Salah satu bentukupaya penetrasi publik ke kawasan bangunan adalah dengan cara mentolelir keberadaan pedagang kaki lima yang merupakan struktur potensial
kota, guna mendukung kehidupan ruang terbuka antar bangunan. Hal seperti ini telah diterapkan di New York City dan Washington, DC dengan memberikan tempat
aktivitas bagi para pedagang kaki lima, dimana struktur dan kondisinya tidak jauh berbeda dengan yang ada di Indonesia Wiryomartono, 1995: 187.
Sektor informal usaha kaki lima ternyata juga sering dijadikan pekerjaan sampingan oleh orang-orang yang telah bekerja di sektor formal, alasannya karena
cara ini mudah untuk dijalankan tanpa melalui prosedur yang berbelit dan seringkali lebih efektif dalam menarik pembeli Wirutomo dalam Rachbini, 1994: xiii.
Kawasan pedagang kaki lima biasanya merupakan area kota yang tumbuh secara tidak teratur, spontan dan ilegal, namun menempati sebagian besar wilayah
kota. Sedangkan sifatnya bisa dikatakan marjinal dalam pengertian campur tangan, pengawasan dan bantuan pemerintah; namun memainkan peranan yang penting dalam
perkembangan kota umumnya, dan pada hakikatnya membentuk sifat-sifat serta prospek-prospek perkotaan Suparlan, 1995: 86.
2.4 Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima
Karakteristik aktivitas pedagang kaki lima dilihat dari jenis dagangan, bentuk sarana fisik, pola sebaran, pola pelayanan, dan ruang aktivitas pedagang kaki lima.
Universitas Sumatera Utara
2.4.1 Jenis Dagangan Pedagang Kaki Lima Mc. Gee dan Yeung 1977:82-83 menyatakan bahwa jenis dagangan
pedagang kaki lima sangat dipengaruhi oleh aktivitas yang ada disekitar kawasan dimana pedagang tersebut beraktivitas.
Misalnya disuatu kawasan perdagangan, maka jenis dagangan yang ditawarkan akan beranekaragam, bisa berupa makananminuman, barang kelontong,
pakaian, dan lain-lain. Demikian juga dikawasan pasar tradisional jenis dagangan pedagang kaki lima didominasi oleh dagangan basah.
Jenis dagangan yang ditawarkan oleh pedagang kaki lima dapat dikelompokkan menjadi 4 empat kelompok utama, yaitu Gambar 2.3:
1. Makanan yang tidak dan belum diproses, termasuk didalamnya makanan mentah, seperti daging, buah-buahan, dan sayuran.
2. Makanan yang siap saji, seperti nasi dan lauk pauknya dan juga minuman. 3. Barang bukan makanan, mulai dari tekstil hingga obat-obatan.
4. Jasa, yang terdiri dari beragam aktivitas, misalnya tukang potong rambut,
dan lain sebagainya.
Gambar 2.3 Jenis Dagangan Pedagang Kaki Lima Sumber:
www.google.com
Universitas Sumatera Utara
2.4.2 Bentuk Sarana Fisik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mc. Gee dan Yeung 1977:
82-83 di kota-kota Asia Tenggara diketahui bahwa pada umumnya bentuk sarana perdagangan pedagang kaki lima sangat sederhana dan biasanya mudah untuk
dipindah atau dibawa dari satu tempat ke tempat lain dan dipengaruhi oleh jenis dagangan yang dijual.
Adapun bentuk sarana perdagangan yang digunakan oleh pedagang kaki lima menurut Waworoentoe 1973, dalam Widjajanti 2000:39-40 sebagai berikut
Gambar 2.4: 1. Gerobakkereta dorong, bentuk sarana ini terdiri dari dua macam yaitu,
gerobakkereta dorong tanpa atap dan yang beratap untuk melindungi barang dagangan dari pengaruh cuaca. Bentuk ini dapat dikategorikan
dalam aktivitas pedagang kaki lima yang permanen static atau semi permanen semi static, umumnya dijumpai pada pedagang makanan,
minuman dan rokok. 2. Pikulankeranjang, sarana perdagangan ini digunakan oleh pedagang
keliling mobil hawkers atau semi permanen, yang biasa digunakan oleh pedagang barang dan minuman. Sarana ini dimaksud agar barang dagangan
mudah dibawa atau dipindah tempat. 3. Warung semi permanen, terdiri dari beberapa gerobakkereta dorong yang
diatur sedemikian rupa secara berderet dilengkapi dengan kursi dan meja. Bagian atap dan sekelilingnya biasanya ditutup dengan pelindung yang
Universitas Sumatera Utara
terbuat dari kainplastik. Berdasarkan bentuk sarana tersebut pedagang kaki lima ini dikategorikan pedagang permanen static, yang umumnya
digunakan oleh pedagang makanan dan minuman. 4. Kios, sarana ini menggunakan papan yang diatur sedemikian rupa sehingga
menyerupai bilik semi permanen, yang mana pedagang yang bersangkutan juga tinggal ditempat tersebut. Pedagang kaki lima ini dikategorikan
sebagai pedagang menetap. 5. Gelaranalas, dimana sarana yang digunakan berupa gelaran tikar untuk
alas barang yang diperdagangkan. Pedagang ini dikategorikan semi permanen, biasa digunakan oleh pedagang makananminuman, sayuran
atau barang kelontong.
