Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Remaja (Studi Kasus Pengguna Narkoba Di Desa Perumnas Simalingkar Kecamatan Pancur Batu)

(1)

Fa

N

DEPA

aktor-fakt

arkoba D

Diajuk ARTEMEN

tor Penye

Di Desa Pe

kan Guna M Gelar

N ILMU K

UNIVER

ebab Kena

erumnas S

Memenuhi r Sarjana Il

D

RIO LF

0

KESEJAHT DAN I RSITAS SU

akalan Re

Simalingk

SKRIPSI Salah Satu lmu Sosial Disusun Ole

F HUTAB

07090202

TERAAN S ILMU POL UMATERA MEDAN 2013

emaja (St

kar Kecam

u Syarat Un Dan Ilmu P

eh :

BARAT

7

SOSIAL FA LITIK A UTARA

tudi Kasu

matan Pa

ntuk Memp Politik AKULTAS MEDAN

us Penggu

ancur Bat

peroleh ILMU SO

una

tu)

SIAL


(2)

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh : Nama : Rio LF HT B

Nim : 070902027

Judul : Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Remaja (Studi Kasus Pengguna Narkoba Di Desa Perumnas Simalingkar Kecamatan Pancur Batu)

PEMBIMBING SKRIPSI

Tuti Atika S.Sos. MSP NIP : 1963 0117 1988 032 001

KETUA JURUSAN

ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Hairani Siregar S.Sos MSP NIP : 1971 0927 1998 012 001

DEKAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Prof. Badaruddin, M.Si NIP : 1968 0525 1992 031 002


(3)

ABSTRAK

Rio LF HT B 070902027

Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Remaja (Studi Kasus Pengguna Narkoba Di Desa Perumnas Simalingkar Kecamatan Pancur Batu)

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun. Kenakalan remaja adalah suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi masa anak-anak dan dewasa. Tindakan kenakalan remaja yang tidak terkontrol akan menjerumuskan seorang remaja pada perilaku kejahatan remaja yang merupakan salah satu penyakit social. Salah satu bentuk kenakalan remaja yang sangat berkembang saat ini adalah remaja pengguna narkoba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja yang menjadi faktor-faktor penyebab remaja menjadi pengguna narkoba di Desa Perumnas Simalingkar yang diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan tetang kenakalan remaja sehingga dapat mengurangi masalah sosial penyebab kenakalan remaja khususnya narkoba.

Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Unit analisis penelitian adalah remaja pengguna narkoba, keluarga serta masyarakat di Desa Perumnas Simalingkar. Mengingat jumlah unit analisis cukup banyak, maka data diambil beberapa yang disajikan sebagai sumber informan yaitu Informan kunci yaitu mereka yang terlibat langsung dalam penggunaan narkoba pengguna narkoba berjumlah 6 orang dan Informan tambahan yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terhadap penggunaan narkoba Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh dalam penelitian yaitu melalui data primer (observasi, dan wawancara) dan data sekunder (studi kepustakaan).


(4)

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan dapat diketahui bahwa Remaja di Desa Perumnas Simalingkar menggunakan narkoba sejak mereka duduk di bangku Sekolah Dasar. Remaja menggunakan narkoba karena pengaruh lingkungan dan teman sepermainan yang cenderung berperilaku menyimpang serta pemahaman yang sangat minim akan bahaya dari narkoba. Keluarga para remaja pengguna narkoba di Desa Perumnas Simalingkar kurang dapat memberikan perhatian, kasih sayang, dan kepeduliannya pada remaja sehingga para remaja cenderung berperilaku sesuai keinginan mereka, tanpa ada yang memperdulikan apa yang mereka lakukan.


(5)

ABSTRACT

Rio LF HT B 070902027

Factors cause misbehavior of Juvenile delinquency ( case study junkies in viilage Perumnas Simalingkar sub-district Pancur Batu )

Juvenile comes from the latin word is adolensence which means to grow or grow into adulthood. The term adolensence has the meaning which more broadly includes the maturity of mental, emotional, social and physical abuse between the ages of 11 or 12 years up to 20 years. Juvenile delinquency is an act that violates the norms, rules or laws in a society that is done at the age of adolescence or transition period for both children and adults. Acts of uncontrolled juvenile delinquency will lead a teenager on behavior of juvenile crime which is one of social ills. One form of juvenile delinquency, which is currently highly developed teen drug users. This research aims to find out what are the factors the causes of teenagers become drug users in Simalingkar village of Perumnas is expected to provide information and knowledge about juvenile delinquency so that it can reduce the social causes of juvenile delinquency problems particularly drug.

This research is a descriptive qualitative approach using of case studies. The unit of analysis is the study of teenage drug users, their families and the community in the village of Perumnas Simalingkar. Given the number of units of analysis of the data, then it's pretty much taken the few that served as the source of the informant informant key to those involved directly in drug use drug users totaled 6 people and additional informants to those who can provide information although not directly against drug use data collection techniques used in this research is a technique of collecting data obtained in the study through the primary data (observation, and interviews) and secondary data (study library).

Based on the results of data analysis that is done can be known that teenagers in the village of Perumnas Simalingkar using drugs since they are sitting on the bench elementary


(6)

school. Teens using drugs because of the influence of the environment and the teammates who tend to behave as well as distorted understanding is very minimal will harm from drugs. The family of the teen drug users in the village of Perumnas Simalingkar less may give attention, affection, and it's in teens so that teenagers tend to behave according to their wishes, without anyone ignore what they do.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada TUHAN YANG MAHA ESA dimana atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah “Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Remaja (Studi Kasus Pengguna Narkoba Di Desa Perumnas Simalingkar Kecamatan Pancur Batu)”.

Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosial pada Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Selama penyusunan skripsi ini penulis menyadari akan sejumlah kekurangan dan kelemahan, untuk itu penulis membuka diri untuk saran dan kritik yang dapat membangun guna perbaikan dimasa akan datang. Pada kesempatan ini, Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini, dan secara khusus

Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, MSP selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Tuti Atika S.Sos. MSP selaku dosen pembimbing yang telah bersedia menyediakan waktu dan tenaga untuk membimbing penulis serta memberi dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta Pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara untuk segala ilmu pengetahuan,bimbingan, dan jasa- jasanya hingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan.

5. Bapak Armidun Purba selaku Kepala Desa Perumnas Simalingkar yang telah memberika izin penelitian di Desa tersebut, dan kepada teman-teman informan serta masyarakat Desa


(8)

Perumnas Simalingkar yang telah membantu memberikan data dan informasi yang dibutuhkan oleh penulis.

6. Kedua Orangtua saya, Bapak P.Hutabarat(Alm) dan Mama tercinta R. br Silalahi yang selalu kuat dan tegar menghadapi anak-anaknya, memberikan motivasi, bantuan moril dan materil selama perkuliahan hingga sampai ke tahap penyelesaian skripsi ini. Cucuran keringat dan semangat kalian tidak akan pernah saya lupakan. Terima kasih buat semua yang senantiasa mengiringi langkahku. Terima kasih mama tercinta. Semoga kita tetap dalam lindunganNya.

7. Buat adikku yang paling cantik Ria P.Ayu Hutabarat (karna adik satu-satunya, hehe). Tetap semangat dalam menjalani hari-harimu ya. Semoga kita bisa menjadi anak-anak yang bisa selalu dibanggakan orang tua kita.

8. Buat sahabat-sahabat sejati TW Lovers, Kesron, Frengky, Asa, Romi, Roy, Hendry, Kiki, pengalaman dengan kalian tidak akan terlupakan bro.

9. Buat sahabat-sahabat senioren di kessos stambuk 03-06 (Bang Angga, Bang Fajar, Bang Rubel, Bang Anggiat, Agung PB, Ramot, Samry, Melle, Eka, Dani, Kiel, Maxwel, Afta. Arjun, Ananta, Manuk, Rahmat, Edo, Irene, Fenny, Lista,Idel) terimakasih buat persahabatan dan proses dikampus tercinta kita ini, terutama saat pengalaman manggung, organisasi, kemping dan mendaki gunung kita selama ini, semoga kita semakin sukses kedepannya dan ketemu lagi di puncak impian kita masing-masing dan buat teman-teman yang tak tersebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungannya.

10. Buat Friska Winati Sianturi yang cakep katanya, hehehe. Terima Kasih buat waktu dan supportnya selama ini ya.

11. Buat sahabat-sahabat satu stambuk 2007, Ridho, Fauzan, Sunaryo, Dika, Ferdy, Manuk, Andri, Riswan, dan sahabat-sahabat yang lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu kerinduan pertama kali masuk kampus masih terlintas dibenakku. Semoga kita lebih sukses dan dewasa kedepannya.


(9)

12. Buat kawan-kawan junior di kampus, Poppy, Chintia, Budi, Eko, Ojes,Lisa, Dui, Kristin, Septi, dan kawan-kawan yang lain yang tidak bisa disebukan satu persatu. Terima kasih buat waktu kalian yang telah menemani proses di kampus dan diluar kampus.

13. Buat kawan kawan jurusan yang lain di Fisipol yang tak tersebutkan satu persatu, makasih banyak atas dukungan dan persahabatan kita selama ini, terutama Lintang, Rani kokom, Boby,Dody, Ilham, dan lain-lain.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak terdapatkekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu dengan segala kerendahanhati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang benar-benar konstruktif dari semua pihak, agar skripsi ini dapat lebih baik lagi. Semoga skripsi ini dapatmemberikan manfaat bagi rekan-rekan mahasiswa dan semua pihak yang membutuhkannya.

Medan, September 2013

Penulis,

Rio LF Hutabarat


(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan masalah ... 6

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 6

1.4 Sistematika Penulisan ... 7

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kenakalan Remaja ... 8

2.1.1 Klasifikasi dan Tipe Kenakalan Remaja ... 11

2.1.2 Karakteristik Remaja ... 18

2.2 Narkoba ... 18

2.2.1 Pengerian Narkoba ... 18

2.2.2 Jenis-jenis dan Efek Narkoba ... 19

2.2.2.1 Jenis-jenis Narkoba ... 20

2.2.2.2 Efek Narkoba ... 22


(11)

2.2.5 Kerangka Pemikiran ... 27

2.2.6 Defenisi Konsep ... 30

BAB III : METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 31

3.2 Lokasi Penelitian ... 32

3.3 Unit Analisis dan Informan ... 32

3.3.1 Unit Analisis ... 32

3.3.2 Informan ... 33

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 34

3.5 Teknik Analisis Data ... 34

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Perumnas Simalingkar Kecamatan Pancur Batu ... 35

4.2 Luas Desa Perumnas Simalingkar ... 36

4.3 Sumber Daya Air ... 36

4.4 Jumlah Penduduk Desa Perumanas Simalingkar ... 36

4.5 Sarana dan Prasarana di Desa Perumnas Simalingkar ... 41

4.5.1 Sarana Tempat Ibadah ... 41

4.5.2 Sarana, Prasarana dan Profesi di Bidang Kesehatan . 42 4.5.3 Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 43

4.6 Ekonomi Masyrakat ... 44

4.6.1 Jumlah Angkatan Kerja di Desa Perumnas Simalingkar 44 4.6.2 Tingkat Kesejahteraan Keluarga di Desa Perumnas Simalingkar ... 45


(12)

BAB V : ANALISA DATA

5.1 Awal Remaja Mengkonsumsi Narkoba ... 49

5.2. Tempat yang Dipergunakan untuk Menggunakan Narkoba . 52 5.3. Penyebab Remaja Menggunakan Narkoba ... 54

5.3.1 Faktor Tersedianya Narkoba(Alam) ... 54

5.3.2 Faktor Internal ... 56

5.3.2.1 Pemahaman Tentang Bahaya Narkoba ... 56

5.3.2.2 Keluarga Tidak Menjalankan Perannya Dengan Baik ... 57

5.3.3 Faktor Eksternal ... 60

5.3.3.1 Lingkungan Tempat Tinggal ... 60

BAB VI : PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 65

6.2 Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR BAGAN Bagan 1 Bagan Alir Pikir ... 29

DAFTAR TABEL Tabel 1 ... 36


(13)

Tabel 4 ... 39

Tabl 5 ... 40

Tabel 6 ... 41

Table 7 ... 42

Tabel 8 ... 43

Tabel 9 ... 43

Tabel 10 ... 44


(14)

ABSTRAK

Rio LF HT B 070902027

Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Remaja (Studi Kasus Pengguna Narkoba Di Desa Perumnas Simalingkar Kecamatan Pancur Batu)

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun. Kenakalan remaja adalah suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi masa anak-anak dan dewasa. Tindakan kenakalan remaja yang tidak terkontrol akan menjerumuskan seorang remaja pada perilaku kejahatan remaja yang merupakan salah satu penyakit social. Salah satu bentuk kenakalan remaja yang sangat berkembang saat ini adalah remaja pengguna narkoba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja yang menjadi faktor-faktor penyebab remaja menjadi pengguna narkoba di Desa Perumnas Simalingkar yang diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan tetang kenakalan remaja sehingga dapat mengurangi masalah sosial penyebab kenakalan remaja khususnya narkoba.

Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Unit analisis penelitian adalah remaja pengguna narkoba, keluarga serta masyarakat di Desa Perumnas Simalingkar. Mengingat jumlah unit analisis cukup banyak, maka data diambil beberapa yang disajikan sebagai sumber informan yaitu Informan kunci yaitu mereka yang terlibat langsung dalam penggunaan narkoba pengguna narkoba berjumlah 6 orang dan Informan tambahan yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terhadap penggunaan narkoba Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh dalam penelitian yaitu melalui


(15)

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan dapat diketahui bahwa Remaja di Desa Perumnas Simalingkar menggunakan narkoba sejak mereka duduk di bangku Sekolah Dasar. Remaja menggunakan narkoba karena pengaruh lingkungan dan teman sepermainan yang cenderung berperilaku menyimpang serta pemahaman yang sangat minim akan bahaya dari narkoba. Keluarga para remaja pengguna narkoba di Desa Perumnas Simalingkar kurang dapat memberikan perhatian, kasih sayang, dan kepeduliannya pada remaja sehingga para remaja cenderung berperilaku sesuai keinginan mereka, tanpa ada yang memperdulikan apa yang mereka lakukan.


(16)

ABSTRACT

Rio LF HT B 070902027

Factors cause misbehavior of Juvenile delinquency ( case study junkies in viilage Perumnas Simalingkar sub-district Pancur Batu )

Juvenile comes from the latin word is adolensence which means to grow or grow into adulthood. The term adolensence has the meaning which more broadly includes the maturity of mental, emotional, social and physical abuse between the ages of 11 or 12 years up to 20 years. Juvenile delinquency is an act that violates the norms, rules or laws in a society that is done at the age of adolescence or transition period for both children and adults. Acts of uncontrolled juvenile delinquency will lead a teenager on behavior of juvenile crime which is one of social ills. One form of juvenile delinquency, which is currently highly developed teen drug users. This research aims to find out what are the factors the causes of teenagers become drug users in Simalingkar village of Perumnas is expected to provide information and knowledge about juvenile delinquency so that it can reduce the social causes of juvenile delinquency problems particularly drug.

This research is a descriptive qualitative approach using of case studies. The unit of analysis is the study of teenage drug users, their families and the community in the village of Perumnas Simalingkar. Given the number of units of analysis of the data, then it's pretty much taken the few that served as the source of the informant informant key to those involved directly in drug use drug users totaled 6 people and additional informants to those who can provide information although not directly against drug use data collection techniques used in this research is a technique of collecting data obtained in the study through the primary data (observation, and interviews) and secondary data (study library).


(17)

school. Teens using drugs because of the influence of the environment and the teammates who tend to behave as well as distorted understanding is very minimal will harm from drugs. The family of the teen drug users in the village of Perumnas Simalingkar less may give attention, affection, and it's in teens so that teenagers tend to behave according to their wishes, without anyone ignore what they do.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak – kanak dan masa dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun yaitu menjelang masa dewasa muda (Soetjiningsih. 2004 : 45). Dalam periode ini pastilah terjadi perubahan yang sangat pesat dalam dimensi fisik, mental dan sosial yang rentan terhadap prilaku menyimpang seperti kenakalan remaja. Berkembangnya kenakalan remaja tersebut saat ini sudah menjadi bencana sosial yang sangat mengkhawatirkan. Selain menimbulkan keresahan dan merugikan masyarakat, kenakalan remaja juga memiliki dampak psikis yang sangat negatif bagi remaja yang melakukan tindakan tersebut.

Pada awalnya, kenakalan remaja hanyalah perilaku “nakal” yang dilakukan oleh remaja semata –mata untuk menemukan identitas dan jati diri. Kenakalan yang seperti itu pada umumnya wajar dan tidak menimbulkan kekhawatiran di dalam masyarakat khususnya orang tua, guru, teman, dan masyarakat lainnya. Kenakalan yang dilandasi oleh pencarian jati diri secara psikologis sering terjadi di kalangan remaja karena mereka sedang mengalami masa transisi antara anak – anak ke masa kedewasaan dan dengan sendirinya kenakalan tersebut akan menghilang begitu saja ketika mereka sudah memasuki fase kedewasaan.

Akan tetapi saat ini, kenakalan remaja yang terjadi tidak lagi berbentuk kenakalan, tetapi sudah menjadi suatu bentuk kejahatan yang sangat meresahkan, yang pada umumnya berbentuk perkelahian antar kelompok, narkoba, pergaulan bebas, aksi ugal-ugalan di jalan, dan tindakan – tindakan yang menjurus pada perbuatan – perbuatan kriminal.


(19)

Berkembangnya kejahatan- kejahatan yang terjadi akibat kenakalan remaja sudah menjadi bencana sosial yang sangat mengkhawatirkan.

Salah satu bentuk kenakalan remaja yang sangat berkembang saat ini adalah remaja pengguna narkoba. Setiap tahun jumlah pengkonsumsi narkoba terus meningkat,mulai dari anak-anak SD sampai kepada orang dewasa. Majalah Tempo, Jakarta pada hari jumat, 30 juli 2004 menjabarkan bahwa 70 persen dari 4 juta pecandu narkoba ( sekitar 2,8 juta orang ) di Indonesia tercatat sebagai anak usia sekolah, yakni berusia 14-20 tahun,bahkan menyusup ke usia SD. Hal ini di kemukakan oleh oleh Muchlis Catyo, Kepala Subdit Kesiswaan Direktorat Pendidikan Menengah Umum Departemen Pendidikan Nasional. (http://www.tempo.co/read/news/2004/07/30/05545767/70-Persen-Pecandu-Narkoba-Diakses pada tanggal 24 Oktober 2012).

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Universitas Indonesia, jumlah pengguna narkoba sejak tahun 2003 terus meningkat tajam. Pada Februari 2006 dilaporkan, dalam lima tahun terakhir jumlah kasus tindak pidana narkoba di Indonesia rata-rata naik 51,3% atau bertambah sekitar 3.100 kasus per tahun. Kenaikan tertinggi terjadi pada 2005 sebanyak 16.252 kasus atau naik 93% dari tahun sebelumnya. Di tahun yang sama tercatat 22 ribu orang tersangka kasus tindak pidana narkoba. Kasus ini naik 101,2% dari 2004 sebanyak 11.323 kasus. Dilaporkan pula bahwa pada tahun 2008 penyalahguna narkoba masih 1,99% dari jumlah penduduk, 2010 sudah menjadi 2,21% atau jika sekarang jumlahnya 3,8 juta orang, pada 2015 akan menjadi 5,1 juta orang. Hal yang sangat menghawatirkan kita semua yaitu dari hasil survey BNN baru-baru ini menyebutkan bahwa sebanyak 26.500 kasus narkoba berhasil diungkap selama tahun 2011. Jumlah ini meningkat 12,62% dibandingkan tahun 2010 yang sebanyak 23.531 kasus. Ironisnya, jumlah pengguna narkoba atau zat aditif yang berbahaya lain dan disalahgunakan untuk kepentingan sesaat paling banyak adalah kelompok usia remaja atau pemuda-pemudi dengan kisaran usia


(20)

15-24 tahun. Ketika mereka seharusnya mengisi masa remaja dan berjuang untuk membangun bangsa, malah justru terjebak dalam suatu proses penghancuran masa depan akibat penggunaan narkoba.

Terdapat sebanyak 1.037.682 pelajar dan mahasiswa di Indonesia diketahui telah mengkonsumsi narkotik dan obat-obatan terlarang lainnya. Angka itu merupakan 32% dari total 3,2 juta pengguna narkoba secara nasional yang terdiri dari masyarakat biasa dan aparat. (http://cakrawalaberita.com/horizon/corby-dan-retorika-tiada-ampun-sby-untuk-narkoba,Diak-ses pada tanggal 24 Oktober 2012).

Banyak faktor penyebab terjadinya penyalahgunaan narkoba diantaranya adalah karena kurangnya kasih sayang serta perhatian dari orangtua dan bergaul di lingkungan negatif. Kebanyakan penyalahgunaan narkoba terjadi di kalangan remaja yang orangtuanya memiliki tingkat ekonomi yang mapan. Banyak orangtua yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan cenderung menjadikan materi dan uang sebagai ekspresi kasih sayang mereka kepada anaknya, padahal uang dan materi belum tentu cukup untuk memenuhi kebutuhan kasih sayang bagi anak. Selanjutnya yang harus dipahami oleh orangtua adalah kebanyakan remaja sangat menginginkan perhatian dan pengakuan akan eksistensinya dari orang disekitarnya, yang mana apabila hal tersebut tidak mereka dapatkan di rumah, maka tempat yang paling memungkinkan bagi remaja untuk mendapatkan pengakuan dan perhatian tersebut adalah lingkungan teman sebayanya, dan sayangnya kebanyakan remaja menjadi terjerumus kepada perbuatan – perbuatan negatif justru berawal dari lingkungan yang salah guna mendapatkan pengakuan akan eksistensinya.

Selain itu, banyak juga pihak yang sebenarnya menjadi penyebab munculnya kejahatan remaja pengguna narkoba, mulai dari orang tua, sistem pendidikan dan sistem hukum.


(21)

Kenakalan remaja pada umumnya merupakan produk sampingan dari:

1. Pendidikan massal yang tidak menekankan pendidikan watak dan kepribadian anak. 2. Kurangnya usaha orangtua dan orang dewasa menanamkan moralitas dan keyakinan

beragama pada anak –anak muda.

