71
6.2 Saran
1.Bagi Bidan Perlu menjaga keharmonisan hubungan dengan dukun dengan cara melakukan kunjungan rumah, melakukan pendekatan pada dukun yang tidak mau
bermitra dengan cara mengangkat mereka menjadi kader posyandu serta memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai persalinan di fasilitas
kesehatan. 2. Bagi Dukun perlu meningkatkan kerjasama dengan selalu merujuk persalinan ke
fasilitas kesehatan dan bagi dukun yang belum bermitra agar segera bermitra dengan bidan sehingga dapat membantu menurunkan angka kematian pada ibu
dan bayi. 3. Bagi Puskesmas dan Dinas Kesehatan
a. Perlu mengadakan pelatihan bagi dukun untuk dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan yang dapat menunjang pelaksanaan kemitraan. b.
Perlu meningkatkan frekuensi pertemuan dukun dan bidan untuk menyamakan persepsi dan mengevaluasi kemitraan yang telah terjalin.
Pertemuan ini diharapkan melibatkan semua dukun dan bidan. c.
Menyediakan transportasi untuk merujuk ibu hamil ke fasilitas kesehatan. d.
Perlu memberikan penyuluhan kepada masyarakat khususnya ibu hamil tentang persalinan di fasilitas kesehatan.
4. Bagi Masyarakat sebaiknya menyadari dan memahami bahwa persalinan di fasilitas kesehatan jauh lebih aman daripada persalinan di rumah. Sehingga
diharapkan semua ibu hamil untuk bersalin di fasilitas kesehatan. Dengan demikian derajat kesehatan ibu dan anak semakin membaik.
Universitas Sumatera Utara
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kemitraan
Menurut Robert Davies, adalah Suatu kerjasama formal antara inividu- individu, kelompok-kelompok atau organisasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Dalam kerjasama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan masing- masing tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan yang di buat,
saling berbagi, baik dalam resiko maupun keuntungan yang di peroleh. Notoatmodjo,2003
Mengingat kemitraan adalah bentuk kerjasama atau aliansi maka setiap pihak yang terlibat di dalamnya harus ada kerelaan diri untuk bekerjasama dan melepaskan
kepentingan masing-masing kemudian membangun kepentingan bersama. Oleh sebab itu, dalam membangun sebuah kemitraan, harus didasarkan pada kesamaan
perhatian, saling mempercayai dan menghormati, tujuan yang jelas dan terukur serta kesediaan untuk berkorban baik waktu, tenaga maupun sumber daya yang lain
Notoatmodjo, 2012.
2.1.1 Elemen-Elemen Kemitraan
Dalam rangka mengupayakan sebuah kemitraan yang sinergis, berikut ini akan dipaparkan sejumlah elemen penting yang bisa mendukung berlangsungnya proses
kemitraan yang baik. Elemen-elemen tersebut antara lain sumber daya, karakter pihak yang bermitra patner, relasi antara patner, karakteristik kemitraan, dan
lingkungan sekitar De Waal dkk, 2013
Universitas Sumatera Utara
9
1. Sumber Daya
Sumber daya merupakan hal mendasar dan utama dalam membangun sebuah kemitraan.Sumber daya ini meliputi dukungan finansial uangdana, organisasi,
informasi, agen pemerintah, stakeholder, perlengkapan dan sarana prasarana seperti komputer, obat, makanan, buku-buku dan sebagainya.
2. Karakteristik Partner
Partner merupakan sumber daya utama dalam membangun sebuah kemitraan.Karakteristik partner mencakup keterampilan dan keahlian dari pihak yang
bermitra serta Motivasi mengenai keuntungan dan kerugian dari kemitraan yang diikutinya. Umumnya, para partner yang sangat aktif di dalam sebuah kemitraan,
terdorong oleh rasa bahwa mereka akan memperoleh banyak manfaat dari kemitraan yang dibangun. Sementara mereka yang kurang terlibat aktif, umumnya didorong
oleh rasa bahwa kemitraan yang dibangun tidak sesuai dengan kebutuhan mereka atau kemitraan yang dibangun mempunyai banyak kekurangan.
3. Relasi antara partner
Relasi antara partner meliputi kepercayaan, penghargaan, dan konflik. a.
