CAR, ROA, LDR, NPL, DPK, Suku Bunga SBI, dan Jumlah Uang Statistik Deskriptif

74 penyajiannya yang biasanya disajikan dalam bentuk tabulasi baik secara grafik dan atau numerik. Statistik deskriptif memberikan gambaran suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata mean, standar deviasi, nilai maksimum dan minimum Ghozali, 2005:19. 2. Uji Asumsi Klasik Ketika melakukan uji asumsi klasik atas data primer ini, maka peneliti melakukan uji normalitas, uji multikolienaritas, dan uji Heteroskedastisitas, yaitu sebagai berikut: a. Normalitas Ada dua pengujian yang umumnya dilakukan pada data sebelum diterapkan sebelum sebuah metode statistik dilakukan, yaitu: uji normalitas data dan uji varian. Uji normalitas data adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data. Uji ini bertujuan untuk menguji apakah variabel yang digunakan mempunyai distribusi yang normal atau tidak. Ada beberapa cara untuk mendeteksi normalitas data, yaitu: 1 Dengan melihat penyebaran data titik pada sumbu diagonal dari grafik Q-Q Plot. Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas data adalah: Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka variabel-variabel tersebut memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal maka variabel-variabel tersebut tidak memenuhi asumsi normalitas. 75 2 Uji Kolmogorov-Smirnov, dengan dasar pengambilan keputusan sebgai berikut: Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas 0,05 maka distribusi data tidak normal. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas 0,05 maka distribusi data normal. b. Multikolienaritas Menurut Imam, Uji multikolienaritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi adalah sebagai berikut: 1 Nilai R 2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen. 2 Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi umumnya diatas 0.90, maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinieritas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti bebas dari multikolinieritas. 76 Multikolinieritas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel independen. 3 Multikolinieritas dapat juga dilihat dari 1 nilai tolerance dan lawannya 2 variance inflation factor VIF. Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi variabel dependen terikat dan diregres terhadap variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi karena VIF=1Tolerance. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai Tolerance 0.10 atau sama dengan nilai VIF 10. Setiap peneliti harus menentukan tingkat kolinieritas yang masih dapat ditolerir. Sebagai misal nilai tolerance =0.10 sama dengan tingkat kolinieritas 0.95. walaupun multikolinieritas dapat dideteksi dengan nilai Tolerance dan VIF, tetapi kita masih tetap tidak mengetahui variabel-variabel independen manasajakah yang saling berkorelasi. c. Heteroskedastisitas Menurut Imam Ghozali 2005:105, Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika 77 variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat Grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual Y prediksi – Y sesungguhnya yang telah di-studentized. Dasar analisis: 1 Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. 2 Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. d. Autokorelasi Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Tentu saja model regresi yang baik adalah bebas dari autokorelasi. 78 Menurut Singgih Santoso ada beberapa cara mendeteksi adanya autokorelasi diantaranya: 1 Angka Durbin Watson DW dibawah -2, berarti ada autokorelasi positif. 2 Angka Durbin Watson DW diantara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi. 3 Angka Durbin Watson DW diatas +2 berarti ada autokorelasi negatif. 3. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi dalam penelitian ini menjadi alat untuk mengukur bagaimana pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen. Tujuan dari analisis regresi adalah untuk memprediksi besarnya variabel dependen dengan menggunakan data variabel independen yang sudah diketahui besarnya. Untuk mengetahui pengaruh variabel dependen terhadap variabel independen, maka digunakan model regresi berganda dengan persamaan sebagai berikut: = + + + + + + + + Dimana: Y = Penyaluran Kredit a = Intercept variabel yang tidak dipengaruhi oleh variabel dipenden dan variabel independen b = Koefisien regresi dari variabel independen 79 X 1 = Capital Adequacy Ratio X2 = Loan To Deposit Ratio X3 = Return On Total Asset X4 = Non Performing Loan X5 = Dana Pihak Ketiga X6 = Suku Bunga SBI X7 = Jumlah Uang Beredar 4. Uji Signifikansi a. Uji Parameter Individual Uji statistik t Uji t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel depeden yang diuji pada tingkat signifikasi 0.05 maka variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen Ghozali, 2006. b. Uji Signifikasi Simultan uji statistik F Uji F dilakukan dengan tujuan menguji apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Jika nilai signifikasi 0.05 maka Ha ditolak, sebaliknya jika nilai signifikasi 0.05 maka Ha diterima. Dapat juga dilihat apabila F hitung lebih besar dari F tabel maka variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen secara simultan. 80 Untuk menentukan F hitung dapat dilakukan dengan rumus: = − 1 1 − − Dimana: R 2 = Koefisien determinan n = jumlah pengamatansampel k = jumlah parameter yang diestimasi dalam regresi 81

