memberikan kenyamanan bagi partisipan, saling berbagi cerita untuk mengurangi beban pikiran. Hal ini sejalan dengan pernyataan partisipan berikut ini: “Duh, hancur kali. Ya, karena kita kepikiran sama kawan-kawan juga ya makanya udah bisa nerima. Kalau aku ya, ya itulah mungkin karena udah dibilang kawan-kawan, udah dikasih semangat…..” P7 “Gak jadi beban. Mungkin karena kami bekawan jadi rasanya stress stress hilang. Ah, disitu udah ga tebilang lagi, cuman karna kami dikasih semangat kawan-kawan, kawan-kawan bilang gakpapa kak…...” P9 3. Berfikiran positif Berfikiran positif membantu partisipan untuk lebih semangat dalam melakukan pengobatan kepada anak penderita kanker. Memberikan semangat untuk tidak menyerah dalam menjalankan proses pengobatan yang dilalui. Lima partisipan memilih untuk tetap berfikiran positif dan merasakan optimis. Berikut pernyataan partisipan: “Ibu gak mau berfikiran negatif sekarang. Kalau dulu kan nengok si adek takut kehilangan kan. Kan berfikiran jadi negatif kan. Sekarang ga, anakku harus sehat, jadikan positif terus. Cemana anakku harus sehat, aku harus sehat gitu. Sekarang udah ga ada negatif-negatif gitu, udah ibu singkirkan semuanya….”P2 “Ya udah dibawa biasa ajalah. Karna apa ya, apa gunanya mikir negatip yakan, ada juganya yang sehat, terserahlah sama Tuhan, sama dokter, ngurus kan….”P6 “saya gak pernah berfikir seperti itu, gak sempat berfikir seperti itu, memang udah jalannya sakitnya yaudah kita terima, yang penting kita obatkan….”P10 Universitas Sumatera Utara

4.3.4 Mendapat dukungan orang terdekat

Peneliti menemukan bahwa banyak beban pikiran yang membebani partisipan. Beban pikiran tersebut dapat diatasi dengan dukungan yang diberikan. Hal ini juga dirasakan oleh ibu yang merawat anak dengan kanker, terutama dukungan yang diterima dari orang terdekat seperti: 1 dukungan tetangga, dan 2 dukungan keluarga. 1. Dukungan tetangga Tujuh partisipan mengatakan bahwa dukungan yang diberikan tetangga sangat membantu didalam proses merawat anak dengan kanker. Dukungan yang didapatkan dari tetangga juga memberikan dampak baik salah satunya ialah memberikan semangat, memberikan bantuan materi maupun non materi. Berikut pernyataan partisipan: “Kelamaan kami disini, malah dikirimin uang untuk kami pudding, inilah untuk beli buah, beli jus, dari kepala desa..” P3 “iya sama..iya-iya. Kalau lingkungan ngasih semangat untuk kita. Ya, nasehat ya, nasehat, kalau ada sedikit membantu materi, kasih juga dia materi, sodara, kumpul-kumpulan kita..” P6 2. Dukungan keluarga Keluarga merupakan bagian terdekat yang dimiliki partisipan. Dukungan yang diberikan oleh keluarga mampu menguatkan kondisi ibu yang sedang merawat anak dengan kanker. Tiga partisipan mengatakan bahwa keluarga juga berperan dalam mengingatkan jadwal pengobatan. “Kadang keluarga pun, untunglah ngerti, terlambat sikit aja, awak bilang tah apa, langsung emosilah, stress pun jadilah…” P3 “Ya, kalau misalnya itu, diingatkan, jangan lupa berobat ..” P4 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.2. Matriks Tema Pengalaman Ibu dalam Merawat Anak Penderita Kanker Di Yayasan Onkologi Anak Medan YOAM 1 Tema 1: Mengalami masalah fisik, ekonomi, sosial, dan psikologis Sub Tema Kategori 1. Mengalami masalah fisik a. Kurang tidur b. Kelelahan c. Berat badan 2. Mengalami masalah ekonomi a. Mencari pinjaman uang b. Mengalami kendala biaya hidup selama pengobatan 3. Mengalami masalah sosial Tidak mengikuti kegiatan di lingkungan 4. Mengalami masalah psikologis a. Sedih selama perawatan b. Kuatir selama perawatan 2 Tema 2: Memberikan perawatan pada anak Sub Tema Kategori 1. Memberikan pengobatan kepada anak a. Membawa anak ke pengobatan medis b. Membawa ke pengobatan orang pintarparanormal 2. Menjaga asupan makanan anak Memperhatikan jenis makanan yang dikonsumsi 3 Tema 3: Mengatasi beban pikiran dengan cara positif Sub Tema Kategori 1. Melakukan aktivitas keagamaan Berdoa kepada Tuhan 2. Bercerita dengan kerabat 3. Berfikiran positif Berbagi cerita Merasakan optimis 4 Tema 4 : Mendapat dukungan orang terdekat Sub Tema Kategori Mendapatkan dukungan a. Dukungan tetangga b. Dukungan keluarga Universitas Sumatera Utara