3. Kurang ditumbuhkannya tanggung jawab sosial pada anak – anak remaja (Kartono, 2010:8).

Awalnya remaja hanya merokok dan minum minuman keras, kemudian lama-kelamaan ketagihan dan berkembang menjadi pecandu obat-obat terlarang dan narkoba kemudian menjadi pengedar atau Bandar narkoba. (AMA, Ciraulo&Shader, Davinson&Neale, dalam Sarafino, 1998:58). Sangat banyak kasus-kasus yang berkaitan dengan narkoba baik di luar negeri ataupun dalam negeri yang dapat kita lihat di berbagai media cetak dan media elektronik yang mengakibatkan seorang remaja dibekuk oleh aparat negara sehingga masuk ke penjara. Tidak hanya itu saja, bahkan sering juga seorang remaja sampai berujung kepada kematian di umur yang cukup muda dikarenakan overdosis.

Remaja yang mengkonsumsi narkoba dapat di kategorikan menjadi dua bagian yakni remaja sebagai pengguna dan remaja sebagai pecandu. Dikategorikan sebagai pengguna yaitu remaja yang mengkonsumsi narkoba hanya sekali-sekali dan tidak mempunyai dampak fisik dan psikis tertentu apabila tidak mengkonsumsi. Rata-rata remaja tersebut mempunyai statement “ Kalau ada dipakai, kalau tidak ada tidak dicari.“ Sedangkan remaja yang di kategorikan sebagai pecandu yaitu remaja yang mengkonsumsi secara rutin setiap hari karena apabila remaja tersebut tidak mengkonsumsi maka akan terjadi ganguan fisik dan psikis seperti yang dijelaskan sebelumnya. Oleh sebab itu tidak jarang remaja yang menjadi pecandu narkoba tersebut pada akhirnya menjadi seorang pengedar bahkan narkoba bandar narkoba guna mendapatkan narkoba yang lebih mudah.


(22)

Penggunaan narkoba akan menimbulkan dampak buruk, tidak hanya secara fisik (merusak produktivitas, tubuh terasa sakit dan ngilu, hidung berair, kulit disentuh terasa seperti di tusuk jarum,dll) tetapi juga psikis (menjadi pecandu dan terasa sakit jika tidak mengkonsumsi lagi, sulit berkonsentrasi, bahkan harus merubah pola-pola hidup).  (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23243/5/Chapter%20I.pdf). 

Semakin berkembangnya remaja pengguna narkoba merupakan salah satu permasalahan sosial yang harus ditangani secara serius dan tidak bisa dipandang sebelah mata apalagi remaja tersebut sampai menjadi pecandu narkoba. Berdasarkan informasi dari media cetak, media elektronik, dan masyarakat, penulis mengetahui bahwa penyalahgunaan narkoba tersebut telah merambah sampai ke seluruh wilayah pedesaan di seluruh Indonesia. Dengan melihat kondisi-kondisi tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kenakalan remaja khususnya pengguna narkoba dengan fokus wilayah di Desa Perumnas Simalingkar yang merupakan daerah tempat tinggal penulis. Remaja sebagai aset bangsa, generasi bangsa harus lebih diperhatikan tingkat kecermatannya dalam memilih teman bergaul agar tidak terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba, karena setiap tahunnya apabila tidak dilakukan pencegahan sejak dini pasti akan senakin bertambah remaja pengguna narkoba. Penulis sangat berharap hasil dari penelitian ini bisa menjadi suatu solusi untuk mencegah semakin berkembangnya remaja pengguna narkoba di Indonesia pada umumnya dan pada khususnya di Desa Permunas Simalingkar. Atas dasar itulah maka penulis ingin melakukan penelitian dengan judul “ Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Remaja (Studi Kasus Pengguna Narkoba Di Desa Perumnas Simalingkar Kecamatan Pancur Batu)”.


(23)

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, dalam penelitian ini rumusan masalah yang akan diangkat adalah ”Apakah yang menjadi faktor-faktor penyebab remaja menjadi pengguna narkoba di Desa Perumnas Simalingkar?”

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka yang akan menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja yang menjadi faktor-faktor penyebab remaja menjadi pengguna narkoba di Desa Perumnas Simalingkar.

1.3.2 Manfaat penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan kajian dan referensi bagi kalangan mahasiswa dan akademisi Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial yang berkaitan tentang permasalahan kenakalan remaja khususnya remaja pengguna narkoba.

2. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk mempertajam pemahaman dan kemampuan penulis dalam penulisan karya ilmiah serta menambah pengetahuan dan mengasah kemampuan berpikir terhadap fenomena dan bencana sosial secara kritis, sehingga dapat di tindak lanjuti ke dalam dunia nyata bagi penulis.

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu untuk memberikan masukan dan kontribusi bagi beberapa pihak dalam mengatasi berkembangnya remaja pengguna narkoba di Desa Perumnas Simalingkar, serta menghasilkan beberapa solusi yang nantinya dapat dijadikan bahan pembelajaran sekaligus bahan evaluasi khususnya


(24)

bagi orangtua dan guru dalam menangani berkembangnya pengguna narkoba di kalangan remaja di Desa Perumnas Simalingkar.

1.4 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah:

BAB I : PENDAHULUAN

Berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan uraian konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka penelitian, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, unit analisis dan informan, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Berisikan gambaran umum lokasi penelitian dimana penulis melakukan penelitian.

BAB V : ANALISIS DATA

Berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisanya.

BAB VI : PENUTUP

Berisikan tentang kesimpulan dan saran yang bermanfaat sehubungan dengan penelitian yang dilakukan


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kenakalan Remaja

Masa Remaja adalah masa transisi yaitu antara masa anak – anak ke masa dewasa.. Menurut J.Piager, Remaja adalah peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa, yaitu antara 12- 21 tahun. Pada masa ini dia beralih dari masa yang penuh dengan ketergantungan kepada orang lain, dimana dia harus melepaskan diri dari ketergantungan itu dan ikut memikul tanggung jawab sendiri yaitu masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Remaja memiliki perasaan takut kehilangan masa anak-anak, hal ini disebabkan karena remaja nantinya akan memiliki tanggung jawab yang lebih besar. Oleh sebab itu, masa remaja adalah masa yang paling sulit dalam tahap perkembangannya (J.Piager dalam Gunarsa 2003: 195).

Menurut Sri Rumini & Siti Sundari masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa (http://belajarpsikologi.com/pengertian-remaja/, Diakses pada tanggal 24 Oktober 2012). Lebih lanjut Dr. Kartini Kartono mengatakan bahwa Remaja adalah suatu tingkatan umur, dimana seorang anak tidak lagi bersikap seperti anak-anak, tetapi belum dapat juga dipandang sebagai orang yang dewasa. (http:// repository.usu. ac.id/bitstream /1234 567 89/27551/4/Chapter%20I.pdf,Hal8, diakses pada tanggal 24 Oktober 2012).

Jadi seorang anak atau remaja adalah batasan umur yang menjembatani antara umur anak-anak dengan dewasa. Masa remaja merupakan masa yang sangat rentan terhadap perilaku – perilaku negatif, karena pada masa ini merupakan tahapan bagi seorang remaja menuju kedewasaan yang seringkali menuntut seorang remaja untuk menemukan karakter dan jati dirinya dan sayangnya seringkali seorang remaja dalam mencari jati dirinya sering terjerumus dalam pola hidup dan perilaku yang salah karena pengaruh negatif lingkungan


(26)

sosial dan kurang pengawasan dari beberapa pihak seperti orangtua dan sekolah, hal – hal seperti inilah yang akhirnya menyebabkan remaja tersebut terjerumus pada kenakalan remaja dan bahkan kejahatan.

Kenakalan Remaja merupakan tindakan melanggar peraturan atau hukum yang dilakukan oleh anak yang berada pada masa remaja. Perilaku yang ditampilkan dapat bermacam-macam, mulai dari kenakalan ringan seperti membolos sekolah, melanggar peraturan-peraturan sekolah, melanggar jam malam yang ditetapkan orangtua, hingga kenakalan berat seperti vandalisme, perkelahian antar geng, penggunaan obat-obat terlarang, dan sebagainya.

Dalam batasan hukum, menurut Philip Rice dan Gale Dolgin, penulis buku The Adolescence, terdapat dua kategori pelanggaran yang dilakukan remaja, yaitu:

1. Pelanggaran indeks, yaitu munculnya tindak kriminal yang dilakukan oleh anak remaja. Perilaku yang termasuk di antaranya adalah pencurian, penyerangan, perkosaan, dan pembunuhan.

2. Pelanggaran status, di antaranya adalah kabur dari rumah, membolos sekolah, minum minuman beralkohol di bawah umur, perilaku seksual, dan perilaku yang tidak mengikuti peraturan sekolah atau orang tua.

Tindakan kenakalan remaja yang tidak terkontrol akan menjerumuskan seorang remaja pada perilaku kejahatan remaja (Juvenile Deliquency) yang merupakan salah satu penyakit sosial. Penyakit Sosial atau Penyakit Masyarakat adalah segala bentuk tingkah laku yang dianggap tidak sesuai, melanggar norma – norma umum, adat istiadat, hukum formal, atau tidak bisa diintegrasikan dalam pola tingkah laku umum. Disebut juga sebagai penyakit masyarakat karena gejala sosialnya yang terjadi di tengah masyarakat itu meletus menjadi penyakit (Kartono, 2010:4).


(27)

Kejahatan/Kenakalan Remaja (Juvenile Deliquency) ialah perilaku jahat (Dursila), atau kejahatan/kenakalan anak – anak muda yang merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak – anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang. Anak – anak muda yang deliquen atau jahat itu disebut pula sebagai anak cacat secara sosial. Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada di tengah masyarakat (Kartono, 2010:6).

Juvenile berasal dari bahasa latin“juvenilis” yang berarti anak-anak, anak muda, ciri karakteristik pada masa muda, sifat – sifat khas pada periode remaja.

Deliquent berasal dari bahasa Latin “delinquere” yang berarti terabaikan, mengabaikan; yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, a-sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat rebut, pengacau, peneror, tidak dapat diperbaiki lagi, durjana, dursila, dan lain – lain (Kartono, 2010:6).

Pengertian secara etimologis telah beberapa kali mengalami pergeseran, akan tetapi hanya menyangkut aktifitasnya, yakni istilah kejahatan menjadi kenakalan. Dalam perkembangan selanjutnya pengertian subjek atau pelaku pun mengalami pergeseran. Psikolog Bimo Waljito merumuskan arti selengkapnya dari juvenile deliquency, yaitu tiap perbuatan jika perbuatan tersebut dilakukan oleh orang dewasa, maka perbuatan itu merupakan kejahatan, jadi merupakan perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh anak, khususnya remaja. Sedangkan Fuad Hasan merumuskan juvenile deliquency adalah perbuatan anti sosial yang dilakukan oleh anak remaja bilamana dilakukan oleh orang dewasa dikualifikasikan sebagai tindak kejahatan (Sudarsono, 1991:11).


(28)

Purnianti mendefinisikan kenakalan remaja berdasarkan perspektif sosiologis, dalam tiga kategori, yaitu:

a. Definisi hukum, menekankan pada tindakan/perlakuan yang bertentangan dengan norma yang diklasifikasikan secara hukum,

b. Definisi peranan, dalam hal ini penekanannya pada pelaku, remaja yang peranannya diidentifikasikan sebagai kenakalan,

c. Definisi masyarakat, perilaku ini ditentukan oleh masyarakat (Marlina, 2009:40). Pada intinya kenakalan remaja ini dipicu oleh beberapa sebab yang secara luas dihasilkan oleh lingkungan sosial yang salah dan menyebabkan seorang remaja tidak dapat mengendalikan kontrol dirinya sehingga sering berperilaku sesuai dengan keinginannya yang seringkali mengesampingkan dan meremehkan orang lain, lalu bertindak dengan motif – motif serta landasan – landasan yang bersifat subjektif. Pada umumnya, remaja sering bertindak hanya mengedepankan egonya dan sering menyalahgunakan serta melebih-lebihkan harga dirinya.

