BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan ruang kota yang dipengaruhi keberadaan sektor formal dan informal, pada waktu tertentu seringkali mengalami titik permasalahan sebagai akibat
adanya kebutuhan ruang dalam menampung aktivitasnya. Permasalahan yang berupa ketidakteraturan penggunaan ruang tersebut menjadi permasalahan yang sering
dihadapi Pemerintah Kota karena meningkatnya pemakaian ruang kota yang tidak sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Chandrakirana dan
Sadoko 1994:20, di negara berkembang kegiatan ekonomi yang bergerak di luar sistem regulasi formal masih besar jumlahnya dan bahkan semakin membesar.
Kegiatan ekonomi di luar sistem regulasi ini kemudian disebut sebagai sektor ekonomi informal. Permasalahan ketidakteraturan ruang di kota-kota negara
berkembang tersebut sering terjadi sebagai akibat perkembangan sektor informal. Sedangkan peningkatan sektor informal menurut Keith-Hart dalam Soetomo,
1997:19-28, dikatakan selalu tumbuh bersama aktivitas formal dan sektor ini selalu meningkat, sebab sektor informal dianggap sebagai manifestasi dari situasi
pertumbuhan kesempatan kerja di negara berkembang sehingga mereka memasuki kegiatan berskala kecil di kota.
Keberadaan sektor informal tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan. Terdapat dua pemikiran yang berkembang dalam memahami kaitan antara
1
Universitas Sumatera Utara
pembangunan dan sektor informal Effendi, 1995:73. Pertama, pemikiran yang menekankan bahwa kehadiran sektor informal sebagai gejala transisi dalam proses
pembangunan di negara sedang berkembang. Sektor informal adalah tahapan yang harus dilalui dalam menuju tahapan modern. Pandangan ini berpendapat bahwa sektor
informal berangsur-angsur akan berkembang menjadi sektor informal seiring dengan meningkatnya dengan pembangunan. Berarti keberadaan sektor informal merupakan
gejala sementara dan akan terkoreksi oleh keberhasilan pembangunan. Namun, berapa lama masa transisi itu harus dilalui tidak dijelaskan. Kedua, pemikiran yang
berpendapat bahwa kehadiran sektor informal merupakan gejala adanya ketidakseimbangan kebijakasanaan pembangunan. Kehadiran sektor informal
dipandang sebagai akibat kebijaksanaan pembangunan yang dalam hal ini lebih berat pada sektor modern perkotaan. Sektor informal akan terasa hadir dalam proses
pembangunan selama sektor tradisional tidak mengalami perkembangan. Lebih lanjut penganut pandangan ini berpendapat bahwa berkembangan sektor informal
tergantung pada sifat kebijaksanaan pembangunan. Selama ini kebijakasanaan pembangunan cenderung menguntungkan sektor modern dan sektor tradisional hanya
dipandang sebagai penyedia bahan baku bagi sektor modern serta adanya sikap “pergorbanan” dari sektor tradisional, maka sektor informal akan tetap ada dan
cenderung bertambah. Salah satu bagian dalam sektor ekonomi informal adalah pedagang kaki lima
PKL, dalam bukunya Manning dan Noer Effendi 1996:40, dijelaskan bahwa bentuk unit usaha sektor informal yang banyak dijumpai di Indonesia beragam
Universitas Sumatera Utara
jenisnya, yaitu meliputi usaha-usaha dibidang pertanian, peternak kecil, pedagang eceran, pedagang kaki lima, pemilik bengkel sepeda, pemulung dan penarik becak di
daerah perkotaan. Keberadaan pedagang kaki lima inilah yang seringkali memunculkan efek negatif bagi lingkungan fisik kota yang lebih besar dari pada sisi
positifnya sebagai peluang kesempatan kerja baru. Permasalahan akibat efek negatif pedagang kaki lima juga terjadi di Kota
Medan, pertumbuhan pedagang kaki lima sebagai aktivitas penunjang, terutama di daerah pusat kota menjadi perhatian serius masyarakat kota. Keberadaan pedagang
kaki lima yang terus bertumbuh menggunakan ruang-ruang umum untuk aktivitas, mengakibatkan fungsi trotoar dan jalan kendaraan menjadi tidak lagi maksimal,
bahkan seringkali seluruh fungsi ruang publik tersebut kemudian menjadi ruang pedagang kaki lima semuanya. Meningkatnya aktivitas pedagang kaki lima yang
mulai mengganggu ini tidak diikuti dengan program pemerintah untuk mewadahi keberadaannya. Bahkan dalam perencanaan tata ruang, pemerintah daerahkota lebih
menitikberatkan pada pengaturan bangunan-bangunan sektor formal, padahal sektor informal juga memakai ruang di kota, hal ini dapat dilihat dalam buku rencana
penggunaan ruang kota yang tidak mengatur secara jelas mengenai lokasi bagi sektor informal.
Kota Medan sebagai sebuah sistem yang berperan sebagai ibukota Propinsi Sumatera Utara, merupakan pusat kegiatan ekonomi, pendidikan serta pemerintahan.
Adapun beberapa kawasan yang menjadi pusat kegiatan ekonomi, pendidikan serta
Universitas Sumatera Utara
pemerintahan diantaranya kawasan Kesawan, kawasan Simpang Kantor Pos, kawasan Polonia, kawasan Simpang Golden.
Kawasan Lapangan Merdeka merupakan kawasan yang terletak di pusat Kota Medan yang telah mengalami pergeseran fungsi lahan yang semula menampung
fungsi kegiatan budaya dan pendidikan berubah menjadi kawasan pusat kegiatan bisnis Central Bussiness District CBD. Hal ini dapat dilihat dari bangunan
disekeliling kawasan ini yang sebagian besar merupakan bangunan komersial Semakin banyak lahan yang terpakai sebagai komersial mengakibatkan semakin
rendahnya keseimbangan kondisi lingkungan sekitar karakteristik kawasan tersebut. Lapangan Merdeka merupakan sebuah ruang publik yang begitu ramai
dikunjungi. Dari segi fisik Lapangan Merdeka telah memenuhi kriteria sebagai ruang publik. Hal ini berpengaruh terhadap kebiasaan masyarakat Kota Medan dimana pada
akhir pekan dan pada sore hari setiap harinya sering memanfaatkan ruang publik tersebut. Namun banyak timbul kegiatan informal, seperti pedagang kaki lima.
Aktifitas masyarakat dan ditunjang oleh kawasan komersial membuat Lapangan Merdeka sangat diminati sebagai tempat berkunjung dengan tujuan
tertentu, sehingga menimbulkan bangkitan baik dari segi transportasi maupun sektor informal pedagang kaki lima. Seperti yang terjadi Lapangan Merdeka, maka dengan
itu perlu adanya identifikasi mengenai peran sektor informal terhadap ruang publik di dalam Kota. Maka, sebagai titik berat yang menjadi kawasan penelitian adalah sektor
informal yang berada disekitar kawasan Lapangan Merdeka, Kelurahan Kesawan Kecamatan Medan Barat.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah