Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan penyaluran kredit perbankan; studi kasus pada bank umum di Indonesia periode tahun 2001-2009

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN PENYALURAN KREDIT PERBANKAN

(Studi Kasus pada Bank Umum di Indonesia Periode Tahun 2005-2009)

Di susun oleh :

AHMAD WIRMAN CHAUZI 107081002713

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ahmad Wirman Chauzi

Tempat/Tanggal lahir : Jakarta, 26 Maret 1989

Alamat : Pondok Benda Indah Blok J 24 RT 006 RW 015 Tangerang Selatan 15416

Agama : Islam

Warga negara : Indonesia

Telepon : 08567755827

Email : wirman_chauzi@yahoo.co.id

Motto Hidup : Usaha, Ikhtiar, dan Tawakal

Pendidikan :

1. SDN Pondok Benda I Tahun 2001

2. SLTP Negeri 4 Serpong Tahun 2004

3. SMAN 1 Cisauk Tahun 2007

4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Manajemen FEB Tahun 2011 Pengalaman Organisasi :

1. Anggota Divisi Kemahasiswaan BEM Jurusan Manajemen Universitas Islam Negeri Jakarta 2009/2010

2. KABID III BEM Jurusan Manajemen Universitas Islam Negeri Jakarta 2010/2011 Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial


(7)

v

ABSTRACT

This research is intended to analyze the factors that affect the policy of bank lending. The variables of this research are capital adequacy ratio, return on assets, non performing loan, loan to deposit ratio, third party funds, SBI rates, and money supply with purposive sampling method. This research uses multiple regression analysis using data, from 2005 to 2009.

The result show that the capital adequacy ratio, return on assets, non performing loan, loan to deposit ratio, third party funds, SBI rates and money supply have significant effect on lending. Capital adequacy ratio, loan to deposit ratio, non performing loan, third party funds, and money supply is partially significant effect on lending while return on assets and SBI rates have no significant effect on lending partially.


(8)

vi

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan penyaluran kredit perbankan. Variabel yang akan diuji dalam penelitian ini adalah capital adequacy ratio, return on assets, non performing loan, loan to deposit ratio, dana pihak ketiga, suku bunga sbi dan jumlah uang beredar dengan metode purposive sampling. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda, dengan periode penelitian dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009.

Hasil uji regresi ditemukan bahwa capital adequacy ratio, non performing loan, loan to deposit ratio, dana pihak ketiga, dan jumlah uang beredar secara parsial berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit sedangkan return on assets dan suku bunga sbi secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit.

Kata Kunci : Return On Assets (ROA), Suku Bunga SBI, Dana Pihak Ketiga (DPK), Kredit.


(9)

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT. Atas berkat rahmat, karunia, kudrat dan iradat, serta ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN PENYALURAN KREDIT PERBANKAN”. Tak lupa shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan kita Rasulullah SAW yang membawa kita dari jaman jahiliyah ke jaman yang penuh ilmu pengetahuan.

Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen, Konsentrasi Perbankan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa sejak awal penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini banyak pihak yang telah membantu dan memberi dukungan baik moril maupun materil. Untuk itu, tak lupa pada kesempatan ini, secara khusus, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibunda Rosmarini dan ayahanda Sutrisno tercinta yang telah yang memberikan dukungan moral, material, dan spiritual yang tidak terhingga. Semoga Allah Subhanahu Wata’ala memberikan kesehatan dan kebahagiaan serta kemuliaan kepada mereka, dan semoga penulis dapat membahagiakan keduanya meskipun tidak akan sebanding dengan apa yang telah mereka berikan, amin Ya Robbal ’Alamin.

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Ahmad Dumyathi, MA selaku Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu untuk membantu dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Indo Yama Nasaruddin,SE,MAB selaku Pudek II Bagian Keuangan dan Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.


(10)

viii

5. Bapak Suhendra, S.Ag,MM selaku Kajur Manajemen yang telah memberikan ilmu dan bantuan sehingga saya hingga saya wisudawan ekonomi islam.

6. Ibu Leis Suzanawati, SE,M.Si selaku Sekretaris Jurusan Manajemen yang telah memberikan ilmu dan bantuan sehingga saya bisa menjadi wisudawan ekonomi islam.

7. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan bantuan yang bermanfaat selama penulis.

8. Kakak ku Tyas Widyarini Nofi yang turut memberikan dukungan serta doa kepada penulis.

9. Terima kasih buat Mifathul Rohman yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membantu menyelesaikan skripsi.

10.Teman-teman Manajemen B 2007. Terima kasih untuk suka maupun duka kita selama menjadi civitas akademika UIN Jakarta, semoga tali silahturahmi kita akan terus terjalin sampai kapanpun.

11.Teman-teman Manajemen Perbankan 2007. Terima kasih untuk suka maupun duka kta selama menjadi civitas akademika UIN Jakarta, semoga tali silahturahmi kita akan terus terjalin sampai kapanpun.

12.Anak-anak Bank mini, khususnya bangga, doli, wawo, haikal, ivan, asu, aan makasih banyak atas cerita-cerita kita selama ini semoga ke depannya akan menjadi solid, dan kita semua bisa menjadi orang yang sukses.

13.Anak-anak Blasto, khususnya Ucil, Said, Adhan, Aming, Jabew, Komenk, Ale, Batax, Buluk makasih banyak atas dorongan untuk menyelesaikan skripsi dan semoga kita menjadi orang yang sukses.

14.Anak-anak pondok benda indah, khususnya, Azis, Mario, Bayu, Fathan, Richard, Eki, Riza, Ditya makasih banyak atas dukungannya baik doa dan dorongan untuk menyelesaikan skripsi dan semoga kita persahabatan kita tetap solid sampai tua nanti, dan mudah-mudahan kita menjadi orang sukses dunia dan akhirat.


(11)

ix

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran, arahan maupun kritikan yang konstruktif demi penyempurnaan hasil penelitian ini. Akhirnya hanya kepada Allah semua ini penulis serahkan, karena hanya dengan ridha-Nya penulis dapat meyelesaikan skripsi ini. Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi penulis sendiri.

Jakarta, 14 Juni 2011


(12)

x

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Skripsi……….. i

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif………... ii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi………... iii

Daftar Riwayat Hidup……… iv

Abstract……… v

Abstrak………... vi

Kata Pengantar………... vii

Daftar Isi……….. x

Daftar Gambar………... xii

Daftar Tabel……… xiii

Daftar Lampiran……… xiv

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang………. 1

B Perumusan Masalah………. 11

C Tujuan dan Manfaat Penelitian……… 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Kerangka Teoritis………. 14

1. Pengertian Lembaga Keuangan………... 14

2. Pengertian Bank………. 16

3. Jenis-Jenis Bank………... 17

4. Fungsi Bank………... 25


(13)

xi

6. Rasio Keuangan………... 35

7. Dana Pihak Ketiga………... 43

8. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia…………. 45

9. Jumlah Uang Beredar………. 47

B Keterkaitan Antar Variabel………. 56

C Penelitian Terdahulu………. 61

D Kerangka Pemikiran………. 69

E Hipotesis………... 70

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A Ruang Lingkup Penelitian……… 71

B Metode Pemilihan Populasi dan Sampel……….. 71

C Teknik Pengumpulan Data………... 72

D Teknik Analisis……… 73

E Operasional Variabel……… 81

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A Gambaran Umum Objek Penelitian………. 84

B Hasil Analisis………... 87

C Interpretasi……… 103

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A Kesimpulan……….. 109

B Implikasi………... 110

DAFTAR PUSTAKA………. 112


(14)

xii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran 69

4.1 Hasil Uji Normalitas Sebelum Transformasi 91 4.2 Hasil Uji Normalitas Setelah Transformasi 92


(15)

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu 61

4.1 Daftar Nama Perusahaan 86

4.2 Hasil Satatistik Deskriptif 87

4.3 Hasil Uji Multikolinearitas 93

4.4 Hasil Uji Autokorelasi 95

4.5 Hasil Uji Adj R2 96

4.6 Hasil Uji F 98


(16)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Data Sampel Penelitian (Sebelum Transformasi) 117 2 Data Sampel Penelitian (Setelah Transformasi) 125


(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kredit dalam istilah perekonomian merupakan suatu penundaan pembayaran,artinya uang atau barang yang diterima akan dikembalikan setelah jangka waktu tertentu. Bila tidak ada jangka waktu maka bank akan mengalami kesulitan dalam masalah pembayaran.

Besar kecilnya dana dalam kondisi apapun akan tetap terbatas sementara kebutuhan akan kredit akan terus menuntut selama manusia berusaha menjalankan usahanya, Permintaan akan suplai kredit akan terus mengalir ke bank apakah setiap hari, setiap minggu, atau setiap saat. Keadaan tersebut tentu harus selalu dipikirkan dan di perhatikan oleh bank kapan,bagaimana, dan berapa yang diberikan oleh bank untuk suplai kreditnya

Salah satu dari tugas pokok bank adalah memberikan kredit (pinjaman) kepada orang atau badan usaha yang membutuhkannya. Kredit ini untuk tujuan kegiatan yang produktif dan dapat diberikan dengan kredit jangka panjang, kredit jangka menengah serta kredit jangka pendek.