2.1.1 Klasifikasi dan Tipe Kenakalan Remaja

Mengenai klasifikasi dan tipe kenakalan remaja, pada umumnya digolongkan secara historis, instinktual, dan mental. Semuanya dapat terjalin secara kolaboratif dan kombinatif. Secara historis, kenakalan remaja dapat terjadi secara kebetulan, kadang – kadang, dan habitual. Lalu secara mental, remaja memiliki kepribadian yang dibagi antara lain: Pribadi normal, Pribadi abnormal, Pribadi psikopatik, Psikoneurosa, Psikosis. Kemudian secara insinktual, kenakalan remaja didorong oleh keserakahan, dorongan seksual, agresifitas, parental, dan dorongan berkumpul.

Secara umum, munculnya kenakalan remaja bersumber pada 3 hal tersebut sehingga membuat mereka pribadi yang deliquen, Dimana tipe deliquen menurut struktur kepribadian


(29)

1. Delikuensi Terisolir

Kelompok ini merupakan jumlah terbesar perilaku delikuen di kalangan remaja. Pada umumnya mereka tidak mengalami kerusakan psikologis. Perbuatan kejahatan mereka disebabkan atau didorong oleh faktor berikut:

a. Kejahatan mereka tidak didorong oleh motivasi kecemasan dan konflik batin yang tidak dapat diselesaikan, dan motif yang mendalam, akan tetapi lebih banyak dirangsang oleh keinginan meniru, ingin konform dengan norma gengnya. Biasanya semua kegiatan mereka lakukan secara bersama – sama dalam bentuk kegiatan kelompok.

b. Mereka kebanyakan berasal dari daerah – daerah kota yang transisional sifatnya yang memiliki subkultur kriminal. Sejak kecil anak melihat adanya geng –geng kriminal, sampai pada suatu saat dia ikut menjadi anggota salah satu geng tersebut. Didalam geng ini anak merasa diterima, mendapatkan kedudukan “terhormat”, pengakuan, status sosial, dan prestise tertentu. Semua nilai, norma dan kebiasaan kelompoknya dengan subkultur kriminal itu, diopernya dengan serta-merta. Jadi ada proses pengondisian dan proses differential association.

c. Pada umumnya mereka berasal dari keluarga yang berantakan, tidak harmonis, tidak konsekuen, dan mengalami banyak frustasi. Kondisi keluarga dipenuhi oleh konflik sehingga anak merasa ditolak oleh keluarga khususnya orang tua, disia-siakan, harga dirinya diinjak, dan anak tidak merasakan iklim kehangatan emosional. Sehingga anak mencari jalan keluarnya di lingkungan sosial lain seperti lingkungan anak – anak kriminal, dan anak merasakan adanya alternatif hidup yang menyenangkan, dan di gengnya ini dia merasa mendapatkan kedudukan, menonjol, dan berarti.


(30)

d. Secara typis mereka dibesarkan dalam keluarga tanpa atau sedikit sekali mendapatkan supervisi dan latihan disiplin yang teratur. Sebagai akibatnya, anak tidak sanggup menginternalisasikan norma hidup normal. Bahkan ada diantara mereka yang menjadi kebal terhadap nilai kesusilaan, sebaliknya menjadi lebih peka terhadap pengaruh jahat (Kartono, 2010:49-51).

Ringkasnya delikuensi terisolir itu mereaksi terhadap tekanan dari lingkungan social. Mereka mencari panutan dan sekuritas dari kelompok gengnya (Kartono, 2010:51). . Kebanyakan dari mereka yang tergolong pada tipe ini pada akhirnya akan meninggalkan tingkah laku kriminalnya. Paling sedikit 60% dari mereka menghentikan perbuatannya pada usia 21-23 tahun (Mc Cord dkk.1959:76). Kelihatannya perilaku mereka merupakan cara untuk melangkah menuju kedewasaan diri, dimana melalui perilaku – perilaku delikuen tersebut mereka akhirnya memasuki fase hidup baru dan memiliki peranan sosial baru yaitu proses menjadi lebih dewasa. Pada usia menjelang dewasa tersebut, pada akhirnya mereka akan menyadari bahwa mereka harus meninggalkan orangtuanya dan lingkungannya sendiri, mereka menyadari adanya sebuah tanggung jawab yang akan mereka hadapi, dan menyadari bahwa mereka harus memainkan peranan sosial baru yang lebih “terhormat”. Jadi pada intinya, pada waktunya nanti mereka akan menjembatani diri mereka dari “manusia jahat” menuju “manusia baik” setelah menyadari bahwa perilaku juvenile delinquency sangat tidak cocok diterapkan ketika mereka

harus memainkan peranan sosial mereka ketika mereka memasuki kedewasaan.


(31)

2. Delikuensi Neurotik

Pada umumnya anak – anak delikuen tipe ini menderita gangguan kejiwaan yang cukup serius, antara lain berupa: kecemasan, merasa selalu tidak aman, merasa terancam, tersudut dan terpojok, merasa bersalah atau berdosa, dan lain- lain. Ciri – ciri tingkah laku mereka itu antara lain adalah:

a. Tingkah laku delikuennya bersumber pada sebab-sebab psikologis yang sangat dalam dan bukan hanya berupa adaptasi pasif menerima norma dan nilai subkultur gangnya, dan juga bukan berupa usaha untuk mendapatkan prestise sosial simpati dari luar.

b. Tingkah laku kriminal mereka merupakan ekspresi dari konflik batin yang belum terselesaikan. Karena itu tindak kejahatan mereka merupakan alat pelepas bagi rasa ketakutan, kecemasan, dan kebingungan batinnya yang jelas tidak terpikulkan oleh egonya.

c. Biasanya anak remaja deliquen tipe ini melakukan kejahatan seorang diri dan mempraktekkan jenis kejahatan tertentu.

d. Anak delikuen neurotik ini banyak yang berasal dari kelas menengah, yaitu dari lingkungan konvensional yang cukup baik kondisi sosial ekonominya. Namun pada umumnya keluarga mereka mengalami banyak ketegangan emosional yang parah, dan orangtuanya biasanya juga neurotik dan psikotik. e. Anak delikuen neurotik ini memiliki ego yang lemah, danada kecenderungan

untuk mengisolir diri dari lingkungan orang dewasa atau anak – anak remaja lainnya.

f. Motivasi kejahatan mereka berbeda – beda. Misalnya, para penyundut api (pyromania, suka membakar) didorong oleh nafsu ekshibisionistis, anak –


(32)

anak yang suka membongkar melakukan pembongkaran didorong oleh keinginan melepaskan nafsu seks, dan lain – lain.

g. Perilakunya memperlihatkan kualitas kompulsif (paksaan). Kualitas sedemikian ini tidak terdapat pada tipe delikuen terisolir, anak – anak dan orang muda tukang bakar, para peledak dinamit dan bom waktu, penjahat seks, dan pecandu narkotik dimasukkan dalam kelompok tipe neurotik ini (Kartono, 2010:52-53).

Oleh karena perubahan tingkah laku anak – anak deliquen neurotic ini berlangsung atas dasar konflik jiwani yang serius atau mendalam sekali, maka mereka akan terus melanjutkan tingkah laku kejahatannya sampai usia dewasa dan umur tua (Kartono, 2010:53).

3. Delikuensi Psikopatik

Delikuensi psikopatik ini sedikit jumlahnya, akan tetapi dilihat dari kepentingan umum dan segi keamanan, mereka merupakan oknum kriminal yang paling berbahaya. Ciri tingkah laku mereka ialah:

a. Hampir seluruh anak delikuen psikopatik ini berasal dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang ekstrim, brutal, diliputi banyak pertikaian keluarga, berdisiplin keras namun tidak konsisten, dan selalu menyiakan anak – anaknya. Tak sedikit dari mereka berasal dari rumah yatim piatu. Dalam lingkungan demikian mereka tidak pernah merasakan kehangatan, kasih sayang, dan relasi personal yang akrab dengan orang lain. Sehingga akibatnya mereka tidak mempunyai kapasitas untuk menumbuhkan afeksi, sedang kehidupan perasaannya pada umumnya menjadi tumpul atau mati. Akibatnya mereka tidak mampu menjalin relasi emosional yang akrab dengan orang lain.


(33)

b. Mereka tidak mampu menyadari arti bersalah, berdosa, atau melakukan pelanggaran, karena itu sering meledak tidak terkendali.

c. Bentuk kejahatannya majemuk, tergantung pada suasana hatinya yang kacau tidak dapat diduga-duga. Mereka pada umumnya sangat agresif dan impulsif. Biasanya mereka residivis yang berulang kali keluar masuk penjara, dan sulit sekali diperbaiki.

d. Mereka selalu gagal dalam menyadari dan menginternalisasikan norma-norma sosial yang umum berlaku, juga tidak perduli terhadap norma subkultur gengnya sendiri.

e. Acapkali mereka juga menderita gangguan neurologis sehingga mengurangi kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri (Kartono, 2010:53-54).

Psikopat itu merupakan bentuk kekalutan mental dengan ciri – ciri sebagai berikut: tidak memiliki pengorganisasian dan integrasi diri. Orangnya tidak pernah bertanggung jawab secara moral, dia selalu konflik dengan norma sosial dan hukum. Tingkah laku dan relasi sosialnya selalu a-sosial, eksentrik kegila-gilaan, dan jelas tidak memiliki kesadaran sosial serta intelegensi sosial. Mereka sangat egoistis, fanatik, dan selalu menentang apa dan siapa pun juga. Sikapnya aneh, sangat kasar, kurang ajar, ganas buas terhadap siapa pun tanpa sebab sesuatu pun juga. Kata-katanya selalu menyakiti hati orang lain, perbuatannya sering ganas sadis, suka menyakiti jasmani orang lain tanpa motif apapun juga. Karena itu remaja delikuen yang psikopatik ini digolongkan ke dalam bentuk penjahat yang paling berbahaya (Kartono, 2010:54).


(34)

4. Delikuensi Defek Moral

Defek (defect, defectus) artinya: rusak, tidak lengkap, salah, cedera, cacat, kurang. Delikuensi defek moral mempunyai ciri: selalu melakukan tindak a-sosial atau anti sosial, walaupun pada dirinya tidak terdapat penyimpangan dan gangguan kognitif, namun ada disfungsi pada intelegensinya.

Kelemahan dan kegagalan para remaja delikuen tipe ini ialah: mereka tidak mampu mengenal dan memahami tingkah lakunya yang jahat, juga tidak mampu mengendalikan dan mengaturnya. Selalu saja mereka ingin melakukan perbuatan kekerasan, penyerangan, dan kejahatan. Relasi kemanusiaannya sangat terganggu, sikapnya sangat dingin dan beku, tanpa afeksi (perasaan), jadi ada kemiskinan afeksi dan sterilitas emosional. Terdapat kelemahan pada dorongan instinktif yang primer, sehingga pembentukan superegonya sangat lemah. Impulsnya tetap ada dalam taraf primitif, sehingga sukar dikontrol dan dikendalikan. Mereka merasa cepat puas dengan “prestasinya”, namun sering perbuatan mereka disertai agresivitas yang meledak. Mereka juga selalu bersikap bermusuhan terhadap siapapun juga, karena itu mereka selalu melakukan perbuatan kejahatan.