Kepercayaan merupakan prasyarat bagi terciptanya sebuah kerjasama yang baik. Organisasi atau individu yang terlibat dalam kemitraan harus menaruh
kepercayaan kepada partnernya bahwa mereka akan sungguh bertanggungjawab dengan tugas dan perannya masing-masing. Selain kepercayaan,
b. Penghargaan juga merupakan bagian yang penting dalam kemitraan. Kemitraan
akan terjalin dengan baik apabila terdapat rasa saling apresiasi atau menghargai antara partner.
Universitas Sumatera Utara
10
c. Konflik juga menjadi hal yang penting dalam bermitra.Konflik bisa saja
memperkuat sebuah kemitraan jika perbedaan pendapat bisa merangsang pendekatan yang baru dalam sebuah kemitraan. Tetapi apabila sebuah konflik
tidak dikelola dengan baik maka akan menimbulkan masalah antara partner.Perbedaan wewenang antara partner juga menjadi potensi konflik ketika
ada pembatasan mengenai siapa yang terlibat, pendapat siapa yang dianggap benar dan siapa yang paling berpengaruh dalam mengambil sebuah keputusan.
4. Karakteristik Kemitraan
Kepemimpinan, manajemen pembagian peran, komunikasi yang efektif, komitmen, koordinasi dan efisiensi merupakan karakteristik kemitraan yang sangat
mempengaruhi terbentuknya sebuah kemitraan yang sinergis. a.
Kepemimpinan. Pemimpin harus memiliki kemampuan dalam membangun relasi untuk
memperkuat kepercayaan, keterbukaan antara partner, menciptakan kondisi yang dapat menjembatani perbedaan pendapat dan mampu mengolah konflik antara
partner. b.
Komunikasi. Komunikasi merupakan hal yang paling penting dalam menjalin kemitraan. Tanpa
komunikasi yang memadai, kolaborasi yang efektif tidak akan mungkin terjadi. Kualitas komunikasi memberikan kontribusi bagi keberhasilan kemitraan.
c. Manajemen pembagian tugas
Merupakan prosedur penentuan siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan dan pembagian peran dan tanggung jawab masing-masing pihak yang bermitra.
d. Efisiensi
Universitas Sumatera Utara
11
Efisiensi dalam hal ini adalah peran dan tanggung jawab partner sesuai dengan kepentingan dan keahlian mereka masing-masing serta dapat memanfaatkan
secara efektif kemampuan finansial, sumber daya dan waktu yang ada.
5. Lingkungan eksternal
Kemitraan juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan eksternal. Lingkungan eksternal ini mencakup dukungan kebijakan dari pemerintah, dan karakteristik
dari masyarakat setempat. Berdasarkan ulasan di atas maka dapat dikatakan bahwa sebuah kemitraan
membutuhkan banyak elemen sebagai daya dukung, sehingga bisa berjalan efektif dalam mengupayakan kepentingan konstituen. Elemen-elemen tersebut antara lain
adalah sumber daya, karakter pihak yang bermitra, relasi antara partner, karakteristik kemitraan dan lingkungan sekitar.
2.2 Bidan dan Dukun Bayi 2.2.1 Pengertian Bidan desa
Bidan berarti “bersama wanita” atau dalam bahasa Prancis berarti “wanita bijaksana”. Secara tradisional bidan adalah wanita desa yang belajar dengan cara
mengikuti proses persalinan keluarga atau tetangganya. Keterampilan dan pengetahuannya diturunkan dari generasi ke generasi.Bidan adalah individu
yangsudah menempuh pendidikan di bidang kebidanan dan telah diakui di negara tempat tinggalnya serta telah mendapatkan izin untuk melakukan praktik kebidanan
Myles, 2011. Bidan adalah seseorang yang sudah menjalani program pendidikan kebidanan,
yang diakui di negaranya, berhasil menjalankan program studi di bidang kebidanan, dan memenuhi kualifikasi yang diperlukan untuk dapat terdaftar atau mendapat izin
resmi untuk melakukan praktik kebidanan Myles, 2011.
Universitas Sumatera Utara
12
2.2.2 PengertianDukun Bayi
Dukun umumnya perempuan yang lebih tua, dan sangat dihormati di tengah masyarakat karena pengetahuan dan pengalaman mereka dalam hal membantun
persalinan.Dukun adalah anggota masyarakat yang memiliki keterampilan menolong persalinan secara tradisional yang diwariskan secara turun temurun atau melalui
pelatihan Depkes, 2008. Peran mereka mencakup pembantu kelahiran, memandikan, memijit-mijit,
membantu dalam urusan rumah tangga dan persiapan perawatan setelah melahirkan.