Bank sebagai lembaga keuangan (financial institution) yang berfungsi sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara


(18)

2

pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dan pihak yang kekurangan dana (deficit unit). Melalui bank kelebihan dana tersebut dapat disalurkan kepada pihak-pihak yang memerlukan dan memberikan manfaat bagi kedua belah pihak. Bank menerima simpanan uang dari masyarakat (Dana Pihak Ketiga) dan kemudian menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit.

Kredit yang diberikan adalah penyedian uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan kesetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Jadi, suatu perjanjian kredit mengandung unsur kepercayaan dan unsur waktu.

Dalam menyalurkan dana masyarakat tersebut, sejalan dengan peraturan-peraturan tentang perbankan, bank wajib melaksanakan prinsip kehati-hatian agar tidak merugikan bank dan nasabahnya, hal ini karena pemberian kredit merupakan kegiatan usaha pokok bank yang mengandung risiko tinggi dan sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan kelangsungan usaha bank, karena pemberian kredit yang tidak sehat akan mengakibatkan kredit bermasalah. Hal ini akan menyebabkan timbulnya kerugian pada pihak bank dan akan mempersulit bank dalam pendanaan.


(19)

3

Pembangunan ekonomi di suatu negara sangat bergantung pada perkembangan dinamis dan kontribusi nyata dari sektor perbankan. Ketika sektor perbankan terpuruk perekonomian nasional juga ikut terpuruk. Demikian pula sebaliknya, ketika perekonomian mengalami stagnasi sektor perbankan juga terkena imbasnya dimana fungsi intermediasi tidak berjalan normal. (Kiryanto, 2007).

Menurut Halim Alamsyah, dkk (2005) di negara-negara seperti Indonesia peranan bank cenderung lebih penting dalam pembangunan, karena bukan hanya sebagai sumber pembiayaan tetapi juga mampu mempengaruhi siklus usaha dalam perekonomian secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan bank lebih superior dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya dalam menghadapi informasi yang asimetris dan mahalnya biaya dalam melakukan fungsi intermediasi. Secara alami bank mampu melakukan kesepakatan dengan berbagai tipe peminjam.

Bank umum (Commercial bank) memiliki peranan yang sangat penting dalam menggerakkan roda perekonomian nasional, karena lebih dari 95% Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan nasional yang meliputi Bank Umum (Commercial Bank), Bank Syariah (Sharia Bank), dan Bank Perkreditan Rakyat (Rural Bank) berada di Bank Umum (Statistik Perbankan Indonesia, diolah). DPK ini yang selanjutnya digunakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pemberian kredit.


(20)

4

Menurut Lukman Dendawijaya (2005) dana-dana yang dihimpun dari masyarakat dapat mencapai 80% - 90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank dan kegiatan perkreditan mencapai 70% - 80% dari total aktiva bank. Bila memperhatikan neraca bank akan terlihat bahwa sisi aktiva didominasi oleh besarnya kredit yang diberikan, dan bila memperhatikan laporan laba rugi bank akan terlihat bahwa sisi pendapatan didominasi oleh besarnya pendapatan dari bunga dan provisi kredit. Hal ini dikarenakan aktivitas bank yang terbanyak akan berkaitan erat secara langsung ataupun tidak langsung dengan kegiatan perkreditan (Nurmawan, 2005).

Menurut Dahlan Siamat (2005) salah satu alasan terkonsentrasinya usaha bank dalam pemberian kredit adalah sifat usaha bank sebagai lembaga intermediasi antara unit surplus dengan unit defisit, dan sumber utama dana bank berasal dari masyrakat sehingga secara moral mereka harus menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Sebagaimana umumnya negara berkembang, sumber pembiayaan dunia usaha di Indonesia masih didominasi oleh penyaluran kredit perbankan yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemberian kredit merupakan aktivitas bank yang paling utama dalamn menghasilkan keuntunga, tetapi risiko yang terbesar dalam bank juga bersumber dari pemberian kredit. Oleh karena itu pemberian kredit harus dikawal dengan manajemen risiko yang ketat (InfoBankNews.com, 2007).


(21)

5

Penyaluran kredit memungkinkan masyrakat untuk melakukan investasi, distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi selalu berkaitan dengan penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian masyarakat. Melalui fungsi ini bank berperan sebagai Agent of Development (Susilo, Triandaru, dan Santoso, 2006).

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa penyaluran kredit mendorong pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Goldsmith (1969), Mc Kinon (1973), dan Shaw (1973) menyatakan bahwa dana berlebih (surplus fund) yang disalurkan secara efisien bagi unit yang mengalami deficit akan meningkatkan kegiatan produksi. Selanjutnya kegiatan tersebut akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pada level mikro Gertler dan Gilchrist (1994) membuktikan bahwa adanya kendala dalam penyaluran kredit dapat berdampak pada kehancuran usaha-usaha kecil.

Meskipun penyaluran kredit memegang peranan penting bagi pertumbuhan ekonomi Negara, namun kredit yang disalurkan oleh perbankan belum optimal. Hal ini dilihat dari Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum periode 2005-2009 yang masih berkisar pada angka 59,66% - 74,58% (Statistik Perbankan Indonesia), masih berada dibawah harapan Bank Indonesia. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, angka


(22)

6

LDR seharusnya berada disekitar 85% - 110% (Manurung, Rahardja, 2004).

LDR sendiri merupakan indikator dalam pengukuran fungsi intermediasi perbankan di Indonesia. Sesuai dengan Surat Edaran bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, rasio LDR dihitung dari pembagian kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk antarbank) dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencakup giro, tabungan, dan deposito (tidak termasuk antarbank). Semakin tinggi LDR menunjukkan semakin besar pula DPK yang dipergunakan untuk penyaluran kredit, yang berarti bank telah mampu menjalankan fungsi intermediasinya dengan baik. Disisi lain LDR yang terlampau tinggi dapat menimbulkan risiko likuiditas bagi bank.

Pentingnya kredit bagi perekonomian nasional juga disadari betul oleh pemerintah dan Bank Indonesia. Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) lahir sebagai respon atas keluarnya Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2007 tentang kebijakan Percepatan Pengembanagan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro, kecil dan Menengah khususnya Bidang Reformasi Sektor Keuangan, yang bertujuan untuk menggerakkan sektor riil melalui kredit modal kerja dan atau kredit investasi bagi usaha produktif yang feasible namun belum bankable. Disisi lain Bank Indonesia berniat mengubah lagi aturan Giro Wajib Minimum (GWM). Perubahan ini bertujuan untuk mendorong penyaluran kredit perbankan. Dalam aturan


(23)

7

yang berlaku itu, besarnya GWM untuk tiap bank sesuai dengan rasio penyaluran kredit terhadap Dana Pihak Ketiga (Loan to Deposit Ratio) bank tersebut (Kontan, 2010).

Menurut Perry Warjiyo (2004) mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui saluran uang secara implisit beranggapan bahwa semua dana yang dimobilisasi perbankan dari masyarakat dalam bentuk uang beredar dipergunakan untuk pendanaan aktivitas sektor riil melalui penyaluran kredit perbankan. Dalam kenyataannya menuru Perry Warjiyo (2004) anggapan itu tidak selamanya benar. Selain dana yang tersedia perilaku penawaran kredit perbankan juga dipengaruhi oleh persepsi bank terhadap prospek usaha debitur dan kondisi perbankan itu sendiri seperti permodalan (CAR), jumlah kredit macet (NPL), dan Loan to Deposit Ratio (LDR). Menurut Djoko Retnadi (2006) kemampuan menyalurkan kredit oleh perbankan dipengaruhi oleh berbagai hal yang dapat ditinjau dari sisi internal dan eksternal bank. Dari sisi internal bank terutama dipengaruhi oleh kemampuan bank dalam menghimpun dana masyarakat dan penetapan tingkat suku bunga. Dan dari sisi eksternal bank dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, peraturan pemerintah, dan lain-lain. Sementara Sinungan (2000) kebijakan perkreditan harus memperhatikan beberapa faktor seperti : keadaan keuangan bank saat ini, pengalaman bank, dan keadaan perekonomian.


(24)

8

Dana-dana yang dihimpun dari masyarakat (Dana Pihak Ketiga) merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank (Dendawijaya, 2005). Kegiatan bank setelah menghimpun dana dari masyarakat luas adalah menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan kredit (Kasmir, 2008). Pemberian kredit merupakan aktivitas bank yang paling utama dalam menghasilkan keuntunga (Dendawijaya, 2005).

Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan (Ali, 2004). Semakin tinggi CAR maka semakin besar pula sumber daya financial yang dapat digunakan untuk keperluan pengembangan usaha dan mengantisipasi potensi kerugian yang diakibatkan oleh penyaluran kredit.

Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam meng-cover risiko kegagaln pengembalian kredit oleh debitur (Darmawan, 2004). NPL mencerminkan risiko kredit, semakin tinggi tingkat NPL maka akan semakin besar pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank (Ali, 2004). Akibat tingginya NPL perbankan yang lebih besar, sehingga pada akhirnya modal bank akan terkikis. Padahal besarab modal sangat mempengaruhi


(25)

9

besarnya ekspansi kredit. Besarnya NPL menjadi salah satu penyebab sulitnya perbankan dalam menyalurkan kredit (Sentausa, 2009).

ROA adalah salah satu metode penilaian yang digunakan untuk mengukur tingkat rentabilitas sebuah bank, yaitu tingkat keuntungan yang dicapai oleh sebuah bank dengan seluruh dana bank. ROA membandingkan laba terhadap total asset, rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan asset yang dilakukan oleh bank bersangkutan.

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. SBI diterbitkan oleh BI sebagai salah satu piranti Operasi Pasar Terbuka, kegiatan transaksi di pasar uang yang dilakukan oleh BI dengan bank dan pihak lain dalam rangka pengendalian moneter. Tingkat suku bunga ini ditentukan oleh mekanisme pasar bedasarkan sistem lelang (PBI No. 4/10/PBI/2002). SBI merupakan instrument yang menawarkan return (risk free) gagal bayar (Ferdian, 2008). Suku bunga SBI yang terlalu tinggi membuat perbankan betah menenmpatkannya dananya di SBI ketimbang menyalurkan kredit (Sugema. 2010).

Melalui penelitiannya Anggrahini menemukan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kredit perbankan. Hasil serupa juga ditemukan oleh Soedarto (2004) dan Budiawan (2008). Sementara hasil yang berbeda ditemukan oleh Setiyati


(26)

10

dimana DPK berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kredit perbankan.

Menurut Soedarto (2004) Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kredit perbankan, demikian juga dengan penelitian yang dilakukakan oleh Budiawan (2008). Sedangkan menurut Lestari CAR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kredit perbankan.

Masih menurut Soedarto (2004) Non Performing Loan (NPL) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kredit perbankan. Namun menurut Harmanta dan Ekananda (2005) berpengaruh dan negatif dan signifikan. Sementara Budiawan (2008) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kredit perbankan.

Menurut Desi Arisandi Return On Asset (ROA) mempunyai pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap tingkat penawaran kredit.

Dan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) menurut Anggrahini berpengaruh positif dan signifikan terhadap kredit perbankan. Namun menurut Harmanta dan Ekananda (2005), dan Siregar (2006) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kredit perbankan. Sementara menurut Masyitha tidak berpengaruh signifikan terhadap kredit perbankan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah digunakannya penelitian dilakukan pada 18 bank umum di Indonesia. Data


(27)

11

rasio dan data dana pihak ketiga, suku bunga SBI dan data jumlah uang beredar adalah data triwulan denga periode penelitian dari tahun 2005-2009.

Dari latar belakang di atas dan mengingat betapa pentingnya fungsi bank saat ini sebagai intermediasi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Dengan demikian penelitian ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kebijakan Penyaluran Kredit Perbankan”. (Studi kasus pada Bank Umum di Indonesia Tahun 2005 – 2009)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan permasalahan yang ada sebagai berikut :

1. Apakah secara simultan variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Dana Pihak Ketiga (DPK), Suku Bunga SBI, dan Jumlah Uang Beredar (JUB) berpengaruh secara signifikan terhadap Penyaluran Kredit ?

2. Apakah secara parsial variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Dana Pihak Ketiga (DPK), Suku Bunga SBI, dan Jumlah Uang Beredar (JUB) berpengaruh secara signifikan terhadap Penyaluran Kredit ?


(28)

12

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

a). Untuk menganalisa apakah secara simultan variabel CAR, ROA, LDR, NPL, DPK, Suku Bunga SBI, dan Jumlah Uang Beredar terhadap Penyaluran Kredit.

b). Untuk menganalisa apakah secara parsial variabel CAR, ROA, LDR, NPL, DPK, Suku Bunga SBI, dan Jumlah Uang Beredar terhadap Penyaluran Kredit.

2. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat mmemberikan manfaat ganda, yakni manfaat bagi akademisi maupun praktisi.

a) Dari segi teoritis pada persfektif akademis, penelitian ini akan bermanfaat untuk :

1) Bagi peneliti untuk mendapatkan pengembangan dan melatih diri dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama masa perkuliahan.

2) Bagi civitas akademika untuk memberikan sumbangan pikiran sebagai bahan perbandingan kepada semua pihak yang melakukan penelitian lebih lanjut.


(29)

13

1) Bagi pihak perbankan, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi manajemen perbankan sebagai acuan dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi.

2) Bagi investor dan masyarakat untuk memberikan informasi tambahan guna melakukan pertimbangan dalam hal menginvestasikan dananya dan juga peminjaman kredit di perbankan.


(30)

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. Pengertian lembaga keuangan

Menurut Ahmad Rodoni (2005:1) Lembaga keuangan (financial institution) merupakan suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk asset-asset keuangan (financial assets) maupun non-financial asset atau asset riil.

Menurut Pasal 1 Undang-Undang No. 14/1967 yang kemudian diganti dengan Undang-Undang No. 7/1992 tentang perbankan di Indonesia bahwa lembaga keuangan merupakan badan atau lembaga yang kegiatannya menarik dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat.

Dalam keputusan SK Menkeu RI no. 792 Tahun 1990 dinyatakan bahwa lembaga keuangan adalah semua badan usaha yang kegiatannya di bidang keuangan melakukan penghimpunan dana, penyaluran dana kepada masyarakat terutama dalam membiayai investasi pembangunan.

Dari pengertian dapat di simpulkan yang di maksud lembaga keuangan adalah badan usaha atau institusi yang memiliki kekayaan


(31)

15

berupa aset-aset berharga dan dalam kegiatanya menarik dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali ke masyarakat.

Lembaga keuangan dapat di bedakan menjadi dua, yaitu : (Ahmad Rodoni, 2006:3).

a. Lembaga keuangan depositori, yaitu lembaga keuangan (bank) menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan (deposits), misalnya tabungan, deposito berjangka dan giro yang diterima dari penabung.

b. Lembaga keuangan non-depositori (bukan bank) dikelompokkan menjadi tiga bagian, antara lain bersifat kontraktual (contractual institutions) yaitu menarik dana dari masyarakat dengan menawarkan dana untuk memproteksi penabung terhadap risiko ketidakpastian, misalnya perusahaan asuransi dan dana pensiun. Berikutnya adalah lembaga keuangan investasi (investment institutions) yaitu lembaga keuangan yang kegiatannya melakukan investasi di pasar uang dan pasar modal, misalnya perusahaan efek dan reksadana. Bagian ketiga adalah tidak termasuk dalam kelompok kontraktual dan investasi yaitu perusahaan modal ventura (venture capital) dan perusahaan pembiayaan (finance company), yang menawarkan jasa pembiayaan sewa guna usaha (leasing), anjak piutang (factoring), pembiayaan konsumen (consumer company) dan kartu kredit (credit card).


(32)

16

B. Bank

1. Pengertian bank

Bank dapat didefinisikan sebagai suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai perantara (financial intermediary) untuk menyalurkan penawaran dan permintaan kredit pada waktu yang di tentukan.(Kasmir, 2001:2003). Pengertian bank menurut UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan yang kemudian diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 adalah : (Ahmad Rodoni, 2006:22).

a. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau dalam bentuk-bentuk lainya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.

b. Bank umum adalah bank yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatanya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

c. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatanya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.


(33)

17

2. Jenis-Jenis bank

a. Jenis Bank Berdasarkan Fungsinya 1) Bank Sentral

Menurut UU No.3 Tahun 2004, Bank Sentral adalah lembaga negara yang mempunyai wewenang untuk mengeluarkan alat pembayaran yang sah dari suatu negara, merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, mengatur dan mengawasi perbankan serta menjalan fungsi sebagai lender of the last resort. Di Indonesia yang dimaksud dengan Bank Sentral adalah Bank Indonesia.

Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan pemerintah dan atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang ini.(Ahmad Rodoni, 2006:9). a) Tujuan Bank Indonesia

Menurut UU RI No. 3 Tahun 2004 Pasal 7, dijelaskan tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Untuk mencapai tujuan yang dimaksud Bank Indonesia melaksanakan kebijakan berkelanjutan, konsisten, transparan, dan harus mempertimbangkan kebijakan umum pemerintah di bidang perekonomian.(Ahmad Rodoni, 2006:10).


(34)

18

b. Tugas Bank Indonesia

Berdasarkan UU No. 3 Tahun 2004, Bank Indonesia mempunyai tugas sebagai berikut: (Ahmad Rodoni, 2006:10). (1) menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter

(2) mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran (3) mengatur dan mengawasi bank

2) Bank Umum

Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya meberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.(Kasmir, 2001:33).

Fungsi pokok bank umum adalah : (Ahmad Rodoni, 2006:22).

1) Menyediakan mekanisme alat pembayaran yang lebih efisien dalam kegiatan ekonomi.

2) Menciptakan uang.

3) Menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat. 4) Menawarkan jasa-jasa keuangan.

Kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh bank umum menurut UU No. 10 Tahun 1998 adalah : (Ahmad Rodoni, 2006:22).

1) Menghimpun dana dari masyarakat. 2) Memberi kredit


(35)

19

4) Membeli, menjual atau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya.

5) Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah.

6) Menempatkan dana pada, meminjamkan dana dari atau meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel tunjuk, cek atau sarana lainya.

7) Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan antara pihak ketiga.

8) Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga. 9) Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain

berdasarkan suatu kontrak (custodian).

10) Melakukan penempatan dana kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercacat di bursa efek.

11) Membeli melalui pelanggan agunan baik semua maupun sebagian dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan agunan yang di beli tersebut wajib dicairkan secepatnya.

12) Melakukan kegiatan anjak piutang (factoring), kartu kredit dan kegiatan wali amanat (trustee).


(36)

20

3) Bank Perkreditan Rakyat

BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum.(Kasmir, 2001:34).

BPR dalam melakukan kegiatannya tidak sama dengan kegiatan yang dilakukan oleh bank konvensional (bank umum). Ada kegiatan-kegiatan yang tidak boleh dilakukan oleh BPR, yaitu: (Dahlan Siamat, 2005:404).

a) menerima simpanan berupa giro, b) mengikuti kliring,

c) melakukan kegiatan valuta asing, d) melakukan kegiatan perasuransian.

Adapun bentuk kegiatan yang boleh dilakukan oleh BPR meliputi hal-hal berikut ini. (Dahlan Siamat, 2005:404).

a) Menghimpun dana dalam bentuk simpanan tabungan dan simpanan deposito.

b) Memberikan pinjaman kepada masyarakat.

c) Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah.


(37)

21

a. Jenis Bank Berdasarkan Kepemilikannya

Apabila ditinjau dari segi kepemilikannya, jenis bank terdiri atas bank milik pemerintah, bank milik swasta nasional, dan bank milik swasta asing. (Kasmir, 2001:34).

1) Bank Milik Pemerintah

Bank pemerintah adalah bank di mana baik akta pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank dimiliki oleh pemerintah pula. Contohnya Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri. Selain itu ada juga bank milik pemerintah daerah yang terdapat di daerah tingkat I dan tingkat II masing-masing provinsi. Contoh Bank DKI, Bank Jateng, dan sebagainya. (Kasmir, 2001:34).

2) Bank Milik Swasta Nasional

Bank swasta nasional adalah bank yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh swasta nasional serta akta pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya juga dipertunjukkan untuk swasta pula. Contohnya Bank Muamalat, Bank Danamon, Bank Central Asia, Bank Lippo, Bank Niaga, dan lain-lain. (Kasmir, 2001:34).

3) Bank Milik Asing

Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing atau pemerintah asing. Kepemilikannya dimiliki oleh pihak luar negeri. Contohnya ABN AMRO bank, City Bank, dan lain-lain. (Kasmir, 2001:35).


(38)

22

b. Jenis Bank Menurut Operasionalnya 1) Bank Konvensional

Pengertian kata “konvensional” menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah “menurut apa yang sudah menjadi kebiasaan”. Sementara itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah “berdasarkan kesepakatan umum” seperti adat, kebiasaan, kelaziman.

Berdasarkan pengertian itu, bank konvensional adalah bank yang dalam operasionalnya menerapkan metode bunga, karena metode bunga sudah ada terlebih dahulu, menjadi kebiasaan dan telah dipakai secara meluas dibandingkan dengan metode bagi hasil.

Bank konvensional pada umumnya beroperasi dengan mengeluarkan produk-produk untuk menyerap dana masyarakat antara lain tabungan, simpanan deposito, simpanan giro; menyalurkan dana yang telah dihimpun dengan cara mengeluarkan kredit antara lain kredit investasi, kredit modal kerja, kredit konsumtif, kredit jangka pendek; dan pelayanan jasa keuangan antara lain kliring, inkaso, kiriman uang, Letter of Credit, dan jasa-jasa lainnya seperti jual beli surat berharga, bank draft, wali amanat, penjamin emisi, dan perdagangan efek.

Bank konvensional dapat memperoleh dana dari pihak luar, misalnya dari nasabah berupa rekening giro, deposit on call, sertifikat deposito, dana transfer, saham, dan obligasi. Sumber ini merupakan pendapatan bank yang paling besar. Pendapatan bank tersebut, kemudian


(39)

23

dialokasikan untuk cadangan primer, cadangan sekunder, penyaluran kredit, dan investasi. Bank konvensional contohnya bank umum dan BPR. 2) Bank Syariah

Bank syariah muncul di Indonesia pada awal tahun 1990-an. Pemrakarsa pendirian bank syariah di Indonesia dilakukan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 18 – 20 Agustus 1990.

Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam, maksudnya adalah bank yang dalam operasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah secara Islam.

Falsafah dasar beroperasinya bank syariah yang menjiwai seluruh hubungan transaksinya adalah efesiensi, keadilan, dan kebersamaan. Efisiensi mengacu pada prinsip saling membantu secara sinergis untuk memperoleh keuntungan sebesar mungkin.

Keadilan mengacu pada hubungan yang tidak dicurangi, ikhlas, dengan persetujuan yang matang atas proporsi masukan dan keluarannya. Kebersamaan mengacu pada prinsip saling menawarkan bantuan dan nasihat untuk saling meningkatkan produktivitas.

Kegiatan bank syariah dalam hal penentuan harga produknya sangat berbeda dengan bank konvensional. Penentuan harga bagi bank syariah didasarkan pada kesepakatan antara bank dengan nasabah penyimpan dana sesuai dengan jenis simpanan dan jangka waktunya, yang akan menentukan besar kecilnya porsi bagi hasil yang akan diterima


(40)

24

penyimpan. Berikut ini prinsip-prinsip yang berlaku pada bank syariah. (Ahmad Rodoni, 2006:37).

a) Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah).

b) Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah). c) Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah). d) Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan

(ijarah).

e) Pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).

Dalam rangka menjalankan kegiatannya, bank syariah harus berlandaskan pada Alquran dan hadis. Bank syariah mengharamkan penggunaan harga produknya dengan bunga tertentu. Bagi bank syariah, bunga bank adalah riba.

Dalam perkembangannya kehadiran bank syariah ternyata tidak hanya dilakukan oleh masyarakat muslim, akan tetapi juga masyarakat nonmuslim. Saat ini bank syariah sudah tersebar di berbagai negara-negara muslim dan nonmuslim, baik di Benua Amerika, Australia, dan Eropa. Bahkan banyak perusahaan dunia yang telah membuka cabang berdasarkan prinsip syariah. Contoh Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat (dikutip dari dahlanforum.wordpress.com tanggal 15 November 2010)


(41)

25

A. Fungsi Bank

Secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat luas (funding) dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman atau kredit (lending) untuk berbagai tujuan. Secara garis besar bank hanya sebagai lembaga perantara saja, sehingga tanpa adanya himpunan dana dari masyarakat luas maka bank tidak dapat menjalankan kegiatan operasionalnya, karena bagian terpenting dalam operasional bank adalah penyaluran pinjaman kepada masyarakat yang membutuhkan, hal tersebut merupakan sumber pendapatan terbesar yang dihasilkan oleh bank.

Menurut Totok Budisantoso dan Sigit Triandaru (2006:9) dalam bukunya, fungsi bank yang lebih spesifik adalah sebagai berikut:

a. Agent of Trust

Dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau kepercayaan, baik dalam hal menghimpun dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan berminat menitipkan dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan juga percaya bahwa pada saat yang telah dijanjikan masyarakat dapat menarik kembali simpanan dananya di bank. Pihak bank juga akan mau menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitur atau masyarakat apabila dilandasi unsur kepercayaan. Pihak bank percaya bahwa debitur tidak akan menyalahgunakan pinjamannya, debitur akan


(42)

26

mengelola dananya dengan baik, debitur akan mampu membayar pada saat jatuh tempo, dan juga bank percaya bahwa debitur mempunyai niat baik untuk mengembalikan pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo.

b. Agent of Development

Sektor dalam kegiatan perekonomian masyarakat yaitu sektor moneter dan sektor riil. Kedua sektor tersebut tidak bisa dipisahkan dan saling berinteraksi mempengaruhi satu dengan yang lain. Sektor riil tidak dapat berkinerja dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Tugas bank sebagai penghimpun dana dan penyalur dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan investasi, distribusi, dan konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi selalu berkaitan dengan uang, sehingga dapat membangun perekonomian masyarakat.

c. Agent of Service

Disamping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa-jasa yang ditawarkan ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa-jasa bank ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga, jasa pemberian jaminan bank, dan jasa penyelesaian tagihan.


(43)

27

C. Kredit

a. Pengertian Kredit

Dalam bahasa latin kredit disebut “credere” yang artinya percaya. Maksudnya si pemberi kredit percaya kepada si penerima kredit, bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit berarti menerima kepercayaan, sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar kembali pinjaman tersebut sesuai dengan jangka waktunya. (Kasmir, 2003:101).

Menurut UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan Menurut UU No. 10 Tahun 1998 kredit adalah :

“Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangna setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan”.

Menurut Suliso (2000:69) mendefinisikan kredit sebagai berikut :

“Secara umum kredit adalah penyediaan uang atau tagihan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi kewajibannya setelah jangka waktu tertentu. Kewajiban tersebut dapat berupa pokok pinjaman, bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan”.

Menurut Teguh Podjo Muljono (2001:9) mendefinisikan kredit adalah: ”Kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayaran akan dilakukan ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati”.

Menurut Kasmir dalam bukunya Dasar-dasar Perbankan (2004:102) kredit adalah:

”Penyedian uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan inbalan atau bagi hasil”.


(44)

28

Sedangkan menurut Malayu S.P. Hasibuan (2002:87) menjelaskan tentang kredit:

“Kredit merupakan semua jenis pinjaman yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati”.

Dari pengertian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pihak yang mendapatkan kredit (debitor) adalah yang mendapat keperacayaan dari pihak yang memberikan kredit (creditor), tentunya setelah memenuhi syarat dan penilaian atas kemampuan dan niat baiknya.

b. Unsur – unsur kredit

Dalam pemberian kredit haruslah ada unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit, unsur-unsur kredit menurut Kasmir (2002:94), adalah sebagai berikut :

a. Kepercayaan

Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit yang diberikan (berupa uang, barang, jasa) akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu dimasa datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya sudah dilakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah bank baik secara intern maupun secara ekstern. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap nasabah pemohon kredit Menurut Kasmir (2000:74) kepercayaan adalah suatu keyakinan pemberian kredit (bank) bahwa kredit yang diberikan baik berupan uang, barang atau jasa benar-benar diterima kembali dimasa tertentu dimasa yang akan datang.


(45)

29

b. Kesepakatan

Adanya kesepakatan antara pemberi kredit dengan penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian tertulis dimana masing-masing pihak mendatangi hak dan kewajibannya masing-masing. Kesepakatan penyaluran kredit dituangkan dalam akad kredit yang ditandatangani oleh kedua belah pihak yaitu pihak bank dan nasabah. Kasmir (2000:75).

c. Jangka waktu

Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah, atau jangka panjang. Kasmir (2000:75).

d. Risiko

Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnya atau kredit macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit maka semakin besar resikonya demikian sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank atau non bank, baik risiko tidak sengaja, misalnya terjadi bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan panjang. Kasmir (2000:75).

e. Balas jasa

Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank atau non


(46)

30

bank. Sedangkan bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasa ditentukan dengan bagi hasil panjang. Kasmir (2000:75).

c. Tujuan kredit

Pemberian suatu fasilitas pemberian kredit mempunyai tujuan. Tujuan utama pemberian kredit menurut Kasmir (2002:96), antara lain:

a. Mencari keuntungan

Bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank atau non bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank atau non bank.

b. Membantu Usaha Nasabah

Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya.

c. Membantu Pemerintah

Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti peningkatan pembangunan diberbagai sektor.


(47)

31

d. Fungsi kredit

Disamping unsur-unsur diatas, suatu fasilitas kredit memiliki fungsi menurut Kasmir (2002:97) sebagai berikut :

a. Untuk meningkatkan daya guna uang

Maksudnya jika uang hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh penerima kredit.

b. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

Dalam hal ini uang yang diedarkan atau disalurkan dari suatu wilayah ke wilayah lainnya sehingga suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya.

c. Untuk meningkatkan daya guna barang

Kredit yang diberikan oleh bank akan digunakan oleh debitur untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat.

d. Meningkatkan peredaran uang

Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari suatu wilayah lainnya atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah barang yang beredar.


(48)

32

e. Sebagai alat stabilitas ekonomi

Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat.

f. Untuk Meningkatkan Kegairahan Berusaha

Bagi peneriaam kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha, apalagi bagi nasabah yang modalnya pas-pasan.

g. Untuk Meningkatkan Pemerataan Pendapatan

Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan semakin baik, terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit diberikan untuk membangun pabrik maka pabrik tersebut tentu membutuhkan tenaga kerja sehingga dapat pula mengurangi pengangguran.

h. Untuk Meningkatkan Hubungan Internasional

Dalam pinjaman internasional akan dapat meningkat, saling membutuhkan antara pemberi kredit dengan penerima kredit. Pemberi kredit oleh Negara lain akan meningkatkan kerja sama dibidang lainnya.

e. Jenis – jenis kredit

Pemberian kredit pada umumnya ditujukan untuk meningkatkan kemampuan perorangan atau badan yang membutuhkan. Bank Indonesia sebagai pemberi kredit, dapat memberikan bantuannya secara langsung kepada pihak ketiga bukan bank, seperti Pertamina, yang disebut dengan kredit langsung. Sedangkan kredit yang diberikan oleh Bank Indonesia ke


(49)

33

bank-bank umum, ditujukan untuk membantu bank umum dalam memenuhi kebutuhan likuiditasnya maupun kebutuhan yang akan disalurkan ke nasabahnya. Kredit jenis ini disebut dengan Kredit Likuiditas. (Judisseno 2005: 170)

Adapun jenis-jenis kredit menurut Judisseno (2005: 170) adalah sebagai berikut:

a. Kredit dari segi tujuannya, meliputi:

1) Kredit konsumtif, yaitu kredit yang diberikan dengan maksud untuk memperlancar kegiatan yang sifatnya konsumtif, seperti Kredit Pemilikian Rumah (KPR), Kredit Pembelian Mobil/Motor, Credit Card, dan kredit konsumtif lainnya.

2) Kredit produktif, yaitu kredit yang diberikan dengan maksud untuk memperlancar proses produksi;

3) Kredit perdagangan, yaitu kredit yang diberikan untuk membantu pihak-pihak yang akan membeli barang untuk dijual kembali, seperti bank garansi, anjak piutang, self liquidity credit, pinjaman berjangka (term loan), pembiayaan bersama, dan jenis-jenis pinjaman lainnya yang dikeluarkan oleh bank untuk membantu pembiayaan modal kerjanya seperti L/C dan sebagainya

b. Kredit dari segi penggunaanya, meliputi:

1) Kredit eksploitasi, yaitu kredit berjangka waktu pendek yang diberikan oleh bank kepada perusahaan yang membutuhkan modal


(50)

34

kerja untuk memperlancar kegiatan operasional perusahaan. Kredit ini sering disebut sebagai kredit modal kerja;

2) Kredit investasi, kredit ini adalah kredit jangka menengah atau jangka panjang yang diberikan oleh bank kepada pihak perusahaan yang membutuhkan dana untuk investasi atai penanaman modal. c. Kredit dilihat dari segi jangka waktunya, meliputi:

1) Jangka pendek, biasanya berkisar antara 1 (satu) tahun. 2) Menengah, biasanya berkisar antara 1-3 tahun.

3) Jangka panjang, biasanya berkisar lebih dari 3 tahun.

Sedangkan jenis-jenis kredit menurut Susilo (2000: 72) adalah sebagai berikut:

a. Atas Dasar Tujuan Penggunaan

Atas dasar tujuan penggunaan dana oleh debitur, kredit dapat dibedakan menjadi:

1) Kredit Modal Kerja (KMK)

KMK (Kredit Modal Kerja) yang digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja nasabah.

2) Kredit Investasi (KI)

Kredit Investasi adalah kredit yang digunakan untuk pengadaan barang modal jangka panjang untuk kegiatan usaha nasabah.


(51)

35

3) Kredit Konsumsi

Kredit Konsumsi adalah kredit yang digunakan dalam rangka pengadaan barang atau jasa untuk tujuan konsumsi.

b. Atas Dasar Cara Penarikan Dana 1. Cash-Loan

Cash Loan adalah kredit yang memungkinkan nasabah menarik dana tunai secara langsung tanpa adanya persyaratan khusus tertentu. Yang termasuk dalam jenis kredit ini adalah Kredit Investasi dan Kredit Modal Kerja.

2) Non-Cash-Loan

Non-Cash Loan adalah kredit yang tidak memungkinkan nasabah menarik dana tunai secara langsung tanpa adanya persyaratan khusus tertentu. Yang termasuk jenis dalam jenis ini antara lain adalah Bank Garansi dan L/C.

D. Rasio Keuangan

Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keungan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Dari hasil rasio keuangan ini akan terlihat kondisi kesehatan perusahaan yang bersangkutan (Kasmir, 2008:104). Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil


(52)

36

perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Misalnya antara utang dan modal, antara kas dan total aset, antara harga pokok produksi dengan total penjualan, dan sebagainya. Teknik ini sangat lazim digunakan para analisis keuangan. Rasio keuangan sangat penting dalam melakukan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan. Rasio keuangan itu bisa banyak sekali (Harahap, 2007:297).