Gambar 2.4 Bentuk Sarana Fisik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Sumber:
www.google.com
Universitas Sumatera Utara
2.4.3 Pola Sebaran Pedagang Kaki Lima Menurut Mc. Gee dan Yeung 1977 pola sebaran pedagang kaki lima
dikelompokkan sebagai berikut: 1. Pola Sebaran Mengelompok Focus Aglomeration
Pada tipe ini pedagang umumnya terdapat pada ujung jalan, ruang-ruang terbuka, sekeliling pasar, ruang-ruang parkir taman dan tempat umum
lainnya Gambar 2.5. Pola ini dipengaruhi oleh adanya pertimbangan aglomerasi, yaitu suatu
pemusatan atau pengelompokan pedagang sejenis atau pedagang yang mempunyai sifat komoditas yang sama atau menunjang.
Gambar 2.5 Pola Penyebaran Mengelompok Sumber: Mc. Gee dan Yeung, 1977:37
2. Pola Sebaran Memanjang Linear Concentration Pola-pola penyebaran memanjang atau linear concentration, pedagang
terdapat di sepanjang jalan atau di pinggir jalan utama main street, juga pada jalan yang menghubungkan jalan utama. Jadi pola penyebaran ini ditentukan
oleh pola jaringan jalan di daerah tersebut. Aksesibilitas yang tinggi pada lokasi yang bersangkutan sangat mempengaruhi pola penyebaran memanjang
Universitas Sumatera Utara
ini, karena menguntungkan bagi pedagang dalam mencapai konsumen Gambar 2.6.
Gambar 2.6 Pola Penyebaran Memanjang Sumber: Mc. Gee dan Yeung, 1977:37
2.4.4 Pola Pelayanan Pedagang Kaki Lima Pola pelayanan menurut Mc. Gee dan Yeung 1977:76 adalah cara berlokasi
aktivitas pedagang kaki lima dalam memanfaatkan ruang kegiatan sebagai tempat usaha. Berdasarkan pengertian di atas maka pola pelayanan aktivitas pedagang kaki
lima ini dapat ditinjau dari aspek golongan pengguna jasa, skala pelayanan, waktu pelayanan, dan sifat pelayanan.
1. Golongan Pengguna Jasa pedagang kaki lima Melihat lokasi dari pedagang kaki lima yang cenderung tidak tertata
namun dekat dengan konsumen maka golongan pengguna jasa yang dilayani oleh aktivitas jasa pedagang kaki lima pada umumnya terdiri dari
golongan pendapatan menengah dan rendah. Hal ini disebabkan karena harga yang ditawarkan oleh pedagang sektor informal relatif lebih rendah
dari toko atau supermarket, namun demikian tidak tertutup kemungkinan bahwa masyarakat berpendapatan menengah ke atas mendatangi lokasi
Universitas Sumatera Utara
aktivitas perdagangan sektor informal, tetapi ini terjadi sekali waktu atau bersifat insidental.
2. Skala Pelayanan Aktivitas Pedagang Kaki Lima Skala pelayanan aktivitas jasa pedagang sektor informal dapat diketahui
dari pengguna jasa. Menurut Manning dan Effendi, 1996:366-372 besar kecilnya skala pelayanan tergantung dari jauh dekatnya pengguna jasa
tersebut. Semakin dekat asal pengguna jasa berarti skala pelayanan juga kecil, sebaliknya semakin jauh asal pengguna jasa berarti skala pelayanan
juga semakin besar. 3. Waktu Pelayanan Aktivitas Pedagang Kaki Lima
Mc. Gee dan Yeung 1977:76 menyatakan bahwa pola aktivitas pedagang kaki lima menyesuaikan terhadap irama dari ciri kehidupan
masyarakat sehari-hari. Seperti telah diuraikan diatas bahwa ada hubungan antara sektor formal dan informal maka waktu kegiatan
pedagang kaki lima didasarkan pula atau sesuai dengan perilaku kegiatan formal, namun demikian pada saat tertentu kaitan aktivitas keduanya
lemah atau tidak ada hubungan langsung antara keduanya. 4. Sifat Pelayanan Aktivitas Pedagang Kaki Lima
Pedagang Kaki Lima dilihat dari sifat pelayanannya menurut Mc. Gee dan Yeung 1977:82 dikelompokkan menjadi 3 tiga yakni:
Universitas Sumatera Utara
a. Pedagang menetap static Pedagang static merupakan suatu bentuk pelayanan yang bersifat
menetap pada suatu lokasi tertentu. Disini setiap konsumen harus datang sendiri ke lokasi dimana pedagang berada.
b. Pedagang semi menetap semi static Pada tipe pedagang semi static bentuk layanan pedagang bersifat
menetap sementara atau hanya pada waktu-waktu tertentu saja. Dalam hal ini pedagang akan menetap bila ada kemungkinan
mendapat konsumen yang cukup banyak, misalnya saat jam istirahatpulang sekolah, saat ada keramaian. Bila tidak ada
kemungkinan konsumen yang cukup besar, maka pedagang tersebut akan berkeliling.
c. Pedagang keliling mobile Pedagang keliling merupakan suatu bentuk layanan, dimana
pedagang berusaha mendatangi atau mengejar konsumen. Pedagang keliling ini biasanya volume dagangannya relatif kecil.