Anak muda yang defek moralnya itu biasanya menjadi penjahat yang sukar diperbaiki. Mereka adalah para residivis yang melakukan kejahatan karena didorong oleh naluri rendah, impuls dan kebiasaan primitive (Kartono, 2010:55).

Pengaruh lingkungan adalah relatif kecil (hanya kurang lebih 20%) dalam membentuk seseorang menjadi defek moralnya. Sebaliknya konstitusi dan disposisi psikis yang abnormal (kurang lebih 80%) menyebabkan pertumbuhan anak muda menjadi defek moralnya. Selanjutnya apabila kejahatan anak muda dan remaja yang defek moralnya itu sangat mencolok ekstrim, biasanya mereka digolongkan kedalam


(35)

2.1.2 Karakteristik Remaja

Masa remaja dimulai sekitar usia 10 hingga 13 tahun dan berakhir pada sekitar usia 18 hingga 22 tahun (Santrock 2007:25). Menurut Santrock ciri utama remaja meliputi pertumbuhan fisik yang pesat, kesadaran diri yang tinggi, dan selalu tertarik untuk mencoba sesuatu yang baru. Remaja bukanlah masa berakhirnya terbentuk kepribadian akan tetapi merupakan salah satu tahap utama dalam pembentukkan kepribadian seseorang.

Remaja banyak meluangkan waktunya bersama kawan-kawan sebaya. Disamping itu, remaja mulai banyak menerima informasi dari media massa yang sudah mulai dikenal dan dekat dengan mereka. Oleh karenanya, remaja menjadi individu yang terbuka terhadap hal-hal baru (Makgosa 2010:36). Banyaknya informasi yang diterima membuat remaja melakukan pemrosesan informasi secara lebih mendalam.

2.2 Narkoba

2.2.1 Pengertian Narkoba

Narkoba adalah zat kimia yang mengubah keadaan psikologis seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta prilaku jika masuk ke dalam tubuh manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, dan lain sebagainya (Kurniawan 2008:56). Narkoba adalah suatu istilah yang berasal tadi terjemahan asing, seperti drug abuse dan drug depedence, dikalangan awam dikenal dengan isitlah Narkoba, yang merupakan singkatan dari Narkotika dan obat berbahaya. Ada istilah lain, yaitu Napza, yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat aditif. Berbagai istilah yang sering di gunakan, tidak jarang menimbulkan salah pengertian, tidak saja di kalangan medis, tapi juga masyarakat awam (Hawari 2003:51).


(36)

Narkoba itu sendiri sulit diartikan, karena tergantung dari perspektif masing-masing individu. Berikut ini dikemukakan pengertian istilah narkoba menurut Dinas Kesehatan. Narkoba adalah istilah yang digunakan masyarakat dan aparat penegak hukum,untuk bahan atau obat yang masuk kategori berbahaya atau dilarang untuk digunakan, diproduksi, dipasok, diperjualbelikan, diedarkan, dan sebagainya, di luar ketentuan hukum (Martono 2000:87).

Perspektif lain menjelaskan narkoba sebagai zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi individu yang menggunakannya. Menurut Hawari (2003:58), semua zat tergolong sebagai narkoba akan menimbulkan adiksi (ketagihan), yang pada waktunya akan berakibat pada ketergantungan. Hal ini disebabkan karena narkoba mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

a. Keinginan yang tidak tertahankan (an over powering desire) terhadap zat yang dimaksud, dan kalau perlu dengan jalan apapun untuk memperolehnya.

b. Kecenderungan untuk menambah takaran sesuai dengan toleransi tubuh.

c. Ketergantungan psikologis, yaitu apabila pemakaian zat di hentikan akan menimbulkan gejala-gejala kejiwaan seperti kegelisahan, kecemasan, depresi dan sejenisnya.

d. Ketergantungan fisik, yaitu apabila pemakaian zat dihentikan akan menimbulkan gejala fisik yang dinamakan gejala putus zat (symtoms).

2.2.2 Jenis-jenis Dan Efek Narkoba

Setiap jenis narkoba menimbulkan efek yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan zat-zat yang terkandung di dalamnya memiliki efek samping yang berbeda-beda. Tidak ada jenis narkoba yang aman bagi tubuh.


(37)

2.2.2.1 Jenis-jenis Narkoba

Menurut Badan Narkotika Nasional (2004), narkoba dibagi dalam tiga jenis yaitu,

1. Narkotika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman dan bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan tingkat kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketagihan atau ketergantungan yang sangat berat (Undang-udang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1997).

Jenis-jenis narkotika dibagi atas tiga golongan yaitu:

a. Narkotika golongan I : adalah narkotika yang paling berbahaya, daya aditif sangat tinggi menyebabkan ketergantungan. Tidak dapat digunakan untuk kepentingan apapun kecuali untuk penelitian atau ilmu pengetahuan. Contoh: Ganja, morphine dan putauw.

b. Narkotika golongan II : adalah narkotika yang mempunyai daya aditif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan peneilitan. Contoh: petidin dan turunannya, benzetidin dan betametadol.

c. Narkotika golongan III : adalah narkotika yang memiliki daya aditif ringan, tetapi dapat bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh: Codein dan turunannya.

2. Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis, bukan narkotika yang berkhasiat melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan prilaku, digunakan untuk mengobati ganguan jiwa (Undang-udang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1997).


(38)

Jenis-jenis psikotropika dibagi atas empat golongan yaitu

a. Psikotropika golongan I : adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat untuk menyebabkan ketergantungan, belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan dan sedang diteliti khasiatnya. Contoh: ekstasi (methylendioxy methaphetamine dalam bentuk tablet dan kapsul), shabu-shabu (berbentuk kristal berisi zat methaphetamine).

b. Psikotropika golongan II : adalah psikotropika dengan daya aktif yang kuat untuk menyebabkan sindroma ketergantungan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh: aphetamine dan methaphetamine.

c. Psikotropika golongan III : adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sedang, berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh: lumubal, fleenitrazepam.

d. Psikotropika golongan IV : adalah psikotropika dengan daya adiktif ringan, berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh: nitrazepam, diazepam (Martono 2006:89).

3. Zat Aditif Lainnya

Zat aditif lainnnya adalah zat-zat selain narkotika dan psikotropika yang dapat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya, diantaranya adalah:

a. Rokok.

b. Kelompok alkohol dan minuman lainnya yang dapat memabukkan dan menimbulkan ketagihan.

c. Thiner dan zat lainnya, seperti lem kayu, penghapus cair atau aseton, cat, bensin yang bila dihirup akan memabukkan (Alifia 2008:15).


(39)

2.2.2.2Efek Narkoba

Pengunaan narkotika dengan dosis teratur dapat bermanfaat sesuai dengan tujuan, sedangkan penggunaan dengan dosis yang melebihi ukuran normal apalagi dalam kasus penyalahgunaanakan menimbulkan efek negatif. Efek-efek negatif penyalahgunaan narkotika akan meningkat sesuai dengan kuantitas dan kualitasnya.

Tingkatan tersebut ialah: euphoria, delirium, hailuciation, weakniss dan drowsiness. Penggunaan dosis yang tinggi dapat mencapai efek yang paling parah yakni drowsiness, dalam kondisi ini pemakai mengalami penurunan kesadaran seperti sedang setengah tidur dengan ingatan yang kacau. Apabila pemakai mengalami kelemahan pisik maupun psikhis, atau salah satu saja dari keduanya, kondisi ini sebagai akibat dari tingkat efek weakniss. Penggunaan narkoba adalah berbahaya dan merusak kesehatan, baik secara jasmani maupun mental-emosional dan sosial. Berbagai macam efek yang ditimbulkan oleh setiap narkoba sesuai dengan jenis narkoba tersebut, yakni: eforia, santai, keringanan stress dan rasa sakit, nafsu makan bertambah, perusakan pada kemampuan bergerak, kebingungan, hilangnya konsentrasi serta motivasi berkurang, keriangan dan bertenaga, ketajaman perhatian, percaya diri dan kegiatan seksual yang meningkat, tidak berpendirian tetap, merasa tidak terkalahkan, agresif dan suka bertengkar. Meningkatnya nafsu makan dan berkurangnya nafsu makan tergantung dari jenis narkoba yang dikonsumsi, bahkan memperlambat refleks motorik, menekan pernafasan, denyut jantung dan menggangu penalaran dan penilaian merupakan efek kelanjutan apabila mengkonsumsi narkoba dalam jangka waktu yang panjang hingga tak jarang berujung kepada kematian.

2.2.3 Faktor Penyebab Penggunaan Narkoba

Secara umum yang dikemukakan oleh para ahli, ada tiga faktor mendasar yang menyebabkan seseorang menggunakan narkoba, antara lain:


(40)

1. Tersedianya Narkoba

Permasalahan penyalahgunaan narkoba dan ketergantungan narkoba tidak akan terjadi bila tidak ada narkobanya itu sendiri. Dalam pengamatan ternyata banyak tersedianya narkoba dan mudah diperoleh.

Menurut Gunawan (2006) faktor tersedianya adalah ketersediaan dan kemudahan memperoleh narkoba juga dapat menjadi faktor penyebab banyaknya pengguna narkoba. Para penjual narkoba berkeliaran dimana-mana, termasuk di sekolah, lorong jalan, gang-gang sempit, warung-warung kecil yang dekat dengan permukiman masyarakat.

2. Faktor Internal

Terjadinya penyebab penyalahgunaan narkoba yang sebagian dilakukan oleh usia produktif khususnya remaja dikarenakan beberapa hal, antara lain:

a. Keluarga

Menurut Kartono dalam Wina (2006) keluarga merupakan satu organisasi paling penting di dalam kelompok sosial dan keluarga merupakan lembaga di dalam masyarakat yang paling utama bertanggung jawab untuk menjamin kesejahteraan sosial dan biologis anak manusia.

Penyebab penggunaan narkoba salah satunya adalah keluarga, dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Keluarga yang memiliki sejarah (termasuk orang tua) pengguna narkoba. 2. Keluarga dengan konflik yang tinggi dan tidak pernah ada jalan keluar yang

memuaskan semua pihak dalam keluarga. Konflik dapat terjadi antara ayah dan ibu, ayah dan anak, ibu dan anak, maupun antar saudara.


(41)

atau demi kemajuan dan masa depan anak itu sendiri tanpa memberi kesempatan untuk berdialog dan menyatakan ketidak setujuan.

4. Keluarga tidak harmonis

Menurut Hawari (2006:75), keluarga harmonis adalah persepsi terhadap situasi dan kondisi dalam keluarga dimana di dalamnya tercipta kehidupan beragama yang kuat, suasana yang hangat, saling menghargai, saling pengertian, saling terbuka, saling menjaga dan diwarnai kasih sayang dan rasa saling percaya sehingga memungkinkan anak untuk tumbuh dan berkembang secara seimbang. Jadi keluarga tidak harmonis merupakan tidak adanya persepsi terhadap kondisi dan situasi tersebut.

b. Individu

Menurut Coopersmith (2006), harga diri adalah aspek yang penting kepribadian yang penting sebagai penilaian yang dibuat individu terhadap dirinya sendiri. Harga diri tinggi akan mempengaruhi kepribadian seseorang. Harga diri merupakan evaluasi diri yang ditegakkan dan dipertahankan oleh individu, yang berasal dari interaksi individu dengan orang-orang terdekat lingkungannya, dan dari jumlah penghargaan, penerimaan, dan perlakuan orang lain yang diterima individu.