Rasio keuangan, membantu kita untuk mengidentifikasi beberapa kelemahan dan kekuatan keuangan perusahaan. Rasio tersebut memberikan dua cara, bagaimana membuat perbandingan dan data keuangan perusahaan yang berarti : (1) kita dapat meneliti rasio antar-waktu (katakanlah untuk 5 tahun terkahir) untuk meneliti arah pergerakannya; dan (2) kita dapat membandingkan rasio perusahaan lainnya. Tujuan dari penggunaan suatu rasio saat menganalisis informasi keuangan secara sederhana dilakukan dengan membuat standar tolak ukur atas informasi yang akan dianalisis agar rasio dari dua perusahaan yang berbeda dapat dibandingkan atau juga satu perusahaan dengan batas-batas waktu yang berbeda (Keown, Martin, Petty, dan Scott JR, 2004:70-71). Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dapat dilakukan dengan beberapa rasio keuangan. Setiap rasio keuangan memiliki tujuan, kegunaan, dan arti tertentu. Kemudian, setiap hasil dari rasio yang diukur diiterpretasikan sehingga menjadi berarti bagi pengambilan keputusan. Berikut ini adalah bentuk dari rasio keuangan yaitu Capital Adequacy


(53)

37

Ratio (CAR), Loan to deposit Ratio (LDR), Return On Assets (ROA), Non Performing Loan (NPL)

1. Capital Adequacy Ratio ( CAR )

Menurut Slamet Riyadi (2003:142) Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki oleh bank. CAR memperlihatkan kemampuan bank dalam memenuhi kecukupan modalnya. CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva beresiko, CAR juga menjadi indikator untuk melihat tingkat efisiensi dana modal bank yang digunakan untuk investasi. Apabila persentase CAR terlalu kecil (lebih rendah dari standar BI) maka bank tersebut termasuk ke dalam kategori bank tidak sehat, namun apabila persentase CAR terlalu besar berarti terlalu besar dana bank yang menganggur (idle fund). Ahmad Faishol (2007:153).

Bank have to make decisions about the amount of capital they need to hold for three reasons. First, bank capital helps prevents bank failure, a situation in which the bank cannot satisfy its obligations to pay its depositors and other creditors and so goes out of business. Second, the amount of capital affects returns for the owners (equity holders) of the bank. Third, a minimum amount of bank capital (bank capital requirement) is required by regulatory authorities. (Frederic S Mishkin, 2007:231).


(54)

38

Karena itu penilaian mengenai kecukupan modal menjadi salah satu bagian terpenting dalam menilai kondisi bank. Dalam anggaran dasar suatu bank dikenal pengertian modal dasar dan modal disetor. Modal dasar yaitu jumlah modal yang dinyatakan dalam anggran dasar sedangkan modal disetor adalah jumlah modal yang telah disetor secara efektif oleh pemilik modal tersebut. Bagi bank umum dikenal istilah modal inti (meliputi modal disetor, cadangan umum, cadangan tujuan, laba tahun lalu, laba/rugi berjalan) dan modal pelengkap (meliputi penilaian aktiva tetap, cadangan umum PPAP, pinjaman sub ordinasi) dalam menghitungkan kecukupan modal bank yang bersangkutan.

Penerapan penghitungan kecukupan modal bagi bank Indonesia sejak bulan Mei 1993 telah mengikuti Standart Bank For International Settlement (BIS) dengan beberapa penyesuaian, sesuai dengan usaha yang dilakukn oleh perbankan di Indonesia. Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum (KPMM) atau yang sering dikenal CAR (Capital Adequacy Ratio) bank diukur berdasarkan persentase antara Modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).

Langkah pertama pada penghitungan CAR adalah menghitung Risk Weighted Assets atau Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Dalam hal ini seluruh aktiva diberi timbangan bobot tertentu berdasarkan timbangan tertentu dari yang tidak berisiko (risiko = 0%) sampai yang paling berisiko (risiko = 100%). Pembobotan ini, bank terlebih dahulu melakukan pengujian terhadap risiko kredit (credit assessment)


(55)

39

berdasarkan kriteria tertentu. Contoh sistem pembobotan : kredit kepemilikan rumah dengan hipotek sebesar 50%, kredit komersial sebesar 100% atau tergantung dari credit assessment terhadap kreditur. Surat hutang atau kalim komersial bobotnya 100% atau tergantung dari credit assessment terhadap kreditur.

Untuk mendapatkan nilai CAR langkah selanjutnya adalah membagi Modal Bank (Bank’s Equities) dengan Risk Weighted Assets (ATMR). Dari rumus tersebut dapat dilihat bahwa apabila suatu bank semakin agresif menyalurkan dananya ke dalam aktiva produktif yang berisiko (karena mengharapkan pendapatan bunga yang lebih besar), sudah seharusnya bank tersebut juga harus memiliki modal yang semakin besar.

= × 100%

Keterangan :

Modal : terdiri atas modal inti dan modal pelengkap ATMR : Aktiva tertimbang menurut resiko

2. Loan to Deposit Ratio (LDR)

Menurut Perry Warjiyo (2004:26), dalam kenyataannya perilaku penawaran kredit perbankan tidak hanya dipengaruhi oleh dana yang tersedia yang bersumber dari DPK (Dana Pihak Ketiga), tetapi juga dipengaruhi oleh persepsi bank terhadap prospek usaha debitur dan kondisi perbankan itu sendiri seperti permodalan atau CAR (Capital


(56)

40

Adequacy Ratio), jumlah kredit macet atau NPLs (Non Performing Loans), dan LDR (Loan to Deposit Ratio).

Menurut Slamet Riyadi (2003;146), LDR adalah perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total Dana Pihak Ketiga yang dapat dihimpun oleh Bank. LDR akan menunjukan tingkat kemampuan Bank dalam menyaluran dana pihak ketiga yang dihimpun oleh Bank yang bersangkutan. Menurut Ahamd Faishol (2007: 151) LDR yaitu rasio antara jumlah seluruh kredit yang diberikan Bank dengan dana yang diterima oleh Bank. LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank untuk membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Maksimal LDR yang di perkenankan oleh Bank Indonesia adalah sebesar 110%. Rumus Loan to Deposit Ratio adalah:

= × 100%

3. Return On Asset ( ROA )

Return on Assets (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh profitabilitas dan mengelola tingkat efisiensi usaha bank secara keseluruhan. Semakin besar nilai rasio ini menunjukkan tingkat rentabilitas usaha bank semakin baik atau sehat (Mahrinasari, 2003). Sedangkan menurut Bank Indonesia, Return On Asset (ROA) merupakan perbandingan antara laba sebelum


(57)

41

pajak dengan rata-rata total asset dalam satu periode. Dalam bukunya, Frederic Mishkin (2007:232) menyatakan bahwa, because owners of a bank must know whether their bank is being managed well, they need good measures of bank profitability. A basic measure of bank profitability is return on assets (ROA). Semakin besar Return On Asset (ROA) menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena return semakin besar. Sehingga dalam penelitian ini menggunakan Return On Asset (ROA) sebagai indikator pengukur kinerja keuangan perusahaan perbankan. Return on Asset (ROA) dipilih sebagai indikator pengukur kinerja keuangan perbankan karena Return on Asset (ROA) digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Return on Asset (ROA) merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total asset. Semakin besar Return on Asset menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat kembalian semakin besar. Apabila Return on Asset meningkat, berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham (Husnan, 1998).

Rumus dari Return On Asset adalah :

=


(58)

42

4. Non Performing Loan (NPL)

Menurut Manurung dan Prathama Rahardja (2004: 196), NPL (Non Performing Loans terbagi menjadi dua, yaitu kredit tidak lancar dan kredit macet, kredit tidak lancar adalah kredit yang masih dilakukan pembayarannya, tetapi lebih lambat dari jadwal yang seharusnya. Sedangkan kredit macet adalah kredit yang sejak + 21 bulan dikategorikan diragukan, belum ada pelunasan atau upaya penyelamatan kredit. NPL (Non Perfoming Loan) atau tingkat kredit macet menunjukkan berapa persen kredit yang bermasalah dari keseluruhan kredit yang mereka kucurkan ke masyarakat. NPL juga merupakan faktor yang sangat penting bagi penilaian kinerja perbankan, bahkan hamper semua rasio nilainya dipengaruhi oleh NPL.

Bank Indonesia sebagai regulator perbankan di Indonesia telah mengeluarkan peratuaran Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 yang menetapkan NPL maksimim 5%. Semakin rendah NPL semakin bagus karena jumlah kredit yang bermasalah/macet pada bank tersebut semakin kecil begitupun sebaliknya semakin tinggi NPL suatu bank maka akan semakin besar kredit yang bermasalah/macet pada bank tersebut.

NPLs menunjukan kemampuan kolektibilitas sebuah bank dalam mengumpulkan kembali kredit yang dikeluarkan oleh bank sampai lunas. NPLs merupakan persentase jumlah kredit bermasalah (dengan kriteria


(59)

43

kurang lancar, diragukan, dan macet ). NPL dapat dirumuskan sebagai berikut :

= ℎ × 100%

E. Dana Pihak Ketiga (DPK)

Menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (Pasal 1) disebutkan bahwa, simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Dana pihak ketiga adalah dana yang diperoleh dari masyarakat, dalam arti masyarakat sebagai individu, perusahaan, pemerintah, rumah tangga, koperasi, yayasan, dan lain-lain baik dalam mata uang rupiah maupun dalam valuta asing. Pada sebagian besar atau setiap bank, dana masyarakat ini merupakan dana terbesar yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan fungsi bank sebagai penghimpunan dana dari masyarakat. (dikutip dari http//: esutomo.staff.gunadarma.ac.id/)

a. Giro (demand deposit)

Giro adalah simpanan masyarakat baik dalam bentuk rupiah maupun valuta asing pada bank yang dalam transaksinya (penarikan dan penyetoran) dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, kartu ATM, sarana perintah bayar yang lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.