4.4 Pembahasan

Dalam pembahasan ini akan diuraikan 4 tema yang telah dijelaskan oleh peneliti sebagai hasil dari penelitian, meliputi: 1 mengalami masalah fisik, ekonomi, sosial, dan psikologis, 2 memberikan perawatan pada anak, 3 mengatasi beban pikiran dengan cara positif, dan 4 mendapat dukungan orang terdekat.

4.4.1 Mengalami masalah fisik, ekonomi, sosial, dan psikologis

Dalam melakukan perawatan anak dengan kanker, ibu mengalami banyak hal diantaranya: 1 mengalami masalah fisik, 2 masalah ekonomi, 3 masalah sosial, dan 4 masalah psikologis. 1. Mengalami masalah fisik . Perubahan fisik yang dialami ibu mencakup masalah kurang tidur, merasakan sakit dan kelelahan, dan mengalami masalah berat badan terkait dengan nafsu makan. Gangguan tidur menjadi keluhan yang disebutkan oleh partisipan. Kebanyakan penyebab dari kurang tidur tersebut dikarenakan ibu fokus merawat anak tanpa memikirkan kesehatan diri seperti kurangnya jam istirahat. Klassen et al. 2012 mengatakan bahwa sudah menjadi hal biasa bagi orangtua terbangun malam hari untuk merawat anak dalam hal keinginan buang air kecil yang dirasakan, maupun menenangkan anak dari rasa kegelisahan. Orang tua juga terbangun di malam hari ketika anak menangis dan memanggil ibu. Hal-hal tersebut memicu gangguan pola tidur ibu menjadi terganggu. Orangtua yang merawat anak dengan kanker memberikan sepenuhnya hari-hari untuk merawat anak yang mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan Universitas Sumatera Utara diri, khususnya kebutuhan tidur yang tidak tercukupi. Mayoritas dari orangtua yang merawat anak dengan kanker ditandai sebagai bagian yang memiliki diet yang tidak sehat, penurunan aktivitas dari yang biasa dilakukan, dan gangguan pola tidur tidak teratur Klassen et al., 2008. Gangguan tidur yang dimiliki sama seperti stress emosional yang juga menjadi penyebab gangguan harian dari partisipan. Orangtua menjelaskan tentang perasaan yang dirasakan seperti kelelahan, kelemahan, dan kurangnya energi yang dimiliki untuk beraktivitas dan berpartisipasi seperti hari-hari biasanya Klassen et al., 2012. Adapun kelelahan dan kelemahan yang dialami oleh partisipan berkaitan dengan keadaan fisik. Hal ini serupa dengan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang mengatakan bahwa ibu tidak mampu memenuhi kebutuhan diri sendiri seperti: masalah fisik terkait gangguan tidur, kehilangan nafsu makan, kelemahan punggung, dan sakit kepala Elcigil Conk, 2010. Beban pikiran dan sakit kepala yang dimiliki ibu menjadi salah satu faktor sakit yang ibu alami dalam penurunan berat badan. Hal ini disebabkan kurangnya nafsu makan anak yang mempengaruhi ibu dalam pola makan. Beberapa partisipan yang telah diwawancara mengatakan bahwa nafsu makan partisipan bergantung pada nafsu makan anak dengan kanker. Ketika anak dengan kanker menjalani pengobatan, beberapa jenis obat memiliki efek samping yang menghambat nafsu makan, hal inilah yang mempersulit dan menyebabkan ibu menjadi kehilangan nafsu makan yang berujung pada penurunan berat badan. Orangtua juga mengeluhkan tentang Universitas Sumatera Utara kurangnya kemampuan dalam mengkonsumsi makanan sehat, dan kemampuan membeli maupun memasak makanan yang sehat Klassen et al., 2012. 