E. Operasional Variabel

Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel yang digunakan berikut dengan operasional dan cara pengukurannya. 1. Variabel Endogen Variabel endogen variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi variabel eksogen. Dalam penelitian ini yang merupakan variabel endogen atau variabel dependen adalah Penyaluran Kredit di Bank Umum. 2. Variabel Eksogen Variabel eksogen variabel independen adalah variabel yang diduga secara bebas berpengaruh terhadap variabel endogen. Dalam penelitian ini yang merupakan variabel eksogen variabel indenpenden adalah: a. Capital Adequacy Ratio CAR CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, Bank yang dinyatakan termasuk sebagai bank sehat harus memiliki CAR paling sedikit 8. CAR dapat dirumuskan sebagai berikut: = × 100 82 b. Return On Assets ROA Rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba sebelum pajak dengan total asset bank, rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang dilakukan oleh bank yang bersangkutan. = − × 100 c. Loan to Deposit Ratio LDR LDR akan menunjukkan tingkat kemampuan bank dalam menylurkan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank yang bersangkutan. Maksimal LDR yang diperkenankan oleh Bank Indonesia adalah sebesar 110. = × 100 d. Non Performing Loan NPL NPLs menunjukan kemampuan kolektibilitaas sebuah bank dalam mengumpulkan kembali kredit yang dikeluarkan oleh bank sampai lunas. NPLs merupakan persentase jumlah kredit bermasalah dengan kriteria kurang lancar, diragukan, dan macet . NPL dapat dirumuskan sebagai berikut : = ℎ × 100 83 e. Suku Bunga SBI Menurut Kasmir 2003:37, bunga bagi bank berdasarkan prinsip konvensional dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya . Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayarkan kepada nasabah yang memiliki simpanan dan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank nasabah yang memperoleh pinjaman. SBI adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek.

f. Jumlah Uang Beredar

Dalam penelitian ini, penulisan menggunakan jumlah uang yang beredar dalam arti luas M2. M2 merupakan perluasan dari definisi M1 dengan uang kuasi. Uang kuasi adalah bentuk kekayaan yang paling likuid yang terdiri dari deposito berjangka atau rekening tabungan pada bank, sehingga JUB yang digunakan dalam penelitian ini adalah M2. 84 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Perkembangan Jumlah Kredit yang Disalurkan Oleh Bank