2.3 Kemitraan Bidan desa dan Dukun Bayi 2.3.1 Pengertian kemitraan bidan desa dan dukun bayi
Bentuk kerjasama antara bidan dan dukun, di mana kerjasama ini harus saling menguntungkan kedua belah pihak dan atas dasar transparansi, kesamaan serta rasa
saling percaya untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi. Peran bidan dalam dalam bermitra adalah menolong kelahiran serta mengalihfungsikan dukun
yang pada awalnya menolong persalinan menjadi rekan kerja untuk merawat ibu dan bayi Depkes,2008.
2.3.2Ruang Lingkup Kemitraan Bidan dan Dukun
Ruang lingkup kegiatan kemitraan mencakup masukan, proses dan luaran program. 1.
Input Input meliputi penyiapan tenaga, penyiapan biaya operasional, penyiapan sarana
kegiatan bidan dan saran dukun, serta metode mekanisme pelaksanaan kegiatan. 2. Proses
Proses yang dimaksudkan adalah lingkup kegiatan kerja bidan dan kegiatan dukun.Kegiatan bidan mencakup aspek teknis kesehatan dan kegiatan dukun
mencakup aspek non teknis kesehatan. Tugas dukun ditekankan pada alih peran
Universitas Sumatera Utara
13
dukun dalam menolong persalinan menjadi merujuk ibu hamil dan merawat ibu nifas dan bayi baru lahir berdasarkan kesepakatan antara bidan dengan dukun.
3. Program Output Kemitraan bidan dengan dukun adalah pencapaian target upaya kesehatan
ibu dan anak antara lain meningkatnya dukungan berbagai pihak LPLS terkait, meningkatnya jumlah bidan dengan dukun yang bermitra, meningkatkan rujukan
oleh dukun, meningkatnya cakupan pertolongan persalinan serta meningkatnya deteksi risti komplikasi oleh masyarakat.
2.3.3 Prinsip Kemitraan Bidan desa dan Dukun bayi
Kemitraan hanya dapat dibentuk bila ada lebih dari satu orang atau satu organisasi yang akan bekerjasama, dalam hal ini adalah bidan dan dukun bayi. Untuk
mencapai suatu kemitraan ada beberapa prinsip yang digunakan: 1.
Kesetaraan Kesetaraan yang dimaksud adalah saling menghargai pengetahuan,
pengalaman,keberadaan dan keahlian mitranya. Jadi harus dimulai dari menerima mitra apa adanya setara dengan dirinya.
2. Keterbukaan
Keterbukaan yang dimaksud adalah kemauan bersama untuk menjelaskan perasaan dan keinginannya serta membicarakan persoalan masing-masing yang
masih harus diuji kebenarananya.Antara bidan dan dukun bayi harus dibuat suasana yang tidak membuat satunya merasa lebih rendah, lebih pintar dan lebih
mampu. 3.
Saling menguntungkan
Universitas Sumatera Utara
14
Kemitraan yang dimaksud adalah tidak ada yang kehilangan atau kerugian yang diterima pada salah satu pihak, tetapi terjadi sinergi dari para pihak. Dengan
demikian harus dicari hal apa yang dapat disinergikan dan menyebabkan keuntungan lebih besar untuk para pihak yang bermitra.
2.3.4 Landasan Kemitraan Bidan desa dan Dukun bayi
Dalam suatu kerjasama yang berprinsip kemitraan ada beberapa landasan yang harus dipenuhi para pihak yang bermitra atau biasa disebut tujuh saling, yaitu:
1. Saling Memahami Kedudukan, Tugas dan Fungsi
Bidan memiliki tugas dan fungsi utama dalam membantu persalinan ibu hamil.Dukun bayi tidak melakukan tugas dan fungsi dalam membantu persalinan
ibu secara langsung. Tugas dan fungsi dukun bayi adalah mendorong agar proses rujukan ibu bayi hanya kepada bidan atau tenaga kesehatan terlatih.
2. Saling Memahami Kemampuan Masing-masing
Bidan memiliki kemampuan teknis dan tugas utama dalam membantu persalinan ibu sedangkan dukun bayi memiliki pengaruh dan dipercaya masyarakat. Masing-
masing kemampuan tersebut saling sinergi dan perlu dioptimalkan dalam mendukung persalinan yang aman dan selamat bagi ibu.
