45
kemitraan di tempat ini tidak terlepas dari adanya dukungan dana pemerintah melalui dinas kesehatan. Dinas kesehatan memberikan dana bergulir kepada puskesmas yang
kemudian diberikan kepada dukun setiap merujuk persalinan. Kemudian di dukung oleh dana intensif oleh kepala desa.
Dalam pedoman pelaksanaan kemitraan antara bidan dengan dukun dijelaskan bahwa ada dana yang disiapkan oleh pemerintah yang dapat berasal dari APBD
melalui Dinas Kesehatan dan Puskesmas, dana Jaminan Persalinan Jampersal, sumber dana dari pihak ketiga, ataupun dana dari swadaya masyarakat desa atau
swadana bidan setempat untuk mendanai program kemitraan ini. Dana tersebut digunakan untuk pendataan kesehatan ibu dan anak, pertemuan-pertemuan
koordinasi, pelatihan bagi bidan dan dukun, pemberian transport bagi dukun setiap kali mengantarkan ibu hamil ke fasilitas kesehatan, insentif untuk dukun setiap
persalinan yang dirujuk ke bidan, pelatihan-pelatihan berkala dukun-bidan dan penyediaan sarana dan prasarana pendukung kemitraan.
Dari aspek finansial, kemitraan antara bidan dengan dukun di lokasi ini sudah mulai mendapat perhatian, dapat dilihat adanya perhatian dari segi finansial
menandakan keseriusan pemerintah dalam menangani masalah kematian ibu dan bayi. Hal ini tentu menjadi salah satu langkah awal dalam pelaksanaan kemitraan
dukun dan bidan selama ini dan dapat diprediksi juga bahwa kedepannya kemitraan ini dapat akan berkembang dan berhasil karena adanya dukungan dana dari
pemerintah.
5.2.2 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan salah satu sumber daya yang sangat mendukung proses kemitraan dukun dan bidan. Sarana dan Prasarana tersebut
mencakup fasilitas kesehatan seperti polindes, poskesdes, pustu, posyandu dan
Universitas Sumatera Utara
46
puskesmas, ruang bersalin dan alat-alat yang menunjang persalinan yang sehat, akses jalan yang baik serta dukungan sarana transportasi. Berdasarkan hasil wawancara
peneliti terhadap bidan yang bermitra, mereka mengatakan bahwa sarana dan prasarana penunjang kemitraan masih belum memadai.
Pernyataan dari Bidan Desa tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut. “Alat partus dan ruang untuk bersalin. Karena apabila tidak lengkap alat dan
tidak tersedia ruangan bagaimana kami mau tolong. Kebetulan kami punya di sini lengkap semua sehingga apabila dukun datang mengantar ibu hamil untuk
bersalin kami dapat menolong. Sebenarnya yang dibutuhkan juga mobil untuk jemput ibu hamil karena banyak ibu hamil dan dukun selama ini mengeluh
masalah transportasi.” Wawancara Bidan Desa “Kalo saya rasa sudah lengkap nak, soalnya setiap saya merujuk ibu hamil
kerumah bidan semua alat persalinan semua ada di situ, Cuma saya terkadang terkendala transportasi untuk merujuk.”Wawancar Dukun Bayi
Berdasarkan data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana yang terdapat di lokasi penelitian sudah cukup memadai untuk menunjang
pelaksanaan kemitraan ini, walaupun ada sedikit kendala, seperti belum tersedianya sarana transportasi untuk merujuk ibu hamil yang akan bersalin. Hal ini tentunya
sedikit menghambat proses rujukan ibu hamil oleh para dukun. Dalam panduan kemitraan antara bidan dan dukun, transportasi juga merupakan sarana yang
mendukung proses kemitraan. Dalam pelaksanaan kemitraan dukun dan bidan, dibutuhkan sarana dan
prasarana pendukung yang juga merupakan prasyarat keberhasilan pelaksanaan kemitraan tersebut. Beberapa prasarana dasar yang perlu ada dalam pemberian
pelayanan oleh bidan adalah puskesmas, pustu, poskesdes, polindes, rumah tunggu
Universitas Sumatera Utara
47
kelahiran, posyandu, yang dilengkapi listrik dan air bersih. Sedangkan sarana yang menunjang kemitraan diantaranya mobiler, alat kesehatan, buku pegangan bidan dan
dukun, baju seragam dukun, peralatan P3K, media penyuluhan dan sarana transportasi Kemendagri, 2014.
Fasilitas kesehatan yang dilengkapi oleh alat-alat persalinan yang sehat dan tenaga yang berkompeten menjadi prasyarat utama dalam menangani persalinan.
Akan tetapi kelengkapan fasilitas kesehatan ini tidak menjamin peningkatan rujukan persalinan oleh dukun bila sulit diakses dan dijangkau. Tingginya proporsi
pertolongan persalinan oleh dukun selama ini salah satunya karena kesulitan untuk menjangkau fasilitas kesehatan terutama karena hambatan transportasi. Puskesmas
Singkil memiliki satu buah ambulans yang bisa digunakan untuk merujuk pasien ke rumah sakit. Sarana transportasi lain yang sering digunakan adalah becak.
5.3 Karakteristik Partner