2. Mengalami masalah ekonomi Tidak sedikit yang mengaitkan hubungan sosial dengan kebutuhan ekonomi. Salah satu partisipan menceritakan bahwa beberapa saudara yang memilih untuk menjauh hanya dikarenakan takut diminta pinjaman dana. Mayoritas partisipan yang telah diwawancara mengatakan bahwa situasi ekonomi yang buruk dan bahkan semakin buruk ketika anak penderita kanker telah didiagnosa. Partisipan mengatakan bahwa tingginya frekuensi kunjungan rumah sakit, menginap dirumah sakit, dan tingginya biaya perawatan anak yang tidak sesuai pendapatan yang dihasilkan oleh partisipan. Beberapa partisipan juga mengatakan bahkan telah menjual sesuatu yang dimiliki dan mencari pinjaman kepada beberapa teman dengan tujuan untuk menutupi kebutuhan biaya .Keadaan tersebut membuat kondisi semakin buruk dan menimbulkan masalah ekonomi. Masa’Deh, Collier, dan Hall 2012 mengatakan bahwa pada dasarnya orangtua yang merawat anak dengan kanker dilaporkan memiliki banyak beban diri terkait pekerjaan, dan masalah status finansial. Pengalaman orangtua dengan masalah keuangan yang tinggi juga dilaporkan sebagai orangtua dengan tingkat stress yang tinggi Geetha, 2015. Dua dari sepuluh partisipan yang telah diwawancara mengaku bahwa partisipan berhenti bekerja dikarenakan fokus merawat anak dengan kanker. Hal ini juga berhubungan dengan keadaan status finansial yang semakin menurun dan bermasalah. Hal ini sejalan dengan Kerr, Harrison, Medves, dan Tranmer tahun Universitas Sumatera Utara 2004 yang mengatakan bahwa kebanyakan ibu bekerja yang fokus merawat anak dengan kanker mengambil waktu luang dan memisahkan diri dari pekerjaan yang berujung pada penurunan pemasukan keuangan dalam kebutuhan rumah tangga. 3. Mengalami masalah sosial Perubahan sosial juga terjadi pada kondisi partisipan saat merawat anak penderita kanker. Dalam Kristiani, Wirawan, Kusumarjo dan Tehuteru 2008 mengatakan bahwa dukungan sosial memiliki peran yang penting dalam membantu individu bertahan secara psikologis. Sejak mengetahui diagnosa medis bahwa anak terkena kanker, partisipan menjadi lebih sering bersama anak. Sebelum mengetahui bahwa anak menderita kanker, partisipan memiliki kegiatan yang biasa dilakukan di lingkungan sekitar. Kondisi yang dialami ibu berubah dan menjadi tidak aktif di kegiatan lingkungan yang diadakan. Berkurangnya sosialisasi ibu dengan lingkungan dan teman sekitar menjadi salah satu masalah yang timbul selama pengalaman ibu merawat anak dengan kanker. Ibu yang telah diwawancarai juga mengekspresikan bahwa kehidupan sosial ibu ikut terkena dampak dari sakit yang dialami anak, para ibu tidak begitu terikat dengan aktivitas sosial seperti biasanya, tidak bersosialisasi dengan tetangga semenjak anak terkena diagnosa kanker. Studi sebelumnya mengatakan bahwa ibu yang memutuskan berhenti bekerja tidak dapat berpartisipasi dalam kegiatan sosial, tidak berlibur pada akhir pekan, bahkan tidak memiliki waktu untuk diri sendiri Elcigil Conk, 2010. Beberapa partisipan yang telah diwawancara juga mengatakan bahwa isolasi sosial terjadi pada apa yang partisipan alami. Menurut Klassen et al. tahun Universitas Sumatera Utara 2012, beberapa orangtua kebanyakan single parent mengekspresikan kekecewaan khususnya pada jaringan sosial yang dimiliki, kepada keluarga, dan teman yang tidak berhubungan baik tidak mengunjungi dengan penyakit kanker, juga saat dimana dukungan sosial berkurang seiring dengan berjalannya waktu. 