3. Saling Menghubungi
Optimalisasi kemitraan antara bidan dan dukun bayi perlu terus ditingkatkan dengan upaya saling menghubungi di antara masing-masing.
4. Saling Mendekati
Bidan lebih banyak berada di unit pelayanan Puskesmas, Pustu, atau Poskesdes, sedangkan dukun bayi sering dikunjungi atau mengunjungi ibu hamil. Untuk itu
perlu kiranya para pihak tersebut saling mendekati, seperti mendorong dukun bayi
Universitas Sumatera Utara
15
juga aktif datang ke posyandu, pustu, poskesdes ataupun Puskesmas. Demikian pula dengan bidan desa untuk lebih aktif mengunjungi dukun bayi.
5. Saling Bersedia
Membantu dan dibantu pada umumnya bidan yang ditugaskan di desa masih relatif muda, terutama di daerah terpencil dan kurang banyak pengalaman dan
kepercayaan dari masyarakat dibandingkan dukun bayi. Pada sisi lain, dukun bayi dengan pengalaman yang cukup banyak dan disegani oleh masyarakat tidak
memiliki keterampilan medis. Karenanya dukun bayi tidak bisa mendeteksi persoalan komplikasi kehamilan ibu serta penanganannya secara medis. Hal
tersebut perlu saling disadari dengan cara sifat bersedia membantu dan dibantu. 6.
Saling Mendorong dan Mendukung Bidan perlu terus mendorong dan mendukung dukun bayi untuk tetap dihargai
oleh masyarakat. Demikian pula sebaliknya, dukun bayi perlu mendukung proses persiapan dan pasca persalinan yang dilakukan oleh bidan.
7. Saling Menghargai
Saling menghargai antara bidan dan dukun bayi sangat penting. Dukun bayi telah ada di masyarakat jauh sebelum keberadaan bidan ataupun perkembangan ilmu
kebidanan.Dukun bayi perlu menghargai perkembangan ilmu dan teknologi kebidanan yang dimiliki dan ditugaskan oleh pemerintah.
2.3.5 Pihak-pihak yang Terlibat dalam Kemitraan Bidan dan Dukun
Pihak-pihak yang terlibat dalam kemitraan bidan dan dukun bayi bukan saja pihak di desakelurahan, namun juga pihak-pihak terkait di tingkat kabupatenkota
dan kecamatan.Berikut para pihak tersebut serta perannya. 1.
Tingkat Kabupaten
Universitas Sumatera Utara
16
a. Dinas Kesehatan sebagai koordinator dalam program kemitraan bidan dan dukun
bayi. b.
Dalam program ini juga dilibatkan peran multi pihak seperti SKPD yang terkait urusan kesehatan Dinas Kesehatan, RSUD, Badan Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana, Dinas Sosial, Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Tim Penggerak PKK tingkat Kabupaten, organisasi profesi kesehatan, akademisi,
perguruan tinggi, LSM yang bergerak di bidang kesehatan, serta yang tak kalah penting adalah melibatkan DPRD khususnya Komisi yang membidangi
kesehatan. c.
Dinas Kesehatan akan membentuk tim yang terdiri dari berbagai pihak tersebut di atas. Tim tersebut akan bertugas memberikan pembinaan, pengawasan dan
evaluasi secara berkala terhadap pelaksanaan program ini. 2.
Tingkat Kecamatan Pada skala kecamatan akan didampingi oleh camat, kepala puskesmas, PKK
tingkat kecamatan, dan kelompok kerja operasional Pokjanal desa siaga tingkat kecamatan. Kerjasama tersebut untuk mendampingi, mengawasi dan evaluasi
program kemitraan bidan dan dukun bayi secara berkala di tingkat kecamatan. 3.
Tingkat DesaKelurahan Pada skala desakelurahan, maka kepala desalurah bersama dengan kelompok
PKK, pengurus desa siaga, tokoh agama dan tokoh masyarakat akan mendampingi, memberikan pembinaan dan melakukan evaluasi proses kemitraan
secara berkala di tingkat desakelurahan bersama dengan bidan dan dukun bayi.