Keadaan ekonomi di Indonesia saat ini yang penuh persaingan dan kondisi yang tidak menentu menyebabkan bank-bank umum berlomba untuk meningkatkan sumber dana bank yang kemudian disalurkan kembali dalam bentuk penyaluran kredit. Penghasilan bunga dari penyaluran kredit ini merupakan pendapatan utama bank. Kondisi perekonomian bank-bank umum belum bias dikatakan mantap, namun kondisi tersebut tidak menyebabkan perkembangan penyaluran kredit bank-bank umum menurun. Ini bias dilihat dari penyaluran kredit pada tahun 2005-2009 yang terus mengalami peningkatan. Jumlah kredit yang disalurkan oleh bank-bank umum antara lain : kredit modal kerja, kredit investasi, serta kredit konsumsi. Semakin banyak bank melakukan kegiatan operasionalnya seperti penyaluran kredit, maka akan semakin banyak pula pendapatan bunga yang akan diperoleh bank. Ketika pendapatan meningkat juga dapat mempengaruhi jumlah laba, baik deviden dan laba ditahan. Hal ini tentu saja meningkatkan pertumbuhan sumber dana bank dan akhirnya akan dapat meningkatkan sumber dana untuk menyalurkan kreditnya. Pengalokasian dana yang tidak efisien menyebabkan 85 penyaluran kredit berkurang. Karena jumlah dana pada sumber dana berkurang sehingga akan menyebabkan dana yang akan disalurkan pada periode berikutnya iku turun. Keadaan tersebut itu akan menghambat kegiatan operasional bank itu sendiri dan juga dapat menurunkan pendapatan bank. Pengalokasian dana yang tidak tepat dapat saja terjadio pada suatu bank atau beberapa bank, oleh karena itu perlu dilakukan pembenahan terhadap manajemen bank sperti komite kredit yang terdiri dari decision maker yang bertugas untuk menganalisis dan memutuskan lebih lanjut apakah calon debitur layak dalam memenuhi persyaratan kredit di dalam pemberian kredit yang diberikan oleh bank, sehingga kredit yang diberikan dapat memberikan hasil atau laba yang besar bagi bank. Bank Indonesia sebagai sentral juga turut berperan untuk melakukan pengawasan serta pelatihan terhadap kegiatan operasional bank, agar tiap bank tetap berada pada kondisi yang sehat. Adapun nama perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.1 pada halaman selanjutnya. 86 Tabel 4.1 Daftar Nama Perusahaan No Nama Bank Kode 1 PT Bank Bukopin BKP 2 PT Bank Danamon Indonesia Tbk DMN 3 PT ICB Bumiputera Tbk BPA 4 PT Bank Kesawan Tbk KWN 5 PT Bank Lippo Tbk LPO 6 PT Bank Mandiri Tbk MDR 7 PT Bank Mayapada International Tbk MPD 8 PT Bank Mega Tbk MGA 9 PT Bank Mutiara Tbk MTA 10 PT Bank Negara Indonesia Tbk BNI 11 PT Bank OCBC NISP Tbk NSP 12 PT PAN Indonesia Bank Tbk PAN 13 PT Bank Permata Tbk PMA 14 PT Bank Rakyat Indonesia BRI 15 PT Bank Sinarmas Tbk SRS 16 PT Bank Swadesi Tbk SDI 17 PT Bank Tabungan Negara Tbk BTN 18 PT Bank UOB Buana Tbk UOB 87

B. Hasil Analisis

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran suatu data yang dapat dilihat dari nilai rata-rata mean, standar deviasi, nilai maksimum dan nilai minimum. Selengkapnya mengenai hasil statistik deskriptif penelitian dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut. Tabel 4.2 Sumber: Data sekunder diolah Dari tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa variable independen Capital Adequacy Ratio CAR memiliki nilai minimum sebesar -2,5158 yang diperoleh dari MTR pada triwulan IV di tahun 2005 sedangkan untuk nilai maksimumnya yang sebesar -0,4676 diperoleh dari SRS pada triwulan I di tahun 2005. Nilai rata-rata CAR sebesar -1,728417 dan standar deviasinya adalah sebesar 0,3468104. Hasil Statistik Deskriptif Variabel N Minimum Maximum Mean Std. Deviation ln_CAR 354 -2.5158 -.4676 -1.728417 .3468104 ln_ROA 354 -9.2103 -2.7806 -4.208562 .7960835 ln_LDR 354 -1.5559 .1877 -.370923 .3198478 ln_M2 354 2.6273 2.6794 2.654181 .0154465 ln_SBI 354 -2.7395 -2.0596 -2.407385 .2046295 ln_npl 354 -9.2103 -1.2852 -3.790393 1.1180542 ln_dpk 354 2.54