4. Mengalami masalah psikologis Beban psikologis yang dialami oleh partisipan mencakup rasa stress, menangis, sedih, takut, cemas, dan kuatir Masa’Deh, Collier, Hall, 2012. Perasaan –perasaan tersebut selalu saja membebani dan terhubung dengan kodisi partisipan yang terasa semakin lemah dan mudah kelelahan. Dalam penelitian Klassen et al. tahun 2012 menghasikan aspek kesehatan psikologikal meliputi: kegelisahan atau kecemasan, depresi, rasa bersalah, dan amarah. Kegelisahan dan kekuatiran menjadi pengalaman yang sering disebutkan partisipan selama merawat anak dengan kanker. Memiliki anak yang terdiagnosa kanker juga menimbulkan rasa takut dan panik. Dampak dari penyakit yang dimiliki anak terhubung pada keseluruh aspek pengobatan dan pengalaman hari- demi-hari yang dilalui oleh partisipan. Orangtua juga menyebutkan bahwa ketakutan yang dimiliki berhubungan dengan rasa takut ditinggalkan oleh anak penderita kanker. Pada akhirnya, orangtua akan mengalami perasaan stress yang mendalam ketika melihat anak penderita kanker merasakan sakit dan sedih. Tantangan dalam menghadapi kenyataan dan belajar untuk hidup dengan ketidakjelasan Klassen et al., 2012. Rasa depresi yang dialami juga berdampak pada kemampuan koping partisipan dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Merasakan perasaan bersalah dan Universitas Sumatera Utara juga menyalahkan diri bahkan keadaan. Perasaan yang dialami membuat Ibu berusaha untuk selalu ada dan berada didekat anak setiap waktu dalam menghadapi penyakit kanker bersama Moreira Angelo, 2008. Fokus yang diberikan dan kasih sayang penuh lebih diutamakan kepada anak penderita kanker yang sulit untuk ditinggalkan sendirian, sehingga partisipan merasa bersalah dan merasa tidak mampu memberikan perhatian dengan sama rata. Perasaan bersalah seperti ini memberikan dampak negatif pada keadaan partisipan yang mampu berujung pada rasa amarah, stress dan depresi. Pada masalah psikologis yang dialami, peneliti menemukan bahwa partisipan mengalami tahapan berduka. Terdapat lima tahapan dalam proses berduka Santrock, 2013 yaitu menyangkal dan isolasi, amarah, menawar, depresi, dan penerimaan. Penyangkalan dan isolasi merupakan respon awal ibu saat mengetahui bahwa anak telah terdiagnosa kanker. Diawali dengan rasa tidak percaya yang terus menerus menimbulkan rasa amarah dan berakhir dengan kekecewaan meyalahkan diri sendiri. Setelah melalui tahapan amarah, tawar menawar juga dilakukan dalam diri partisipan. Ketika partisipan bertanya pada Tuhan akan keadaan yang terjadi, berharap kejadian tersebut dapat hilang dan tertunda. Partisipan merasa takut dan merasa tidak mampu menjalani kondisi yang ada. Depresi merupakan fase terberat yang dialami oleh partisipan. Kondisi dimana keadaan sulit menerima akan kenyataan yang telah terjadi. Dalam fase depresi ini, para partisipan merasakan sedih yang mendalam, bahkan terdapat partisipan yang membutuhkan waktu dua bulan untuk dapat memahami hingga akhirnya partisipan mulai mencoba Universitas Sumatera Utara menerima. Penerimaan akan kondisi anak dengan kanker dimulai ketika partisipan berserah kepada Tuhan. Meyakini bahwa keadaan yang terjadi sudah ditakdirkan untuk dijalani dan percaya akan selalu ada makna dan himah dibalik setiap kejadian.

