39
berdasarkan kriteria tertentu. Contoh sistem pembobotan : kredit kepemilikan rumah dengan hipotek sebesar 50, kredit komersial sebesar
100 atau tergantung dari credit assessment terhadap kreditur. Surat hutang atau kalim komersial bobotnya 100 atau tergantung dari credit
assessment terhadap kreditur. Untuk mendapatkan nilai CAR langkah selanjutnya adalah
membagi Modal Bank Bank’s Equities dengan Risk Weighted Assets ATMR. Dari rumus tersebut dapat dilihat bahwa apabila suatu bank
semakin agresif menyalurkan dananya ke dalam aktiva produktif yang berisiko karena mengharapkan pendapatan bunga yang lebih besar,
sudah seharusnya bank tersebut juga harus memiliki modal yang semakin besar.
= × 100
Keterangan : Modal : terdiri atas modal inti dan modal pelengkap
ATMR : Aktiva tertimbang menurut resiko
2. Loan to Deposit Ratio LDR
Menurut Perry Warjiyo 2004:26, dalam kenyataannya perilaku penawaran kredit perbankan tidak hanya dipengaruhi oleh dana yang
tersedia yang bersumber dari DPK Dana Pihak Ketiga, tetapi juga dipengaruhi oleh persepsi bank terhadap prospek usaha debitur dan
kondisi perbankan itu sendiri seperti permodalan atau CAR Capital
40
Adequacy Ratio, jumlah kredit macet atau NPLs Non Performing Loans, dan LDR Loan to Deposit Ratio.
Menurut Slamet Riyadi 2003;146, LDR adalah perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total Dana Pihak Ketiga yang
dapat dihimpun oleh Bank. LDR akan menunjukan tingkat kemampuan Bank dalam menyaluran dana pihak ketiga yang dihimpun oleh Bank
yang bersangkutan. Menurut Ahamd Faishol 2007: 151 LDR yaitu rasio antara jumlah seluruh kredit yang diberikan Bank dengan dana yang
diterima oleh Bank. LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank untuk membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Maksimal LDR yang di perkenankan oleh Bank Indonesia adalah sebesar
110. Rumus Loan to Deposit Ratio adalah:
= × 100
3. Return On Asset ROA
Return on Assets ROA merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh profitabilitas
dan mengelola tingkat efisiensi usaha bank secara keseluruhan. Semakin besar nilai rasio ini menunjukkan tingkat rentabilitas usaha bank semakin
baik atau sehat Mahrinasari, 2003. Sedangkan menurut Bank Indonesia, Return On Asset ROA merupakan perbandingan antara laba sebelum
41
pajak dengan rata-rata total asset dalam satu periode. Dalam bukunya, Frederic Mishkin 2007:232 menyatakan bahwa, because owners of a
bank must know whether their bank is being managed well, they need good measures of bank profitability. A basic measure of bank profitability is
return on assets ROA. Semakin besar Return On Asset ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena return semakin
besar. Sehingga dalam penelitian ini menggunakan Return On Asset ROA sebagai indikator pengukur kinerja keuangan perusahaan
perbankan. Return on Asset ROA dipilih sebagai indikator pengukur kinerja keuangan perbankan karena Return on Asset ROA digunakan
untuk mengukur efektifitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Return on Asset ROA
merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total asset. Semakin besar Return on Asset menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik,
karena tingkat kembalian semakin besar. Apabila Return on Asset meningkat, berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak
akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham Husnan, 1998.
Rumus dari Return On Asset adalah :
=
−
× 100