2.3.6 Peran Bidan desa dan Dukun bayi dalam Pelaksanaan Kemitraan
Peran bidan dan dukun dalam pelaksanaan kemitraan meliputi masa kehamilan, masa persalinan dan masa nifas
Universitas Sumatera Utara
17
2.3.6.1. Peran Bidan desa dan Dukun bayi dalam Masa Kehamilan 1.Peran Bidan
a. Melakukan pemeriksaan ibu hamil keadaan umum, menentukan taksiran partus,
menentukan keadaan janin dalam kandungan, pemeriksaan laboratorium yang diperlukan
b. Melakukan tindakan pada ibu hamil pemberian imunisasi TT, pemberian tablet
Fe, pemberian pengobatan atau tindakan apabila ada komplikasi c.
Melakukan penyuluhan dan konseling d.
Melakukan kunjungan rumah e.
Melakukan rujukan apabila diperlukan f.
Melakukan pencatatan g.
Membuat laporan
2. Peran dukun
a. Memberikan motivasi ibu hamil untuk periksa ke bidan
b. Mengantar ibu hamil yang tidak mau periksa ke bidan
c. Membantu bidan pada masa pemeriksaan ibu hamil
d. Melakukan penyuluhan pada ibu hamil dan keluarga
e. Memotivasi ibu hamil dan keluarga tentang KB
f. Melakukan ritual yang berhubungan dengan adat dan keagamaan
g. Melakukan motivasi pada saat rujukan diperlukan
h. Melaporkan ke bidan apabila ada ibu hamil baru
2.3.6.2 Peran Bidan dan Dukun dalam Masa Persalinan
1. Peran Bidan a.
Mempersiapkan sarana prasarana persalinan aman dan alat resusitasi bayi baru lahir
Universitas Sumatera Utara
18
b. Memantau kemajuan persalinan sesuai dengan partograf
c. Melakukan asuhan persalinan
d. Melaksanakan inisiasi menyusu dini dan pemberian ASI segera dari 1 jam
e. Injeksi vit K1 dan salep mata antibiotik pada bayi baru lahir
f. Melakukan perawatan bayi baru lahir
g. Melakukan tindakan PPGDON apabila mengalami komplikasi
h. Melakukan rujukan bila diperlukan
i. Melakukan pancatatan persalinan
j. Membuat laporan
2. Peran Dukun Bayi
a. Mengantar calon ibu bersalin ke bidan
b. Mengingatkan keluarga menyiapkan alat transportasi untuk pergi ke bidan atau
memanggil bidan c.
Mempersiapkan sarana prasarana persalinan aman seperti air bersih dan kain bersih
d. Mendampingi ibu saat bersalin
e. Membantu bidan pada saat proses persalinan
f. Melakukan ritual jika ada atau perlu
g. Membantu bidan dalam merawat bayi baru lahir
h. Membantu bidan dalam inisiasi menyusu dini kurang dari 1 jam
i. Memotivasi rujukan bila diperlukan
j. Membantu bidan membersihkan ibu, tempat dan alat setelah persalinan.
2.3.6.3 Peran Bidan dan Dukun dalam Masa Nifas 1. Peran Bidan
a. Melakukan kunjungan neonatal dan sekaligus pelayanan nifas
Universitas Sumatera Utara
19
b. Melakukan penyuluhan dan konseling pada ibu dan keluarga tanda-tanda bahaya
dan penyakit ibu nifas, tanda-tanda bayi sakit, kebersihan pribadi dan lingkungan, kesehatan dan gizi, ASI Eksklusif, parawatan tali pusat, KB setelah melahirkan
c. Melakukan rujukan apabila diperlukan
d. Melakukan pencatatan
e. Membuat laporan
2. Peran Dukun Bayi
a. Melakukan kunjungan rumah dan memberikan penyuluhan tentang tanda-tanda
bahaya dan penyakit ibu nifas, tanda-tanda bayi sakit, kebersihan pribadi dan lingkungan, kesehatan dan gizi, perawatan tali pusat dan perawatan payudara
b. Memotivasi ibu dan keluarga untuk ber-KB setelah melahirkan
c. Melakukan ritual agama jika ada atau perlu
d. Memotivasi rujukan bila diperlukan
e. Melaporkan ke bidan apabila ada calon akseptor KB
Dalam proses alih peran dan pembagian tugas antara bidan dengan dukun perlu disepakati mekanisme kemitraan yang dijalin antara mereka. Meskipun mekanisme
sangat beragam tergantung keadaan, tetapi ada beberapa hal penting yang harus disepakati dituangkan secara tertulis dalam nota kesepakatan antara bidan dan
dukun yaitu mekanisme rujukan informasi ibu hamil, mekanisme rujukan kasus persalinan, mekanisme pembagian biaya persalinan dan jadwal pertemuan rutin
bidan dengan dukun.