4.4.2 Memberikan perawatan pada anak

Dalam merawat anak dengan kanker, partisipan membawa anak ke pengobatan, baik medis maupun orang pintarparanormal. Dengan keadaan sakit yang dialami anak saat ini juga memberikan dampak kepada partisipan yaitu dengan lebih menjaga dan memperhatikan jenis makanan yang dikonsumsi anak. 1. Memberikan pengobatan kepada anak Delapan dari sepuluh partisipan memilih pengobatan medis sejak awal, namun dua diantara partisipan terlebih dahulu mencoba pengobatan lain seperti orang pintarparanormal. Dua partisipan tersebut menceritakan bahwa pengobatan orang pintarparanormal yang telah dicoba tidak membuahkan hasil sama sekali. Habisnya dana keuangan untuk membayar pengobatan orang pintarparanormal membuat partisipan selanjutnya membawakan ke pengobatan medis. Pengobatan medis yang dilakukan mulai dari memeriksakan anak ke puskesmas, kemudian dirujuk ke rumah sakit umum terlebih dahulu. Beberapa pemeriksaan yang dilakukan dirumah sakit umum membuahkan hasil, dan beberapa tidak, sehingga beberapa partisipan dirujuk untuk memeriksakan kondisi anak dengan kanker ke rumah sakit umum Haji Adam Malik Medan. Setelah melalui banyak proses pemeriksaan dan menstabilkan kondisi anak terlebih dahulu, partisipan mendapatkan hasil diagnosa dari penyakit yang dialami oleh Universitas Sumatera Utara anak dengan kanker. Dalam pemeriksaan di rumah sakit para dokter biasanya merujuk anak ke bagian ahli anak untuk mendiagnosa dan merencanakan pengobatan kanker anak American Cancer Society, 2015. Dengan adanya pengobatan medis ini para partisipan lebih memilih pengobatan medis jika dibandingkan dengan pengobatan orang pintarparanormal, hal ini terjadi dikarenakan banyaknya kondisi anak yang bahkan semakin memburuk ketika mencampur pengobatan medis dengan pengobatan orang pintarparanormal, maupun pengobatan herbal. 2. Menjaga asupan makanan anak Sejak didiagnosa menderita kanker, para partisipan menjadi lebih teliti dalam menjaga asupan makanan anak dengan cara memperhatikan jenis makanan yang dikonsumsi. Pada awalnya partisipan menceritakan bahwa anak penderita kanker dahulunya sering mengkonsumsi makanan sembarangan, proses pengolahan makanan yang tidak terjamin, mengandung banyak penyedap rasa, juga meminum minuman kemasan dalam waktu yang sering. Mengetahui pantangan yang diberikan oleh dokter membuat para partisipan menjadi lebih teliti dalam menjaga asupan makanan dengan cara memperhatikan jenis makanan yang dikonsumsi anak dengan kanker. Moreira Angelo pada tahun 2008 juga mengatakan bahwa semenjak anak terdiagnosa penyakit, ibu menjadi semakin protektif sepanjang waktu kepada anak, menjaga anak agar terhindar dari keadaan buruk maupun resiko kehilangan. Pemberian nutrisi merupakan bagian terpenting dalam kesehatan anak, khususnya anak dengan pengobatan kanker yang membutuhkan nutrisi yang Universitas Sumatera Utara sesuai dengan kondisi penyakit. Memakan jenis makanan yang sesuai sebelum, selama, dan sesudah pengobatan mampu membantu anak merasa lebih baik dan lebih kuat American Cancer Society, 2015. Membeli makanan yang tidak dimasak sendiri menjadi sebuah pilihan. Partisipan menjadi lebih sering memasak dirumah dengan komposisi yang baik dan menghindari penggunaan penyedap rasa. Memperhatikan jenis makanan yang dikonsumsi dengan memberikan makanan sehat dan buah-buahan setiap hari demi kondisi anak agar kian membaik. Dengan adanya perhatian dan penjagaan jenis makanan yang dikonsumsi tersebut, para partisipan berharap kondisi anak menjadi pulih lebih awal dan sehat selalu.