2.4.5 Ruang Aktivitas Pedagang Kaki Lima Pengertian ruang dalam Undang-undang No. 2492 adalah wadah yang
meliputi ruang daratan dan ruang udara sebagai suatu kesatuan wilayah, tempat manusia dan mahkluk lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara
kelangsungan hidupnya. Sedangkan ruang aktivitas adalah suatu wadah atau ruang
Universitas Sumatera Utara
yang terbentuk oleh elemen arsitektural, yang didalamnya terkandung dan terdapat fungsi, maksud, tujuan dan kehendak manusia Ashihara, 1983.
Mc. Gee dan Yeung 1977:61 berpendapat bahwa pedagang kaki lima pada umumnya cenderung untuk beraktivitas secara berkelompok pada suatu area yang
memiliki tingkat intensitas aktivitas yang tinggi, seperti pusat-pusat hiburan, pasar, taman maupun pada simpul-simpul jalur transportasi. Sama halnya dengan pendapat
Bromley dalam Manning dan Effendi, 1996:232 berdasarkan penelitiannya mengenai pedagang sektor informal di Cali, Colombo, dimana para pedagang sektor
informal dijumpai disemua sektor kota, terutama berpusat di tengah kota dan pusat- pusat hiburan lainnya ketika ada pertunjukan sehingga menarik sejumlah besar
penduduk. Dari pendapat diatas dapat diketahui bahwa pedagang kaki lima cenderung
memilih ruang tempat beraktivitasnya pada lokasi-lokasi strategis yang tingkat kunjungannya tinggi seperti pusat-pusat aktivitas di suatu kota. Kecenderungan ini
berkaitan dengan salah satu fungsi pemasaran yakni mendekatkan komoditi kepada konsumen place utility. Seperti yang dikatakan Ramli 1992:38 pedagang kaki lima
selalu berusaha agar barang dagangannya terjual, umtuk memilih tempat berjualan yang umum dan banyak didatangi pengunjung seperti jalan raya, emper-emper toko
dan pasar-pasar. Shirvani 1985:37 mengungkapkan bahwa aktivitas pedagang kaki lima di
perkotaan merupakan pendukung aktivitas dari aktivitas-aktivitas yang ada activity support. Dimana aktivitas pedagang kaki lima muncul karena adanya aktivitas-
Universitas Sumatera Utara
aktivitas fungsional kota. Seperti yang diungkapkan Rachbini dan Hamid 1994:90- 91 dalam observasinya mengenai pedagang kaki lima di Jakarta dan Surabaya,
ditemukan adanya kecenderungan bahwa setiap berdiri gedung bertingkat di Jalan Sudirman di Jakarta maka muncullah sejumlah pedagang kaki lima berderet
sepanjang jalan. Aktivitas pedagang kaki lima ini bertujuan untuk melayani para karyawan atau pegawai bergaji rendah. Jadi dimana ada aktivitas-aktivitas fungsional,
pedagang kaki lima siap menawarkan jasanya yang juga mendukung aktivitas utama tersebut.
Sesuai dengan uraian diatas, dapat terlihat pada kenyataan pedagang kaki lima pada umumnya menempati ruang umum atau ruang privat yang ada di kota. Ruang
umum atau disebut juga ruang publik merupakan tempat berkumpulnya warga kota untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang dapat memperkuat ikatan sebagai suatu
komunitas Carr, 1995, Madanipour, 1996, Tibbalds, 1992. Ruang umum merupakan ruang milik pemerintah yang diperuntukkan bagi kepentingan masyarakat luas.
Seperti trotoar, taman kota, ruang terbuka termasuk fasilitas atau sarana kota seperti halte, jembatan penyeberangan dan lain sebagainya Gambar 2.7. Ruang privat
adalah ruang yang dimiliki oleh individu atau kelompok tertentu, misalnya lahan pribadi yang dimiliki oleh pemilik toko, perkantoran dan lain-lain. Penggunaan
ruang-ruang ini kemudian menjadi conflict of interest atau permasalahan- permasalahan yang timbul akibat keberadaan pedagang kaki lima mulai dari
pemanfaata ruang publik sampai kepada kemerosotan fisik kota.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.7 Ruang Aktivitas Pedagang Kaki Lima Sumber:
www.google.com
2.5 Ruang Publik Sebagai Tempat Aktivitas Pedagang Kaki Lima