(60)

44

Dana giro ini termasuk dana yang sensitive atau peka terhadap perubahan, atau disebut juga dana yang labil yang sewaktu dapat ditarik atau disetor oleh nasabah.

Sifat giro pada dasarnya adalah merupakan perintah nasabah kepada bank untuk memindahbukukan sejumlah tertentu uang atas bebar rekening penarik pada tangal yang ditentukan kepada pihak yang tercantum namanya dalam warkat bilyet giro tersebut.

b. Tabungan (saving deposit)

Tabungan adalah simpanan pihak ketiga dalam bentuk rupiah maupun valuta asing pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu dari masing-masing bank penerbit.

c. Simpanan Berjangka

 Deposito Berjangka (time deposit)

Deposito berjangka adalah simpanan pihak ketiga dalam rupiah maupun valuta asing, yang diterbitkan atas nama nasabah kepada bank dan penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan. Simpanan berjangka termasuk deposit on call yang jangka waktunya relatif lebih singkat dan dapat ditarik sewaktu-waktu dengan pemberitahuan sebelumnya.

 Sertifikat Berjangka

Sertifikat deposito atau negotiable Certificate of Deposits yang sering disingkat dengan CD adalah deposito berjangka yang bukti


(61)

45

simpanannya dapat diperdagangkan, yang juga merupakan surat pengakuan hutang dari bank dan lembaga keuangan bukan bank yang dapat diperjual-belikan dalam pasar uang.

 Deposit on Call

Deposit on call adalah simpanan atas nama (atau pihak ketiga bukan bank) dalam jumlah yang besar. Penarikannya hanya dapat dilakukan dengan pemberitahuan sebelumnya. Pemberitahuan nasabah kepada bank untuk penarikan tersebut dilakukan misalnya dalam jangka waktu sehari, tiga hari, seminggu, atau jangka waktu lainnya yang disepakati oleh nasabah dan bank yang bersangkutan.

F. Suku bunga SBI a. Suku Bunga

Menurut Kasmir (2003:37), bunga bagi bank berdasarkan prinsip konvensional dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya . Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayarkan kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman). Menurut Frederic S. Mishkin (2007:4), interest rate is the cost of borrowing or the price paid for the rental of funds (usually expressed as a percentage of the rental of $100 per year).

Menurut Ana Octavia (2007:13-14), unsur-unsur di dalam tingkat suku bunga, meliputi :


(62)

46

1) Syarat jatuh tempo

Berbagai pinjaman mempunyai syarat atau jatuh tempo. Pinjaman terpendek adalah pinjaman satu malam. Surat-surat berharga jangka pendek biasanya mempunyai periode sampai dengan satu tahun. Surat-surat berharga jangka panjang umumnya memberikan suku bunga yang lebih tinggi dibandingkan dengan jangka pendek.

2) Risiko

Ada pinjaman yang pada hakikatnya tidak memiliki risiko, sementara lainnya sangat bersifat spekulatif. Obligasi-obligasi dan tagihan-tagihan pemerintah didukung dengan penuh kepercayaan, oleh kredit dan kekuatan pajak dari pemerintah. Unsur-unsur ini dapat dipercaya karena bunga pinjaman pemerintah akan benar-benar dibayar. Risiko menengah terdapat pada pinjaman atas kredit-kredit perusahaan yang kondisinya baik. Sedangkan investasi yang berisiko mempunyai peluang gagal atau tidak dibayar yang sangat tinggi termasuk investasi pada perusahaan yang hampir bangkrut.

3) Likuiditas

Aktiva akan disebut “likuid“ apabila dapat ditukarkan dengan kas secara cepat dan hanya menimbulkan kerugian nilai yang sedikit. Sebagian besar surat berharga, termasuk saham biasa, obligasi perusahaan dan pemerintah, dapat diukur dengan kas secara cepat mendekati nilai sekarangnya. Aktiva-aktiva tidak likuid termasuk aktiva-aktiva unik yang tidak memiliki pasar yang berkembang baik.


(63)

47

4) Biaya-biaya administrasi

Waktu serta ketelitian yang diperlukan untuk administrasi berbagai jenis pinjaman, sangatlah berbeda. Pinjaman dengan biaya administrasi yang tinggi akan mempunyai bunga 5 sampai 10 persen per tahun lebih besar dari tingkat bunga lainnya.

b. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.8/13/DPM tentang Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Melalui Lelang, Sertifikat Bank Indonesia yang selanjutnya disebut SBI adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. Sebagai otoritas moneter, BI berkewajiban memelihara kestabilan nilai Rupiah. Dalam paradigma yang dianut, jumlah uang primer (uang kartal + uang giral di Bank Indonesia) yang berlebihan dapat mengurangi kestabilan nilai Rupiah. SBI diterbitkan dan dijual oleh BI untuk mengurangi kelebihan uang primer tersebut. (www.bi.go.id) G. Jumlah uang yang beredar (JUB)

Perkembangan uang beredar di Indonesia di pengaruhi oleh beberapa factor, antara lain : sector luat negeri, sector pemerintah, sector swasta domestic. dan sector lainnya. Transaksi-transaksi dari sector-sektor tersebut dicatat dalam neraca system moneter yang memperlihatkan besarnya jumlah uang yang beredar dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahannya.


(64)

48

Uang adalah suatu benda yang dapat dipertukarkan dengan benda lain; dapat digunakan untuk menilai benda lain atau sebagai alat hitung; dan dapat digunakan sebagai alat penyimpan kekayaan (Veithzal Rivai, 2007:3).

Uang adalah suatu alat yang dapat dipakai dan diterima oleh masyarakat umum sebagai alat pembayaran terhadap pembelian barang dan jasa (Zakaria, 2009:78).

Uang adalah sesuatu yang secara umum diterima dalam pembayaran barang dan jasa atau pembayaran atas hutang (Mishkin. 2008:68).

Uang adalah alat pembayaran yang sah yang diterbitkan oleh pemerintah (bank sentral) baik berbentuk kertas maupun logam yang memiliki nilai atau besaran tertentu yang tertera pada kertas atau logam yang di maksud yang penggunaanya diatur dan dilindungi dengan undang-undang (Putong dan Andjaswati, 2010:107).

Sehingga uang dapat diartikan sebagai alat tukar yang dapat berupa benda atau apapun yang diakui dan diterima oleh masyrakat luas sebagai alat pembayaran dalam proses pertukaran barang maupun jasa dan fungsi utamanya sebagai alat tukar dan satuan hitung.

Pada umumnya jumlah uang yang beredar bias ditentukan secara langsung oleh penguasa moneter tanpa mempersoalkan hubungannya


(65)

49

dengan uang inti, yang terdiri dari uang kartal ditambah dengan cadangan yang dimiliki oleh bank-bank umum. Perilaku seperti ini berlandaskan pada analisis penentuan JUB secara mekanis, dimana JUB dihubungkan dengan uang inti lewat angka pengganda. Besarnya angka pengganda ini ditentukan oleh rasio cadangan perbankan dan rasio antara uanga kartal dengan uang giral.

Perubahan jumlah uang yang beredar di tentukan oleh hasil interaksi antara masyarakat, lembaga keuangan dan bank sentral. Jumlah uang yang beredar adalah hasil kali uang primer (monetary base) dengan pengganda uang atau money multiplier.

Ahli-ahli ekonom sebelum Keynes, terutama ahli ekonomi Klasik, menumpukkan analisis mereka kepada efek dari perubahan-perubahan penawaran uang ke atas tingkat harga.

Teori permintaan uang terbagi menurut pandangan klasik dan pandangan keynessian.

a. Teori permintaan uang klasik

Menurut pandangan ekonomi klasik, fungsi uang hanyalah sebagai alat tukar. Karenanya jumlah uang yang diterima berbanding proporsional dengan tingkat output atau pendapatan. Bila tingkat output meningkat, maka permintaan uang meningkat, begitu juga sebaliknya. Jumlah uang yang dipegang masyarakat bukanlah semata-mata nilai nominalnya, tetapi


(66)

50

juga daya belinya, yaitu nilai nominal dibandingkan dengan tingkat harga (real modey balances) ( Ekawan dan fechruddiansyah, 2010:93).

Karena hanya berfungsi sebagai alat tukar, maka uang bersifat netral, dalam arti uang hanya mempengaruhi tingkat harga. Menurut pandangan Klasik, teori keuangan ini dibedakan menjadi dua bentuk yaitu teori kuantitas ( Quantity Theory of Money ) dan teori sisa tunai ( Cash Balance Theory ).