4.4.3 Mengatasi beban pikiran dengan cara positif

Memberikan dukungan menjadi salah satu solusi yang mampu meringankan beban yang dirasakan partisipan. Bukan hanya dukungan tetangga maupun keluarga, bercerita dengan kerabat dan juga “agama” memegang peran yang penting bagi partisipan. Agama dapat dijadikan tempat bersandar dan membantu penyesuaian diri, terutama karena kanker adalah penyakit yang seringkali tidak terduga, maka “agama” yang menjawab berbagai hal yang tidak dimengerti oleh manusia. Sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan, agama memberikan jawaban yang lebih memuaskan secara emosional bila individu mulai bertanya- tanya mengenai “musibah” yang menimpa. Melalui agama, individu mendapatkan kekuatan dan harapan agar masalah yang dihadapi dapat Universitas Sumatera Utara terpecahkan, dalam hal ini anak dapat sembuh dari kanker yang dialami Kristiani, Wirawan, Kusumarjo Tehuteru, 2008. Tanpa mempertimbangkan kepercayaan sebelumnya, orangtua tetap mencari arti dari pengalaman penyakit anak yang orangtua alami dan penjelasan yang mungkin didapatkan dari kegiatan-kegiatan religius. Dukungan spiritual dalam perjalanan pengobatan kanker haruslah diberikan kepada orangtua dikarenakan pada akhirnya orangtua juga akan mencari pertolongan melalui figur- figur religius Kerr, Harrison, Medves, Tranmer, 2004. Tidak hanya dengan kegiatan keagamaan yang dilakukan, bercerita dengan kerabat juga menjadi pemulihan yang menguatkan para partisipan. Beberapa partisipan mengatakan bahwa bercerita dengan tetangga, terutama dengan keluarga dapat mengurangi beban pikiran yang menimpa. Tidak sedikit juga partisipan yang mengatakan bahwa bertemu sesama ibu yang memiliki anak dengan kanker lebih menyenangkan. Seiring dengan berjalannya waktu dan mengenal penyakit yang diderita anak, para partisipan juga bertemu dengan para partisipan lain yang berjuang dengan hal yang sama. Hal tersebut memberikan partisipan harapan dan menyadari bahwa partisipan bukanlah satu-satunya yang memiliki perjuangan dalam merawat anak dengan kanker Moreira Angelo, 2008. Sesama partisipan yang memiliki pengalaman yang sama untuk saling menguatkan, mendukung, dan memberikan semangat agar tidak menyerah dalam merawat anak dengan kanker. Karena kebersamaaan yang dirasakan mampu mengurangi beban dan rasa kekuatiran yang dimiliki partisipan. Universitas Sumatera Utara Dalam mengontrol koping diri yang baik, dukungan dari keluarga maupun tetangga saja tidak cukup. Koping diri yang baik terjadi ketika partisipan mampu berfikir lebih positif. Lima dari sepuluh partisipan yang telah diwawancara mengatakan bahwa berfikir positif membantu partisipan melewati hari-hari semakin baik. Partisipan juga mengatakan bahwa tidak ada gunanya jika berfikiran negatif. Pikiran-pikiran negatif yang sering kali muncul dapat menyebabkan stress, cemas maupun depresi obsesif Stallard, 2005 dalam Kholidah Alsa, 2012. Oleh sebab itu, partisipan memilih untuk berfikiran positif dikarenakan mampu meringankan beban dan menjauhkan partisipan dari beban psikologis yang mungkin datang. Berfikiran positif yang dilakukan ini juga mempunyai peran yang membuat individu menerima situasi yang tengah dihadapi secara lebih positif Limbert, 2004 dalam Kholidah Alsa, 2012.