2.3.7 Langkah-langkah Kemitraan Bidan dan Dukun
1. Pendataan kesehatan ibu dan anak
Universitas Sumatera Utara
20
Langkah ini dilakukan untuk mengidentifikasi masalah yang terkait dengan kesehatan ibu dan bayi, serta potensi untuk penanganan masalah melalui
kemitraan dukun dan bidan. 2.
Identifikasi potensi yang mendukung kemitraan Dalam membangun kemitraan, perlu dilakukan identifikasi terhadap potensi yang
mendukung kemitraan.Potensi tersebut diantaranya adalah jumlah dan sebaran dukun, kebiasaan atau budaya local masyarakat yang mendukung kemitraan,
dukungan pemerintah desakelurahan dalam peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat serta sumber pendanaan untuk mendukung kemitraan.Potensi ini
dapat menjadi dasar dalam membangun kemitraan. 3.
Membangun dukungan para pihak Dari langkah ini diharapkan muncul komitmen pemerintah untuk hadir pada
pertemuan pembentukan kesepakatan antara bidan dan dukun bayi, komitmen untuk mendukung melalui program dan anggaran daerah, serta komitmen untuk
mendorong pembentukan regulasi yang menjamin keberlangsungan kemitraan tersebut.
4. Pembentukan regulasi daerah
Meski telah dibangun kesepakatan dan kesepahaman antara peran dan tugas bidan dan dukun bayi dalam kemitraan serta telah didukung komitmen informal atas
nama pemerintah daerah, hal tersebut juga perlu didukung dengan pembentukan regulasi daerah Peran para pihak dan konsekuensi pembiayaan perlu dituangkan
dalam regulasi daerah agar dapat dijamin oleh program dan angggaran pemerintah daerah. Proses pembentukan regulasi daerah dapat berupa peraturan kepala daerah
ataupun peraturan daerah. Regulasi ini selain dapat memberikan jaminan ketersediaan dana dalam mendukung kemitraan juga mendorong pemenuhan
Universitas Sumatera Utara
21
ketersediaan dan distribusi bidan yang lebih merata di desa-desa terpencil sebagai syarat terbentuknya kemitraan.
5. Koordinasi dan peningkatan kapasitas bagi dukun bayi
Koordinasi dan peningkatan kapasitas bagi dukun bayi merupakan langkah untuk optimalisasi pelaksanaan peran dan tugas masing-masing.
6. Pemantauan dan penilaian
Untuk mengetahui keberhasilan kegiatan diperlukan adanya langkah pemantuan dan evaluasi yang dilakukan sercara terus menerus bekesinambungan.Kegiatan
memantau dan menilai untuk melihat apakah semua kegiatan telah dilaksanakan sesuai rencana yang ditetapkan.
7. Mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung
Dalam pelaksanaan kemitraan bidan dan dukun bayi dibutuhkan sarana dan prasarana pendukung yang juga merupakan prasyarat keberhasilan pelaksanaan
kemitraan tersebut. Beberapa prasarana dasar yang perlu ada dalam pemberian pelayanan oleh bidan atau tenaga kesehatan adalah Puskesmas, Pustu, Poskesdes,
Polindes, Rumah Tunggu Kelahiran, Posyandu, yang dilengkapi listrik dan air bersih. Sedangkan sarana yang dibutuhkan dalam menunjang kemitraan,
diantaranya mobiler, tempat tidur lengkap, lemari, meja, kursi, kain tirai, alat kesehatan alkes, Bidan kit, dopler, sungkupamubag, tabung oksigen, tiang
infus, incubator, timbangan bayi, balita dan timbangan ibu hamil, alat pengukur panjang badan bayi, buku pegangan bidan, dukun bayi dan alat tulis, baju seragam
dukun bayi dimaksudkan untuk memberi rasa bangga dan sebagai pengakuan atas status dan peranan mereka di masyarakat, peralatan P3K Pertolongan Pertama
Universitas Sumatera Utara
22
Pada Kecelakaan, media penyuluhan, lembar balik penyuluhan, film tentang KIA, brosur, poster, dan lain-lain.