3. Faktor Eksternal

Kondisi lingkungan sosial untuk bergaul dan bermasyarakat yang tidak sehat atau rawan, dapat menjadi terganggunya perkembangan jiwa kearah prilaku yang menyimpang yang pada gilirannya terlibat penyalahgunaan dan ketergantungan narkoba. Lingkungan sosial yang rawan tersebut antara lain:

1. Semakin banyaknya pengangguran, anak putus sekolah dan anak jalanan. 2. Tempat-tempat hiburan yang buka hingga larut malam bahkan hingga dini hari dimana sering digunakan sebagai


(42)

3. Banyaknya penerbitan, tontonan TV dan sejenisnya yang bersifat pornografi dan kekerasan.

4. Masyarakat yang tidak peduli dengan lingkungan.

5. Kebut-kebutan, coret-coretan pengrusakan tempat-tempat umum.

2.2.4 Ciri-Ciri Umum Pengguna Narkoba

Biasanya orang tua mengetahui anaknya menggunakan narkoba selalu ketika keadaannya sudah parah dan terlambat. Oleh karena itu ciri awal pengguna narkoba perlu diketahui dengan baik, secara umum pengguna narkoba terdiri dari 4 tahap, antara lain :

1. Tahap Awal

Biasanya seorang pada awalnya hanya coba-coba, tetapi karena terjebak oleh zat-zat yang terkandung dari narkoba serta lemahnya pertahanan diri sehingga kelanjutannya akan mencoba secara terus-menerus. Sangat sulit untuk melihat gejala awal pengguna narkoba, gejala tersebut dapat dilihat dari gejala psikologis dan fisik. Gejala psikologis memperlihatkan perubahan sikap, akan timbul rasa takut dan malu yang disebabkan oleh perasaan bersalah dan berdosa, lebih sensitif, resah dan gelisah, kemanjaan dan kemesraan akan berkurang bahkan hilang, sedangkan gejala pada fisik tidak kelihatan untuk tahap awal.

2. Tahap Pemula

Setelah tahap coba-coba, lalu meningkat menjadi terbiasa dan akan terus menggunakan, sehingga muncul gejala-gejala seperti sikapnya lebih tertutup, jiwanya resah, gelisah, kurang tenang dan lebih sensitif, hubungan dengan keluarga mulai renggang dan kelihatan sedang menyembunyikan rahasia.


(43)

3. Tahap Berkala

Setelah beberapa kali menggunakan narkoba sebagai pengguna yang merasakan kenikmatan dari narkoba, maka untuk kelanjutannya narkoba dikonsumsi dengan rutin karena apabila terlambat atau berhenti menggunakan, pengguna narkoba tersebut akan merasakan sakaw. Ciri psikologis yang sulit bergaul dengan orang-orang baru, pribadi menjadi lebih tertutup, lebih sensitif dan mudah tersinggung, penampilan sangat murung, kurang percaya diri apabila tidak menggunakan narkoba. Sedangkan ciri fisik kelihatan terjadi gejala gelisah, lemah, malas apabila tidak menggunakan narkoba dan kelihatan normal apabila menggunakan narkoba.

4. Tahap Tetap

Setelah mengkonsumsi narkoba secara berkala, pengguna narkoba tersebut akan dituntut oleh tubuhnya untuk semakin sering mengkonsumsi narkoba tersebut dengan dosis yang lebih tinggi, apabila tidak maka pengguna tersebut akan merasakan penderitaan(sakaw). Pada tahap ini, pengguna narkoba tidak dapat lepas sama sekali karena pengguna tersebut harus mengkonsumsi narkoba setiap hari secara rutin bahkan sampai empat atau enam kali per harinya. Ciri psikologis pada tahap ini hampir sama dengan beberapa ciri dari tahap-tahap sebelumnya, tetapi dalam tahap ini seorang pengguna narkoba sudah disebut sebagai seorang pecandu narkoba yang mempunyai ciri-ciri pandai berbohong, gemar menipu, sering mencuri, merampok, dan tidak malu menjadi pelacur baik wanita ataupun pria dan tidak merasa berat untuk berbuat jahat membunuh orang lain termasuk orang tuanya sendiri. Ciri-ciri fisik pada tahap ini terlihat kurus (loyo) tetapi ada juga yang membuat diri pecandu menjadi gemuk karena efek dari beberapa narkoba untuk menambah nafsu makan. Gigi kuning kecoklatan, mata sayup, ada bekas sayatan atau tusukan jarum di tangan, kaki, dada, lidah atau kemaluan (Partodiharjo 2008:42).


(44)

2.2.5 Kerangka Pemikiran

Permasalahan mengenai kenakalan remaja khususnya remaja pengguna narkoba merupakan salah satu masalah sosial yang akhir – akhir ini sangat meresahkan masyarakat, khususnya orang tua, sekolah, dan masyarakat umum lainnya. Banyak dampak negatif dari berkembangnya remaja pengguna narkoba ini, diantaranya timbul aksi-aksi kejahatan remaja dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan untuk mengkonsumsi narkoba tersebut. Secara sosiologis, pengguna narkoba ini juga merupakan salah satu penyakit sosial karena gejala sosialnya yang terjadi di tengah masyarakat itu meletus menjadi “penyakit”. Dapat pula disebut sebagai struktur sosial yang terganggu fungsinya karena disebabkan oleh faktor – faktor sosial, dapat disebut juga sebagai disorganisasi social karena gejalanya berkembang menjadi akses sosial yang menganggu keutuhan dan kelancaran berfungsinya organisasi sosial dan dapat disebut juga sebagai disintegrasi sosial karena menyebabkan bagian satu struktur sosial tersebut berkembang tidak seimbang dengan bagian – bagian lain sehingga prosesnya bisa mengganggu, menghambat, dan bahkan merugikan bagian – bagian lain, karena tidak dapat diintegrasikan menjadi satu totalitas yang utuh (Kartono, 2010:4-5). Maka akan sangat menganggu secara sosiologis sekali apabila permasalahan remaja pengguna narkoba ini tidak diselesaikan secara cepat dan tepat.

Tidak hanya penanganan secara sosiologis, penanganan secara psikologis dan hukum juga dibutuhkan dalam menangani permasalahan remaja pengguna narkoba ini, dan tentu saja harus melibatkan semua pihak yang terkait dengan persoalan remaja pengguna narkoba ini, misalnya orangtua, guru, masyarakat dan kepolisian. Menangani permasalahan ini tidak seperti halnya menangani tindakan kriminal yang sama dengan kejahatan kriminal yang dilakukan oleh orang dewasa, para pelaku Juvenile Deliquency ini merupakan anak – anak remaja yang secara umur dan psikis masih labil dan secara hukum seharusnya mendapatkan


(45)

penanganan permasalahan remaja pengguna narkoba ini adalah apa – apa saja pemicu remaja tersebut mengkonsumsi narkoba dan bagaimana cara memaparkan tentang bahaya-bahaya narkoba kepada remaja-remaja yang belum mengkonsumsi narkoba ataupun yang sudah mengkonsumsi narkoba. Perhatian yang serius justru harus diawali dengan cara pencarian fakta mengenai faktor – faktor penyebab penggunaan narkoba di kalangan remaja dan bagaimana cara berkembangnya pengguna narkoba di kalangan remaja khususnya remaja di Desa Perumnas Simalingkar Kecamatan Pancur Batu.

Berangkat dari pemikiran inilah penulis secara sistematis ingin menyusun kerangka pemikiran yang selanjutnya akan menjadi bangunan daripada penelitian ini dengan cara melakukan studi kasus. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan alir pikir.


(46)

Bagan Alir Pikir

Faktor Penyebab Remaja Menggunakan Narkoba

Remaja Faktor Tesedianya

Narkoba (Alam)

Faktor Internal (Keluarga dan Individu) Faktor eksternal

(Lingkungan sosial)


(47)

2.2.6 Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah khusus yang digunakan para ahli dalam upaya menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang akan dikaji (Siagian, 2011:136). Defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah yang digunakan secara mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dalam kerangka teori maka rumusan konsep yang akan menjadi batasan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Remaja adalah perkembangan masa transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional

2. Kenakalan Remaja merupakan tindakan atau perilaku melanggar peraturan atau hukum yang dilakukan oleh anak yang berada pada usia remaja yang pada konteksnya kali ini adalah remaja yang berdomisili di Desa Perumnas Simalingkar Kecamatan Pancur Batu.

3. Narkoba adalah zat kimia yang mengubah keadaan psikologis seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta prilaku jika masuk ke dalam tubuh manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, dan lain sebagainya.

4. Pengguna Narkoba adalah orang yang mengkonsumsi narkoba dengan takaran tertentu, waktu tertentu dan masih mudah untuk diselamatkan melalui rehabilitasi karena tidak mengalami sakaw apabila tidak mengkonsumsi narkoba, dalam hal ini pengguna narkoba yang akan diteliti adalah pengguna narkoba yang dikategorikan sebagai remaja.


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini berbentuk analisis deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Dimana penelitian analisis deskriptif ini dilakukan dalam bentuk studi kasus, yaitu meneliti fenomena sosial dari suatu kelompok atau golongan tertentu, yang masih kurang diketahui orang. Studi kasus adalah suatu metode untuk memahami individu yang dilakukan secara integrative dan komprehensif agar diperoleh pemahaman yang mendalam tentang individu tersebut beserta masalah yang dihadapinya dengan tujuan masalahnya dapat terselesaikan dan memperoleh perkembangan diri yang baik. Susilo Rahardjo & Gudnanto (2011: 250). Analisis deskriptif bertujuan untuk melukiskan atau menggambarkan sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti, tanpa mempersoalkan hubungan antar variabel (menjalinnya antar variabel) (Faisal, 2005:20).

Penelitian ini mencoba untuk menggambarkan secara jelas bagaimana pengguna narkoba ini dapat berkembang luas di kalangan remaja di Desa Perumnas Simalingkar Kecamatan Pancur Batu dan seperti apa aktivitas – aktivitas yang mereka lakukan sehingga memunculkan berbagai macam kejahatan yang meresahkan masyarakat. Melalui gambaran itulah nantinya akan didapat informasi mengenai motif serta alasan mengapa remaja tertarik untuk mengkonsumsi narkoba dan faktor – faktor lain yang menyebabkan para remaja tertarik untuk mengkonsumsi narkoba.


(49)

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Perumnas Simalingkar, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Alasan penulis memilih lokasi tersebut dikarenakan Desa Perumnas Simalingkar merupakan wilayah yang sering menjadi sorotan publik yang banyak terkait kasus-kasus narkoba, pembunuhan, kerusuhan dan lain-lain. Dalam hal ini penulis memilih fokus terhadap narkoba khususnya remaja, dikarenakan pada saat ini, kenakalan remaja khususnya remaja pengguna narkoba sedang berkembang pesat dan merupakan masalah sosial cukup serius, padahal remaja yang merupakan generasi penerus bangsa yang seharusnya dilindungi dan diperhatikan perkembangannya.

3.3 Unit Analisis dan Informan 3.3.1 Unit Analisis

Unit analisis merupakan sosok (hal, entitas) amat penting ketika melakukan analisis data penelitian. Penentuan unit analisis menjadi faktor yang utama untuk mendapatkan informasi dan data yang akurat dilapangan.