Dalam uraian yang akan dibuat, dengan nyata akan dapat dilihat bahwa kedua teori tersebut mempunyai bentuk yang berbeda. Akan tetapi pandangan pokok teori tersebut adalah sama, yaitu : perubahan dalam penawaran uang akan menimbulkan perubahan yang sama persentasinya dengan tingkat harga. Kenaikan penawaran uang akan menaikkan harga pada tingkat yang sama dan penurunan penawaran uang akan menurunkan harga juga pada tingkat yang sama ( Sadono Sukirno, 2010:296).

1). Teori kuantitas uang

Teori ini dikembangkan oleh Irving Fisher dengan menggunakan persamaan pertukaran. Persamaan tersebut dinyatakan sebagai berikut:

MV = PT

Dimana :

M = jumlah uang yang beredar

V = velositas uang (laju peredaran uang) P = tingkat harga umum


(67)

51

T = jumlah unit transaksi

Velositas uang merupakan konsep menunjukkan berapa kali dalam setahun uang berputar di dalam suatu perekonomian. Dalam jangka pendek, kecepatan uang beredar dianggap tetap.

Kesulitan dari model ini adalah pengukuran unit tranasaksi (T) yang memungkinkan kesulitan tersebut, maka nilai untuk T yang digunakan adalah nilai output riil (GDP riil).

Pandangan teori kuantitas uang dapat diringkas sebagai berikut: perubahan dalam penawaran uang yang akan menimbulkan perubahan yang sama tingkatnya ke atas harga-harga dan perubahan kedua variabel tersebut adalah kea rah yang sama. Apabila penawaran uang bertambah sebanyak lima persen, maka harga-harga bertambah sebanyak lima persen dan apabila penawaran uang berkurang sebanyak lima persen maka harga-harga juga akan berkurang lima persen ( Sadono Sukirno, 2010:297).

2). Teori sisa tunai

Teori ini dikembangkan oleh Alfred Marshall dari Cambridge, adalah orang pertama yang menerangkan teori kuantitas uang yang meneliti hubungan antara JUB dengan inflasi. Teori ini juga menerangka sifat hubungan di antara penawaran uang dan tingkat harga. Teori sisa tunai mempunyai pandangan yang sama dengan teori kuantitas uang. Teori ini juga berependapat bahwa perubahan dalam penawaran uang akan


(68)

52

menimbulkan perubahan harga-harga yang sama tingkatnya. Teori ini diterangkan dalam persamaan berikut (Putong dan Andjaswati, 2010:116):

M = kPT

Di mana M, P, dan T mempunyai arti yang sama dengan M, P, dan T dalam persamaan MV = PT. Dalam teori sisa tunai k adalah pendapatan masyarakat yang tetap dipegang dalam bentuk tunai. Sekiranya 20 persen dari pendapatan akan dipegang masyarakat dalam bentuk tunai, maka k =1/5. Dalam teori sisa tunai M = kPT atau M/k = PT. Sedangkan dalam persamaan teori kuantitas uang MV = PT. Dengan demikian M/k = MV, atau k = 1/V.

b. Teori permintaan uang Keynes

Di pasar uang, penawaran akan uang bertemu dengan permintaan akan uang dan menetukan “harga” dari uang. Menurut Keynes, “harga” uang adalah harga yang harus dibayar untuk penggunaan uang, yang tidak lain adalah tingkat bunga. Penawaran akan uang dianggap ditentukan oleh penguasa moneter sehingga identik dengan jumlah uang yang beredar.

Dalam analisis Keynes masyarakat meminta (memegang uang) untuk tiga tujuan yaitu :

1). Permintaan uang untuk transaksi

Memegang uang untuk membayar transaksi merupakan tujuan memegang uang yang paling penting. Uang sangat penting peranannya


(1)

132

IV -1.3375 -3.4966 -0.1113 -3.4999 2.81 -2.7395 2.6794 2.808

MEGA 2005 I -1.8445 -3.4835 -0.7195 -3.9221 2.81 -2.5983 2.6273 2.7637

II -1.9255 -3.6849 -0.8396 -4.3741 2.82 -2.495 2.6309 2.7671 III -2.1244 -4.0174 -0.651 -4.5099 2.82 -2.3026 2.6359 2.782 IV -2.1955 -4.382 -0.6685 -4.2475 2.83 -2.0596 2.6391 2.7876 2006 I -2.0867 -5.116 -0.6726 -4.1734 2.83 -2.0612 2.6386 2.7846 II -1.7574 -4.756 -0.7211 -4.0864 2.83 -2.0794 2.642 2.7826 III -1.772 -4.8159 -0.791 -4.057 2.83 -2.1848 2.6441 2.783 IV -1.8376 -4.733 -0.851 -4.0864 2.84 -2.3279 2.6489 2.7862 2007 I -1.8239 -3.8304 -0.8014 -3.9271 2.84 -2.4079 2.6482 2.7891 II -1.8313 -3.6929 -0.7923 -4.2545 2.84 -2.4361 2.6524 2.7888 III -1.8682 -3.7132 -0.7407 -4.3741 2.84 -2.495 2.6553 2.7948 IV -1.9512 -3.7593 -0.7606 -4.1799 2.85 -2.5257 2.6611 2.8012 2008 I -1.6373 -3.7091 -0.5591 -4.3051 2.84 -2.5307 2.659 2.8042 II -1.7137 -3.8032 -0.5619 -4.4568 2.85 -2.4384 2.6636 2.8112 III -1.8177 -3.868 -0.3945 -4.4145 2.84 -2.332 2.6666 2.82 IV -1.8226 -3.9221 -0.4359 -4.4397 2.85 -2.2229 2.6711 2.8208 2009 I -1.755 -3.9633 -0.5309 -3.9373 2.85 -2.4998 2.6718 2.8162 II -1.6378 -3.8585 -0.5913 -3.907 2.85 -2.6664 2.674 2.8144 III -1.623 -4.1166 -0.5012 -3.8873 2.85 -2.7364 2.6754 2.8136 IV -1.6692 -4.0342 -0.5653 -4.0745 2.85 -2.7395 2.6794 2.8183


(2)

133

Lampiran 2 : Hasil Uji Regresi Berganda

Sumber : Data Sekunder diolah

Model Summary

b

Model

R

R Square

Adjusted R

Square

Std. Error

of the

Estimate

1

.998

a

.995

.995

.1129229

a. Predictors: (Constant), ln_dpk, ln_CAR, ln_SBI,

ln_LDR, ln_npl, ln_M2, ln_ROA

b. Dependent Variable: kredit

Hasil Statistik Deskriptif

Variabel

N

Minimum Maximum

Mean

Std.

Deviation

ln_CAR

354

-2.5158

-.4676 -1.728417

.3468104

ln_ROA

354

-9.2103

-2.7806 -4.208562

.7960835

ln_LDR

354

-1.5559

.1877 -.370923

.3198478

ln_M2

354

2.6273

2.6794 2.654181

.0154465

ln_SBI

354

-2.7395

-2.0596 -2.407385

.2046295

ln_npl

354

-9.2103

-1.2852 -3.790393

1.1180542

ln_dpk

354

2.54

2.97

2.8103

.09655

kredit

360

11.6510

19.1413 16.270889

1.6188468

Valid N

(listwise)


(3)

134

Model Summary

b

Model

R

R Square

Adjusted R

Square

Std. Error

of the

Estimate

D-W

1

.998

a

.995

.995

.1129229

.890

a.

Predictors: (Constant), ln_dpk, ln_CAR, ln_SBI,

ln_LDR, ln_npl, ln_M2, ln_ROA

b. Dependent Variable: kredit

ANOVA

b

Model

Sum of

Squares

Df

Mean

Square

F

Sig.

1

Regression

928.422

7

132.632 10401.204

.000

a

Residual

4.412

346

.013

Total

932.834

353

a. Predictors: (Constant), ln_dpk, ln_CAR, ln_SBI, ln_LDR, ln_npl, ln_M2,

ln_ROA


(4)

135

Coefficients

a

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardize

d

Coefficients

T

Sig.

B

Std. Error

Beta

1

(Constant)

-31.950

1.244

-25.679

.000

ln_CAR

.079

.020

.017

3.923

.000

ln_ROA

.013

.010

.006

1.301

.194

ln_LDR

.909

.021

.179 43.547

.000

ln_M2

1.411

.495

.013

2.852

.005

ln_SBI

.024

.035

.003

.688

.492

ln_npl

.031

.006

.022

5.462

.000

ln_dpk

16.084

.075

.955 213.554

.000


(5)

136

Coefficients

a

Model

Correlations

Collinearity

Statistics

Zero-order Partial

Part

Tolerance

VIF

Ln.CAR

-.049 .206 .015 .735 1.361

Ln.ROA

.428 .070 .005 .575 1.738

Ln.LDR

.269 .920 .161 .810 1.235

Ln.M2

.223 .152 .011 .618 1.617

Ln.SBI

-.114 .037 .003 .705 1.419

Ln.NPL

.248 .282 .020 .876 1.141

Ln.DPK

.981 .996 .790 .683 1.464


(6)