metanol 9:1 vv, toluen: etilasetat 7:3 vv, n-heksana: etilasetat 8:2 vv hingga mencapai batas pengembangan, kemudian plat dikeluarkan dari dalam bejana dan
dikeringkan, setelah plat kering diamati dengan visual, sinar UV 254 nm dan 366 nm lalu diamati noda yang terbentuk Lenny, 2012. Hasil uji kemurnian isolat
dapat dilihat pada Lampiran 8, halaman 69.
3.13 Karakterisasi Isolat
3.13.1 Karakterisasi isolat secara spektrofotometri UV
Isolat dilarutkan dalam pelarut metanol, kemudian dimasukkan ke dalam kuvet yang telah dibilas dengan larutan sampel. Absorbansi larutan sampel diukur
pada panjang gelombang 200-400 nm. Penggunaan pereaksi geser sebagai berikut: a.
Spektrum cuplikan diukur dalam MeOH spektrum MeOH, tambahkan tiga tetes NaOH ke dalam kuvet 1 ml, volum 2 ml, dicampur, lalu diukur
spektrum NaOH. Untuk memeriksa apakah ada penguraian, spektrum NaOH diukur lagi setelah kira-kira lima menit. Cuplikan dibuang dan sel kuvet
yang telah dicuci diisi lagi dengan larutan flavonoid persediaan. b.
Enam tetes pereaksi AlCl
3
ditambahkan ke dalam larutan flavonoid, dicampur, lalu diukur spektrum AlCl
3
. Tiga tetes HCl ditambahkan, dicampur dan diukur spektrum AlCl
3
c. Sekarang ditambahkan serbuk natrium asetat ke dalam larutan flavonoid
persediaan dalam kuvet sedemikian rupa sehingga terdapat kira-kira 2 mm lapisan natrium asetat pada dasar kuvet. Campuran harus dikocok baik-baik
sebelum spektrum natrium asetat diukur. Lalu spektrum natrium asetatasam HCl. Akhirnya, cuplikan dibuang dan sel dicuci.
Universitas Sumatera Utara
borat diukur setelah ditambahkan asam borat dan dicampur banyaknya asam borat kira-kira setengah dari natrium asetat Markham, 1988.
3.13.2 Karakterisasi isolat secara spektrofotometri IR
Identifikasi isolat secara spektrofotometri IR dilakukan dengan cara mencampurkan 1 mg isolat dengan 150 mg kalium bromida menggunakan alat
mixture vibrator, kemudian dicetak menjadi pelet pada tekanan 11,5 ton dan dimasukkan ke dalam spektrofotometri IR serta diukur absorbansinya pada
bilangan gelombang wave number 400-4000 cm
-1
Dachriyanus, 2004.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan
Identifikasi tumbuhan yang dilakukan di Herbarium Bogoriense Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi-LIPI Bogor menunjukkan bahwa tumbuhan yang
diteliti adalah spesies Aquilaria malaccencis Lamk. dari suku Thymelaeaceae terlampir.
4.2 Hasil Karakterisasi Bahan Tumbuhan dan Serbuk Simplisia
Hasil pemeriksaan makroskopik dari simplisia menunjukkan simplisia berupa daun kering menggulung tidak beraturan dan keriput, memiliki warna hijau
tua dengan bau aromatik, ukuran panjang 4-6 cm dan lebar 3-4 cm. Menurut Depkes 2000, standarisasi suatu simplisia merupakan
pemenuhan terhadap persyaratan sebagai bahan obat dan menjadi penetapan nilai untuk berbagai parameter produk. Pemeriksaan makroskopik simplisia untuk
memastikan kebenaran simplisia. Hasil pemeriksaan mikroskopik daun segar gaharu sebagai orientasi
terdapat stomata tipe anomositik pada penampang membujur daun gaharu dan pada penampang melintang terdapat epidermis atas, sel palisade, berkas pembuluh
kayu dengan penebalan dinding spiral, trikoma, spons, berkas pengangkut yang ditandai warna merah pada penambahan floroglusin dan epidermis bawah. Pada
serbuk simplisia daun gaharu terdapat stomata dengan tipe anomositik yaitu stomata yang sel penjaganya dikelilingi sejumlah sel tertentu yang tidak tetap
Universitas Sumatera Utara