Berdasarkan pengertian unit analisis tersebut, maka yang akan menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah remaja pengguna narkoba di Desa Perumnas Simalingkar. Karena pada penelitian ini yang menjadi objek penelitiannya adalah beberapa remaja pengguna narkoba yang secara intens dalam setiap aktivitasnya selalu berhubungan dengan narkoba yang nantinya akan mampu untuk memberikan gambaran secara jelas tentang cara mendapatkan narkoba oleh remaja tersebut serta bagaimana cara remaja tersebut mendapatkan uang untuk membeli narkoba tersebut.

Kemudian pihak – pihak yang berhubungan dan mengalami dampak negatif dari berkembangnya remaja pengguna narkoba di Desa Perumnas Simalingkar seperti orang tua, teman-teman sesama remaja, pihak kepolisian dan masyarakat yang nantinya akan


(50)

menjelaskan secara langsung dampak – dampak negatif akibat pengunaan narkoba oleh remaja di Desa Perumnas Simalingkar dan penanganan yang dilakukan dalam mengatasi permasalahan remaja pengguna narkoba tersebut.

3.3.2 Informan

Mengingat jumlah unit analisis cukup banyak, maka data diambil beberapa yang disajikan sebagai sumber informan. Subjek yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian ini menjadi informan yang akan menberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian, dalam penelitian ini informan ada dua jenis yaitu informan kunci dan informan tambahan.

a. Informan kunci yaitu mereka yang terlibat langsung dalam penggunaan narkoba. Yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah: Remaja di Desa Perumnas Simalingkar yang menjadi pengguna narkoba berjumlah 6 orang.

b. Informan tambahan yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terhadap penggunaan narkoba serta bentuk – bentuk penanganan yang selama ini dilakukan oleh pihak – pihak yang terkait. Dalam penelitian ini yang menjadi informan tambahan adalah: Masyarakat yang merasakan langsung dampak negatif dari prilaku remaja pengguna narkoba di Desa Perumnas Simalingkar khususnya masyarakat yang memiliki anggota keluarga remaja.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah: 1. Data Primer

Data primer diperoleh dari penelitian di lapangan yang dilakukan dengancara turun langsung ke lapangan untuk mengumpulkan data melalui:


(51)

a. Wawancara yaitu pengumpulan data dengan cara memberikan pertanyaan langsung kepada informan guna memperoleh keterangan dalam menyimpulkan data yang terkumpul. Dalam penelitian ini digunakan juga instrumen penunjang lainnya dalam wawancara yaitu alat bantu rekam (tape recorder) yang akan membantu peneliti dalam menganalisis data dari hasil wawancara.

b. Observasi yaitu mengumpulkan data tentang gejala tertentu yang dilakukan dengan mengamati, mendengar, dan mencatat beberapa kejadian yang berkaitan dengan penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dengan studi kepustakaan yaitu membuka, mencatat, mengutip data dari buku – buku, laporan – laporan penelitian, jurnal – jurnal, media cetak dan elektronik, pendapat – pendapat dari para ahli/pakar dan sebagainya yang berhubungan dengan masalah penelitian dan sebagai pendukung terlaksananya penelitian ini.

3.5 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, teknik analisa data yang digunakan adalah teknik analisa deskriptif kualitatif, dimana data yang dikumpulkan adalah hasil dari wawancara, kemudian dianalisis menggunakan indikator yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam hal ini tidak dilakukan perhitungan yang bersifat uji statistik karena analisis yang dilakukan bersifat deskriptif kualitatif.


(52)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Desa Perumnas Simalingkar Kecamatan Pancur Batu

Desa Perumnas Simalingkar merupakan salah satu desa dari 25 desa yang terdapat di wilayah kecamatan Pancur Batu. Luas wilayah berkisar 42 Hektar (0,42 km²) atau 0,34% dari seluruh wilayah keseluruhan Kecamatan Pancur Batu. Desa Perumnas Simalingkar terdiri dari 7 lingkungan yaitu : lingkungan I sampai lingkungan VII yang rata-rata dikelilingi oleh tanah bekas perkebunan sawit PTPN-II dan ladang milik perorangan. Secara administratif, Desa Perumnas Simalingkar mempunyai batas – batas dengan daerah lain sebagai berikut:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Tanah Warga Perumnas Simalingkar Kecamatan Pancur Batu

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Simalingkar A Kecamatan Pancur Batu

 Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Mangga Kecamatan Medan Tuntungan

 Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Simalingkar A Kecamatan Pancur Batu

Secara umum Desa Perumnas Simalingkar berbatasan dengan dengan Desa Simalingkar A yang terletak pada wilayah Selatan dan Barat. Batas-batas antar wilayah Desa Perumnas Simalingkar dengan wilayah desa lainnnya adalah aliran sungai dan bisa dikatakan bahwa Desa Perumnas Simalingkar dikelilingi oleh aliran sungai sehingga mengakibatkan rawan terjadinya banjir.


(53)

4.2 Luas Desa Perumnas Simalingkar

Luas Desa Perumnas Simalingkar adalah 42,00Ha yang dipergunakan untuk permukiman penduduk, terminal dan fasilitas umum. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut :

Tabel 1

Luas Desa Perumnas Simalingkar Kecamatan Pancur Batu

No PENGGUNAAN LAHAN LUAS DESA(Ha)

1. 2. 3.

Luas Permukiman Luas Terminal Luas Fasilitas Umum

41,26 0,21 1,53

Jumlah 42,00

Sumber : Kantor Kepala Desa Perumnas Simalingkar, 2012

Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa penggunaan lahan yang paling luas adalah untuk permukiman penduduk, kedua untuk fasilitas umum dan ketiga adalah untuk terminal angkutan umum. Desa Perumnas Simalingkar yang merupakan satu-satunya wilayah desa dari 25 Desa di Kecamatan Pancur Batu yang memiliki banyak terminal angkutan umum.

4.3 Sumber Daya Air

Sumber daya air yang terdapat di Desa Perumnas Simalingkar adalah air PAM dan air Sungai. Dahulunya masih banyak masyarakat Desa P.Simalingkar yang menggunakan air sungai, tetapi dikarenakan saat ini air kondisi air sungai sudah sangat tercemar sehingga seluruh masyarakat sebanyak 1696 KK menggunakan air PAM sebagai sumber daya air.

4.4 Jumlah Penduduk Desa Perumnas Simalingkar

Berdasarkan data kependudukan tahun 2012, penduduk Desa Perumnas Simalingkar diperkirakan berjumlah 9.094 Jiwa, dengan proporsi jumlah wanita lebih besar dari pria,


(54)

(4740 jiwa > 4354 jiwa) dan terdiri dari 1696 Kepala Keluarga. Desa Perumnas Simalingkar merupakan salah satu desa yang paling padat penduduknya diantara 25 desa yang ada di Kecamatan Pancur Batu.

Untuk lebih memahami karakteristik penduduk Desa Perumnas Simalingkar, maka karakteristik penduduk dapat dibagi berdasarkan komposisi jumlah suku bangsa, agama, tingkat pendidikan, dan mata pencaharian di Desa tersebut.

1. Jumlah Penduduk bedasarkan suku bangsa

Penduduk Desa Simalingkar terdiri dari berbagai suku bangsa yakni dimana suku mayoritas adalah suku batak dan suku jawa. Walaupun demikian di dalam kehidupan bermasyarakat di desa ini tidak pernah terjadi konflik antar suku dan sampai saat ini kehidupan bermasyarakat tetap rukun. Untuk melihat komposisi penduduk berdasarkan suku dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut ini :

Tabel 2

Jumlah penduduk berdasarkan suku bangsa

No. SUKU LAKI-LAKI

(Jiwa) PEREMPUAN (Jiwa) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Aceh Batak Nias Mentawai Melayu Minang Betawi Sunda Jawa Madura Ambon 220 2279 220 3 59 200 7 11 1354 2 8 315 3080 112 4 65 232 5 8 914 - 5

Jumlah 4.354 4740


(55)

2. Jumlah Penduduk berdasarkan Agama

Masyarakat Desa Perumnas Simalingkar pada umumnya beragama Islam, kendatipun demikian, kerukunan antar pemeluk agama tetap terjalin karena adanya saling pengertian antara satu dengan yang lain sesama umat beragama di Desa ini. Untuk lebih jelasnya, komposisi penduduk berdasarkan agama diuraikan pada tabel 3 berikut ini :

Tabel 3

Jumlah Penduduk berdasarkan Agama

No AGAMA LAKI-LAKI

(Jiwa) PEREMPUAN (Jiwa) 1. 2. 3. 4. 5. Islam Kristen Katholik Budha Hindu 2457 1681 189 20 7 2928 1664 121 20 7

Jumlah 4354 4740

Sumber : Kantor Kepala Desa Perumnas Simalingkar, 2012 3. Jumlah Penduduk berdasarkan tingkat pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan merupakan hal yang penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Untuk itu pemberian dan peningkatan pendidikan terhadap masyarakat perlu ditingkatkan. Keterlibatan orang tua, sekolah dan lingkungan masyarakat Desa Perumnas Simalingkar perlu ditingkatkan kesadarannya akan pentingnya pendidikan.Berikut jumlah penduduk berdasarkan pendidikan dapat dilihat ditabel 4 berikut ini:


(56)

Tabel 4

Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. TINGKAT PENDIDIKAN

PENDUDUK

LAKI – LAKI (Jiwa) PEREMPUAN (Jiwa) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.

Usia 3 – 6 Tahun yang belum masuk sekolah Usia 3 – 6 Tahun yang sedang TK

Usia 7 – 18 Tahun yang tidak pernah sekolah Usia 7 – 18 Tahun yang sedang sekolah Usia 18 – 56 Tahun yang tidak pernah sekolah

Usia 18 – 56 Tahun yang pernah SD tapi tidak tamat

Tamat SD sederajat

Usia 12 – 56 Tahun yang tidak tamat SLTP Usia 12 – 56 Tahun yang tidak tamat SLTA Tamat SMP Sederajat

Tamat SMA Sederajat Tamat D1 Sederajat Tamat D2 Sederajat Tamat D3 Sederajat

Tamat S-1 /Sederajat – S-3 Sederajat

46 106 83 300 117 173 187 100 167 315 639 574 624 245 678 154 259 97 573 123 185 193 215 215 280 474 284 370 526 748

Jumlah 4354 4740

Sumber : Kantor Kepala Desa Perumnas Simalingkar, 2012

Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk Desa Perumnas Simalingkar mengemban pendidikan sampai ke tingkat Strata 1/ Sederajat yaitu Laki-laki berjumlah 678 jiwa dan Perempuan berjumlah 748 jiwa. Oleh sebab itu penduduk yang berpendidikan tersebut bisa menjadi penggerak dalam kemajuan masyarakat Desa Perumnas Simalingkar tersebut agar masyarakat menjadi cerdas dalam mencegah dan mengatasi masalah-masalah sosial yang ada di desa tersebut.

4. Jumlah Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian

Mata pencaharian merupakan hal sangat penting dalam kelangsungan hidup seseorang atau keluarga. Biasanya dalam rumah tangga, suami merupakan ujung tombak dalam mencari nafkah guna pemenuhan kebutuhan keluarga, tidak jarang juga dijumpai istri yang mencari


(57)

mencukupi,orang tua juga sering melibatkan seluruh anggota rumah tangga untuk ikut serta dalammencari nafkah. Berikut uraian jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian :

Tabel 5

Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No JENIS PEKERJAAN LAKI-LAKI

(Jiwa) PEREMPUAN (Jiwa) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.