2.4 Angka Kematian Ibi AKI dan Angka Kemtian Bayi AKB 2.4.1 Pengertian Angka Kematian Ibu AKI
Angka Kematian Ibu AKI adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan
tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup.
Angka kematian ibu merupakan indikator kesehatan yang cukup penting. Angka kematian ibu diketahui dari jumlah kematian karena kehamilan, persalinan
dan ibu nifas per jumlah kelahiran hidup di wilayah tertentu dalam waktu tertentu.Angka Kematian Ibu mencerminkan resiko yang dihadapi ibu-ibu selama
kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi dan kesehatan menjelang kehamilan, kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan
kelahiran, serta tersedianya dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetric.
Informasi mengenai tingginya MMR akan bermanfaat untuk pengembangan program peningkatan kesehatan reproduksi, terutama pelayanan kehamilan dan
membuat kehamilan yang aman bebas risiko tinggi making pregnancy safer, program peningkatan jumlah kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan,
penyiapan sistim rujukan dalam penanganan komplikasi kehamilan, penyiapan keluarga dan suami siaga dalam menyongsong kelahiran, yang semuanya bertujuan
untuk mengurangi Angka Kematian Ibu dan meningkatkan derajat kesehatan reproduksi.
Universitas Sumatera Utara
23
2.4.2 Pengertian Angka Kematian Bayi AKB
Angka Kematian Bayi Infant Mortality Rate merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam mendeskripsikan tingkat pembangunan manusia di sebuah
negara dari sisi kesehatan masyarakatnya.Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun.
Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi.Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan
eksogen.Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal; adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan
umumnya disebabkan oleh factor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan.
Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan
oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar. Cara Menghitung Angka Kematian Bayi Dimana rumus: AKB = Angka
Kematian Bayi Infant Mortality Rate IMR
Universitas Sumatera Utara
24
2.5 Kerangka Pemikiran
kerjasama formal antara inividu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam kerjasama tersebut ada kesepakatan
tentang komitmen dan harapan masing-masing tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan yang di buat, saling berbagi, baik dalam resiko maupun
keuntungan yang di peroleh. Dalam hal ini adalah kerjasama bidan desa dan dukun bayi dalam proses
penanganan masa kehamilan, masa persalinan dan masa nifas. Bidan dan dukun bayi mempunyai peran yang berbeda sesuai dengan kesepakatan akan tetapi mempunyai
tujuan yang sama yaitu membantu persalinan ibu hamil. Bentuk kerjasama antara bidan dan dukun, di mana kerjasama ini harus saling
menguntungkan kedua belah pihak dan atas dasar transparansi, kesamaan serta rasa saling percaya untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi. Peran bidan
dalam bermitra adalah menolong kelahiran serta mengalihfungsikan dukun yang pada awalnya menolong persalinan menjadi rekan kerja untuk merawat ibu dan bayi
Sehingga kerja sama yang baik dan terukur dalam hal ini adalah kerjasama bidan desa dan dukun bayi di desa teluk ambun dalam menekan angka kematian ibu
dan bayi dapat behasil. Kemitraan bidan dan dukun sangat mempengaruhi tinggi rendahya angka
kematian ibu dan bayi sehingga untuk mengetahui sebuah kemitraan yang sinergis, berikut ini teori yang peneliti pakai untuk mengkaji dan menelaah yang bisa
mendukung berlangsungnya proses kemitraan yang baik. Elemen-elemen tersebut antara lain
1. sumber daya meliputi dana, sarana dan prasarana,
2. karakter patner, meliputi keterampilan dan motivasi
Universitas Sumatera Utara
25
3. relasi antara patner, meliputi kepercayaan, penghargaan dan konflik
4. karakteristik kemitraan, meliputi pembagian peran, komunikasi, pengambilan
keputusan, koordinasi dan komitmen 5.
lingkungan sekitar. Meliputi karakteristik masyarakat dan dukungan pemerintah dan tokoh masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
26
1. SUMBER DAYA
2. KARAKTERISTIK PARTNER
3. RELASI ANTAR PARTNER
4. KARAKTERISTIK
KEMITRAAN 5.
LINGKUNGAN EKSTERNAL
AN GKA KEMATIAN IBU
DAN BAYI
Bagan Alur Pikir 2.1
KEMITRAAN BIDAN DESA
DUKUN BAYI
Universitas Sumatera Utara
27
2.6 Definisi Konsep