4.4.4 Mendapatkan dukungan agar tidak menyerah.

Selama masa perawatan yang dilakukan oleh partisipan, hal yang juga membangkitkan semangat dalam ialah mendapatkan dukungan. Dukungan yang diterima baik dari sisi keluarga maupun tetangga memiliki peran yang penting dalam membantu individu bertahan secara psikologis. Dukungan sosial dianggap dapat menurunkan depresi dan memampukan individu bertahan dalam mengahadapi emosi-emosi yang muncul Kristiani, Wirawan, Kusumarjo Tehuteru, 2008. Partisipan yang telah diwawancara menyatakan bahwa banyak rasa empati yang diberikan oleh sosial disekitar. Salah satu bentuk dukungan yang juga diterima ialah ketika partisipan memiliki teman untuk saling berbagi cerita dan Universitas Sumatera Utara mendengarkan. Dengan adanya dukungan yang diberikan diharapkan partisipan menjadi lebih positif dalam merawat anak. Kesempatan dalam berbagi tersebut membuat orangtua mampu menyalurkan perasaan emosional dan sosial yang mengikat, untuk merasakan bahwa orangtua tidaklah satu-satunya pihak yang mengalami masalah, dan juga kesempatan yang mampu membantu orangtua dalam mengurangi beban perasaan akan keputusasaan Elcigil Conk, 2010. Dukungan yang diberikan oleh kerabat mencakup banyak hal. Tidak sedikit dari kerabat yang juga membantu memberikan biaya untuk pengobatan. Masalah biaya yang menjadi beban utama membuat keluarga dan tetangga sekitar ikut turun tangan dalam memberikan bantuan, baik materi maupun non materi. Keadaan sosial yang saling membantu dan mengerti mampu meringankan sedikit beban fisik maupun psikis yang dirasakan oleh partisipan Elcigil Conk, 2010. Dengan adanya bantuan semangat tersebut dapat membantu para partisipan untuk tidak menyerah dan putus asa dalam melanjutkan pengobatan anak yang dilakukan secara rutin, memberikan perawatan sebaik mungkin demi kesembuhan anak dengan kanker. Universitas Sumatera Utara BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan, maka penelitian ini mendapatkan 4 tema yang terkait pengalaman ibu dalam merawat anak penderita kanker di Yayasan Onkologi Anak Medan meliputi: 1 mengalami masalah fisik, ekonomi, sosial, dan psikologis, 2 memberikan perawatan kepada anak, 3 mengatasi beban pikiran dengan cara positif, dan 4 mendapat dukungan orang terdekat. Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap sepuluh partisipan terdapat banyak kesamaan antara teoritis dan penelitian sebelumnya dengan hasil penelitian ini. Dapat disimpulkan dalam penelitian ini bahwa kesepuluh partisipan mengalami proses tahapan berduka yang dimulai dari adanya penyangkalan dan isolasi, amarah, menawar, depresi, hingga penerimaan kondisi. Pengalaman ibu dalam merawat anak dengan kanker tidaklah mudah, namun peneliti menemukan semangat dalam diri partisipan yang terus berjuang demi kesembuhan anak dengan kanker.

5.2 Saran