Pegawai Negeri Sipil Pengrajin industri rumah tangga

Pedagang keliling Montir Dokter swasta Bidan swasta Perawat swasta TNI POLRI Pensiunan PNS/TNI/POLRI Pengusaha kecil dan menengah

Pengacara Notaris Dosen swasta

Karyawan Perusahaan swasta Buruh kasar

Supir Mocok – mocok Tukang Sampah

Tukang sapu Pembantu rumah tangga

343 49 175 91 49 - 77 21 42 175 119 21 28 56 280 175 140 385 7 - - 210 35 70 - 21 70 49 - 3 91 105 14 7 21 126 - - - 7 2 105

Jumlah 2233 1080

Sumber : Kantor Kepala Desa Perumnas Simalingkar, 2012

Berdasarkan tabel 5 mayoritas penduduk pria Desa Perumnas Simalingkar bermata pencaharian sebagai pekerja mocok-mocok atau lebih sering disebut dengan


(58)

tidak memiliki pekerjaan tetap sebanyak 385 jiwa sedangkan mayoritas penduduk wanita berprofesi sebagai pegawai negeri sipil 210 jiwa.

4.5 Sarana dan Prasarana di Desa Perumnas Simalingkar 4.5.1 Sarana Tempat Ibadah

Rumah ibadah adalah sebuah tempat yang digunakan oleh umat beragama untuk beribadah menurut ajaran agama mereka masing-masing. Untuk melihat jumlah sarana tempat ibadah keagamaan di Desa Perumnas Simalingkar dapat dilihat dari tabel 6 sebagai berikut :

Tabel 6

Jumlah sarana tempat ibadah

No .

SARANA BERIBADAH JUMLAH

(Unit) 1. 2. 3. 4. 5. 6. Mesjid

Langgar/ Surau/ Musolah Gereja Kristen Protestan

Gereja Kristen Katholik Wihara Pura 3 2 5 - - - Jumlah 10

Sumber : Kantor Kepala Desa Perumnas Simalingkar, 2012

Dikarenakan terbatasnya sarana tempat ibadah, maka sebahagian masyarakat Desa Perumnas Simalingkar beribadah keluar wilayah desa, tetapi kendatipun demikian sampai saat ini tidak pernah terjadi suatu masalah yang berlandaskan agama. Masyarakat Desa Perumnas Simalingkar mempunyai rasa toleransi yang tinggi dalam hidup beragama. Adanya perbedaan antara masyarakat yang menganut agama mayoritas ataupun monoritas bukan menjadi sebuah masalah dalam hidup bermasyarakat dan beragama di Desa ini, hal tersebut bisa dilihat dari adanya bangunan mesjid dan gereja yang dibangun berdampingan.


(1)

memberikan penanaman nilai – nilai moral kepada anak di lingkungan rumah. Selanjutnya pengembangan minat remaja melalui kegiatan – kegiatan tambahan juga harus menjadi perhatian serius bagi instansi pendidikan dan masyarakat agar remaja tidak mencari wadah lain yang tentunya akan menjerumuskan remaja pada aktifitas yang negatif. Kemudian pendidikan pengembangan karakter juga perlu dilakukan oleh pihak sekolah sebagai upaya untuk membentuk karakter pelajar menuju kepribadian yang positif dan tentu saja akan mencegahnya pada perilaku – perilaku yang menyimpang.


(2)

BAB VI

PENUTUP

6. 1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dilapangan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan :

1. Remaja di Desa Perumnas Simalingkar menggunakan narkoba sejak mereka duduk di bangku sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA). Para remaja menggunakan narkoba pada usia remaja yaitu 10 tahun sampai 24 tahun.

2. Remaja menggunakan narkoba karena pengaruh lingkungan dan teman sepermainan yang cenderung berperilaku menyimpang serta pemahaman yang sangat minim akan bahaya dari narkoba. Hal tersebut menyebabkan remaja memiliki keinginan untuk mencoba hal – hal yang baru, seperti perilaku penyalahgunaan narkoba.

3. Keluarga para remaja pengguna narkoba di Desa Perumnas Simalingkar kurang dapat memberikan perhatian, kasih sayang, dan kepeduliannya pada remaja. Sehingga para remaja cenderung berperilaku sesuai keinginan mereka, tanpa ada yang memperdulikan apa yang mereka lakukan.

4. Sosialisasi yang tidak sempurna di dalam keluarga menyebabkan remaja mengalami proses belajar yang tidak sempurna. Karena pada tahap awal perkembangan, remaja belajar dari dalam lingkungan keluarganya. Apabila keluarga tidak memberikan pembelajaran yang baik pada remaja, maka remaja akan berperilaku tidak baik.

5. Lingkungan sosial masyarakat di Desa Perumnas Simalingkar acuh tak acuh terhadap para remaja menggunakan narkoba, karena lingkungan tersebut tidak memperdulikan


(3)

para pengguna narkoba yang terdapat dilingkungan tersebut. Dapat dilihat dari para pengguna yang dapat menggunakan narkoba di lingkungan tersebut dengan bebas.

6.2 Saran

1. Bagi para keluarga di Desa P.Simalingkar diharapkan dapat lebih memperdulikan anak–anak remajanya. Karena para remaja memerlukan bimbingan dan kasih sayang dari keluarga dan orang – orang terdekatnya. Diharapkan keluarga juga mengetahui apa saja yang dilakukan oleh para remaja dan pada siapa para remaja berteman, sehingga keluarga dapat mengontrol keberadaan para anak – anak remajanya.

2. Diharapkan keluarga mengetahuai apa yang anak–anaknya mereka butuhkan dan apa yang diinginkan oleh seorang anak pada masa–masa remaja.

3. Diharapkan pada masyarakat sekitar Desa P.Simalingkar lebih memperdulikan apa yang terjadi pada para remaja dan dapat mengambil langkah tegas ketika para remaja melakukan hal – hal yang menyimpang.

4. Bagi para Kepolisian Sektor Pancur Batu ataupun Kepolisian Resort Deli Serdang, diharapkan dapat menindak lanjuti masalah penggunaan narkoba pada remaja. Para remaja yang menggunakan narkoba dapat diberikan penyuluhan tentang bahaya dari narkoba tersebut dan hukuman yang lebih mendidik buat para remaja.

5. Naskah-naskah akademik baik itu skripsi, artikel atau tulisan tentang studi kasus remaja pengguna narkoba di Desa P.Simalingkar agar bisa dijadikan alat untuk penambah input dalam mengatasi permasalahan remaja pengguna narkoba di daerah lain yang seringkali meresahkan masyarakat. Jadi semua penelitian yang bertemakan kenakalan remaja khususnya pengguna narkoba bisa menjadi referensi bagi pihak – pihak yang berkepentingan dan berwenang dalam mengatasi permasalahan kenakalan remaja khususnya remaja pengguna narkoba di Desa Perumnas Simalingkar.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi, Rukminto, 1994. Psikologi, Pekerja Sosial, dan Ilmu Kesejahteraan Sosial. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

BNN. 2004. Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Pemuda. Badan Narkotika Nasional. Jakarta.

BNN. 2009. Jurnal BNN “ Penjelasan Undang-Undang Narkotika “. Badan Narkotika Nasional. Jakarta.

Djamarah, S,B. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Dalam Keluarga. P.T Rineka Cipta. Jakarta.

Faisal, Sanapiah.2005. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada.

Gunarsa, Ny singgih D dan Gunarsa, Singgih D. 2003. Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia.

Hawari, H,D 2003. Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA ( Narkotika, Alkohol dan Zat Aditif ). Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ( FK-UI), Jakarta.

Hurlock, E. 2005. Perkembangan Anak, Erlangga. Jakarta.

Kartono, Kartini. 2002. Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja. PT Raja Grafindo Persada.

Jakarta.

Kartono, Dr.Kartini. 2010. Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja. Rajawali Press. Jakarta.

Mulyono, Y. Bambang. 2005. Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan Penanggulangannya. Kanisius. Yokyakarta.


(5)

Rahardjo, Susilo & Gudnanto. (2011). Pemahaman Individu Teknik Non Tes. Kudus: Nora Media Enterprise

Sarwono, S. Irawan, 2000. Psikologi Remaja. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial. PT Grasindo Monoratama. Medan.

Sudarsono. 2004. Kenakalan Remaja. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Soetjiningsih. 2004. Buku Ajar Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. PT

Sagung

Sumber Lain :

http://belajarpsikologi.com/pengertian-remaja/, Diakses pada tanggal 24 Oktober 2012.

http://www.republika.co.id/berita/rol-to-school/tim-jurnalistik-sma-se-jakarta- 

timur/12/05/23/m4gut0-mengatasi-kenakalan-remaja. Diakses pada tanggal 24 Oktober

2012.

http:/repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27551/4/Chapter%20I.pdf, Hal.8, Diakses pada tanggal 24 Oktober 2012.

http://nasional.kompas.com/read/2012/04/24/20312413/Sekitar.3.8.juta.penduduk.Indone sia.pecandu.Narkoba. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2012.

http://nasional.kompas.com/read/2012/06/26/14395356/BNN.70.Persen.Pemakai.Narkoba .adalah.Pekerja. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2012.

http://cakrawalaberita.com/horizon/corby-dan-retorika-tiada-ampun-sby-untuk-narkoba Diakses pada tanggal 24 Oktober 2012).


(6)

(http://www.bkkbn-jatim.go.id/bkkbn-jatim/html/indi kasi .htm. Diakses pada tanggal 10 Maret 2013).


Dokumen yang terkait

Pengetahuan Masyarakat Desa Perumnas Simalingkar Tentang Penyalahgunaan dan Peredaran Narkoba (Studi Deskriptif Pada Masyarakat Desa Perumnas Simalingkar, Kecamantan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang)

2 86 149

Faktor-Faktor Penyebab Anak Bekerja Di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang

3 63 120

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Remaja Merokok Di Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Tahun 2012

0 32 71

Analisis Faktor Penyebab Penurunan Intensitas Pengelolaan Hutan Kemenyan (Studi Kasus: Hutan Kemenyan Di Desa Tangga Batu Barat, Kecamatan Tampahan, Kabupaten Tobasa)

2 54 74

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan - Pengetahuan Masyarakat Desa Perumnas Simalingkar Tentang Penyalahgunaan dan Peredaran Narkoba (Studi Deskriptif Pada Masyarakat Desa Perumnas Simalingkar, Kecamantan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang)

0 2 29

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Pengetahuan Masyarakat Desa Perumnas Simalingkar Tentang Penyalahgunaan dan Peredaran Narkoba (Studi Deskriptif Pada Masyarakat Desa Perumnas Simalingkar, Kecamantan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 10

Pengetahuan Masyarakat Desa Perumnas Simalingkar Tentang Penyalahgunaan dan Peredaran Narkoba (Studi Deskriptif Pada Masyarakat Desa Perumnas Simalingkar, Kecamantan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 10

Faktor-Faktor Penyebab Anak Bekerja Di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang

0 0 16

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Remaja (Studi Kasus Pengguna Narkoba Di Desa Perumnas Simalingkar Kecamatan Pancur Batu)

0 0 7

Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Remaja (Studi Kasus Pengguna Narkoba Di Desa Perumnas Simalingkar Kecamatan Pancur Batu)

1 1 13