Penambahan Liebermann-Burchard memberikan warna biru kehijauan menunjukkan adanya senyawa steroid Harborne, 1987. Skrining pada tanin
dengan penambahan FeCl
3
Skrining glikosida ditunjukkan dengan penambahan pereaksi Molish dan asam sulfat pekat di mana terbentuk cincin ungu. Pereaksi Molish merupakan
pereaksi umum yang digunakan untuk identifikasi gula, dalam hal ini bagian gula dari glikosida jika terbentuk cincin ungu adalah positif. Skrining saponin
menghasilkan busa yang stabil dengan tinggi busa 3 cm dan tidak hilang dengan penambahan HCl 2 N artinya positif mengandung saponin Depkes, 1995.
memberikan warna biru kehitaman yang menunjukan adanya tanin yaitu gallotannin Farnsworth, 1966.
Hasil skrining fitokimia terhadap daun gaharu diketahui mengandung
senyawa kimia seperti yang terlihat pada Tabel 4.2 di bawah ini. Tabel 4.2. Hasil skrining fitokimia dari simplisia daun gaharu
No Nama Senyawa
Hasil 1.
Alkaloid -
2. Flavonoid
+ 3.
SteroidTriterpenoid +
4. Tanin
+ 5.
Glikosida +
6. Saponin
+ Keterangan: + positif : mengandung golongan senyawa
- negatif : tidak mengandung golongan senyawa
4.4 Hasil Ekstraksi Simplisia Daun Gaharu Aquilaria malaccencis Lamk.
Ekstraksi dilakukan dengan cara perkolasi menggunakan pelarut etanol, dari hasil perkolasi dari 550 g serbuk simplisia diperoleh ekstrak etanol
kental sebanyak 79,26 g, kemudian dilanjutkan dengan fraksinasi cair-cair menggunakan pelarut n-heksana, kloroform dan etilasetat yang digunakan hanya
fraksi etilasetat sebanyak 5,3 g. Analisis KLT dari fraksi etilasetat menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
bahwa fase gerak yang paling baik adalah n-heksana:etilasetat 40:60 karena menghasilkan pemisahan noda yang paling baik.
4.5 Hasil Isolasi Kromatografi Kolom
Selanjutnya dilakukan isolasi terhadap fraksi etil asetat secara kromatografi kolom dengan pelarut landaian n-heksan-etilasetat dengan
perbandingan 100:0, 90:10, 80:20, 70:30,60:40, 50:50, 40:60, 30:70, 20:80, 10:90, 0:100 dan metanol sehingga diperoleh eluat sebanyak 226 vial. Masing-masing
eluat dikromatografi lapis tipis dengan fase gerak n-heksana:etilasetat 40:60 diamati dengan visual, disinar UV 254 nm dan 366 nm. Eluat yang mempunyai
pola kromatogram yang sama di gabung menjadi satu fraksi, sehingga diperoleh 3 vial yaitu E1 vial 1-157, E2 vial 158-190 dan E3 vial 191-226. Pemeriksaan
kandungan senyawa flavonoid terdapat pada E3 vial 191-226. Selanjutnya terhadap E3 diisolasi secara kromatografi lapis tipis preparatif
dengan fase gerak n-heksana:etilasetat 40:60, fase diam silika gel F
254
dan diamati dengan visual, sinar UV 254 nm dan 366 nm. Hasil kromatografi lapis
tipis preparatif untuk E3 terdapat 1 pita yang berfluoresensi lembayung biru pada sinar UV 366 nm, dikerok dan direndam selama satu malam dalam metanol
kemudian disaring lalu diuapkan dan diperoleh 1 isolat berupa kristal amorf yang berwarna kuning. Terhadap isolat dilakukan KLT uji kemurnian dengan beberapa
fase gerak yang berbeda yaitu etilasetat, etilasetat:metanol 90:10 vv, toluen:etilasetat 70:30 vv, n-heksana:etilasetat 08:20 vv diamati dengan
visual, disinar UV 254 nm dan 366 nm. Isolat menunjukkan fluoresensi lembayung biru dengan sinar UV 366 nm, harga
Rf 0,8 yang memberikan hasil
Universitas Sumatera Utara
positif terhadap senyawa flavonoid dengan pemeriksaan kandungan senyawa isolat.
4.6 Hasil Penafsiran Spektrum UV dengan Pereaksi Geser