Ruang Publik Sebagai Tempat Aktivitas Pedagang Kaki Lima

Gambar 2.7 Ruang Aktivitas Pedagang Kaki Lima Sumber: www.google.com

2.5 Ruang Publik Sebagai Tempat Aktivitas Pedagang Kaki Lima

Menurut Stephen Carr 1992: 23-26 kehidupan pada ruang publik meliputi kepentingan publik domain dan kepentingan privat private domain sehingga pemenuhan terhadap kebutuhan akan ruang publik yang baik harus selalu diupayakan. Salah satu upaya dalam merencanakan dan mengelola ruang publik adalah melalui pemenuhan kebutuhan fasilitas yang menunjang kegiatan publik maupun kegiatan privat secara seimbang. Dasar pemahaman dalam menciptakan ruang publik adalah upaya untuk selalu memenuhi kebutuhan para penggunanya. Kualitas ruang publik juga mencakup makna dari keberadaan ruang publik tersebut dalam konteks yang lebih luas dan berkelanjutan, yaitu memenuhi kelayakan terhadap kriteria: kualitas fungsional, kualitas visual dan kualitas lingkungan. Universitas Sumatera Utara Komponen pembentuk identitas ruang publik yang menentukan kualitas suatu tempat meliputi tiga komponen, yaitu fisik, aktivitas atau fungsi serta makna Garnham dalam Darmawan, 2003: 75. Beberapa aspek yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan manusia dalam konteks ruang publik adalah pemenuhan terhadap kebutuhan pengguna to serve the needs, melindungi hak masyarakat pengguna to protect the rights dan memiliki maknaarti meaningful Carr, 1992: 19-20. Sesuai dengan teori ekonomi, dengan berkembangnya suatu kawasan maka semakin tinggi pula penawaran akan nilai lahannya. Demikian juga dengan semakin besanya interaksi sosial-ekonomi pada suatu kawasan, maka akan semakin selektif pula dalam menempatkan suatu tatanan fungsi pada lahan tersebut Reksohadiprodjo, 1994: 19-24. Setiap kegiatan manusia memerlukan ruang tertentu, sedangkan ruang tersebut berada di atas tanah. Tanah bersama-sama dengan faktor-faktor produksi lain seperti tenaga kerja, modal, teknologi dan lain-lain menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan tempat tertentu bagi pemanfaatan tertentu pula. Pemanfaatan tanah sangat menentukan cara-cara masyarakat dalam melaksanakan fungsikegiatannya Reksohadiprodjo, 1994: 11. Jack Douglas dalam Daldjoeni, 1997: 107-108 mengemukakan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya diferensiasi pada wilayah kota berdasarkan tata guna lahan, antara lain: Universitas Sumatera Utara 1. Kegiatan tertentu akan memerlukan fasilitas khusus, misalnya perdagangan kecileceran membutuhkan tempat yang memungkinkan lakunya barang dagangan. 2. Berkelompoknya kegiatan dalam central business zone bertujuan untuk mengejar keuntungan secara bersama. 3. Pertokoan kecilperdagangan eceran yang tidak mampu mengontrak lokasi-lokasi yang baik,terpaksa harus puas dengan menempati daerah- daerah yang murah harga sewa atau pajaknya. Dari sisi mobilitas terdapat hubungan positif antara berpindah tempat kerja dengan berpindah tempat tinggal artinya kaum migran miskin umumnya tidak mampu bekerja jauh dari tempat tinggalnya karena biaya transportasi yang berat dan karena mereka harus selalu membawa gerobak dorong mereka. Jadi migran yang harus berpindah tempat tinggalnya seringkali harus berpindah pula jenis pekerjaannya Wirutomo dalam Rachbini, 1994: xiii. Ada dua faktor yang mendukung kemudahan-kemudahan perkembangan kegiatan sektor informal dalam suatu kota, yaitu Bromley, 1979: 104: 1. Kedekatan atau kemudahan komunikasi dengan sumber-sumber aktivitas kegiatan formal. 2. Adanya ruang yang dapat dimanfaatkan untuk tempat kegiatan usaha. Ruang-ruang publik yang biasanya digunakan oleh pedagang kaki lima sebagai tempat aktivitas mereka, antara lain: Universitas Sumatera Utara 1. Pada suatu lokasi aktivitas utama, sebagai pendukung aktivitasactivity support Shirvani, 1985: 37. 2. Tempat-tempat yang mudah dikenali dan dicapai Bromley dalam Manning, 1996: 238. 3. Pusat-pusat komersial, seperti area pelayanan dan parkir, mal, dan area rekreatif lainnya Rapuano, 1964: 33-34. 4. Pasar terbuka markets atau jalan yang digunakan untuk aktivitas pedagang kaki lima atau pasar loak yang bersifat temporer Carr, 1992: 79.

2.6 Defensible Space