2.97 2.8103

.09655 kredit 360 11.6510 19.1413 16.270889 1.6188468 Valid N listwise 354 88 Variabel independen Return On Asset ROA memiliki nilai minimum sebesar -52,00 yang diperoleh dari KWN pada triwulan I di tahun 2006 sedangkan nilai maksimumnya yang sebesar 6,2 diperoleh DMN pada triwulan I di tahun 2005. Nilai rata-rata ROA sebesar -4,208562 dan standar deviasinya adalah sebesar 0,7960835. Variabel independen Loan to Deposit Ratio LDR memiliki nilai minimum sebesar -1,5559 yang diperoleh dari MTA pada triwulan III di tahun 2006 sedangkan nilai maksimumnya yang sebesar 0,1877 diperoleh LPO pada triwulan I di tahun 2008. Nilai rata-rata LDR sebesar -0,370923 dan mememiliki standar deviasinya adalah sebesar 0,3198478. Variabel independen Jumlah Uang Beredar memiliki nilai minimum sebesar 2,6273 yang diperoleh dari BNI, BTN, BRI, MDR, PMA, BKP, SRS, NSP, PAN, BPA, DMN, KWN, LPO, MPD, MTA, SDI, UOB, MGA pada tiap triwulan I di tahun 2005 sedangkan nilai maksimumnya yang sebesar 2,6794 diperoleh dari BNI, BTN, BRI, MDR, PMA, BKP, SRS, NSP, PAN, BPA, DMN, KWN, LPO, MPD, MTA, SDI, UOB, MGA pada tiap triwulan IV di tahun 2009. Nilai rata-rata Jumlah Uang Beredar sebesar 2,654181dan standar deviasinya adalah 0,0154465 Variabel independen Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia SBI memiliki nilai minimum sebesar -2,7395 yang diperoleh dari BNI, BTN, BRI, MDR, PMA, BKP, SRS, NSP, PAN, BPA, DMN, KWN, LPO, MPD, MTA, SDI, UOB, MGA pada tiap triwulan IV di tahun 2009 sedangkan nilai maksimumnya yang sebesar -2,0596 diperoleh dari dari BNI, BTN, BRI, MDR, PMA, BKP, 89 SRS, NSP, PAN, BPA, DMN, KWN, LPO, MPD, MTA, SDI, UOB, MGA pada triwulan IV di tahun 2005. Nilai rata-rata SBI sebesar -2,407385 dan standar deviasinya adalah 0,2046295. Variabel independen Non Performing Loan NPL memiliki nilai minimum sebesar -9,2103 yang diperoleh dari SRS di triwulan I tahun 2008, PAN di triwluan II tahun 2007 dan LPO di triwulan II tahun 2007 sedangkan nilai maksimum -1,2852 diperoleh dari MDR Tbk pada triwulan I di tahun 2006. Nilai rata-rata NPL sebesar -3,790393 dan standar deviasinya adalah 1,1180542. Variabel independen Dana Pihak Ketiga DPK memiliki nilai minimum sebesar 2,54 yang diperoleh dari SRS pada triwulan I di tahun 2005 sedangkan nilai maksimum 2,97 diperoleh dari MDR pada tahun 2008 terjadi di triwulan IV sedangkan pada tahun 2009 terjadi di triwulan II, III, dan IV. Nilai rata-rata DPK sebesar 2.8103 dan standar deviasinya adalah 0,09655. Variabel dependen kredit memiliki nilai minimum 11,6510 yang diperoleh dari SRS pada triwulan I di tahun 2005 sedangkan nilai maksimumnya yang sebesar 19,1413 diperoleh dari MDR pada triwulan I di tahun 2005. Nilai rata-rata kredit sebesar 16,270889 dan standar deviasinya adalah 1,6188468.

2. UJI ASUMSI KLASIK

Analisis regresi pada dasarnya adalah studi ketergantungan variabel tak bebas dependent pada satu atau lebih variabel penjelas atau terikat variable independent dengan maksud untuk mengestimasi atau menaksir rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependent berdasarkan nilai variabel independent yang 90 diketahui Gujarati, 1995. Dalam penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda multiplier linier regression method dengan variabel dependent-nya adalah Penyaluran Kredit sedangkan variabel independent-nya adalah Capital Adequacy Ratio CAR, Return On Asset ROA, Loan to Deposit Ratio LDR, Non Performing Loan NPL, Dana Pihak Ketiga DPK, Suku Bunga SBI dan Jumlah Uang Beredar JUB. a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel residual memiliki distribusi normal. Untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak, ada dua cara untuk mendekatinya, yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Analisis grafik merupakan cara yang termudah untuk melihat normalitas residual dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. 91 Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Sebelum Transformasi Sumber : Data Sekunder diolah Dari gambar 4.1 di atas menunjukkan bahwa terdapat titik-titik yang tidak menyebar disekitar garis diagonal dan penyebarannya menyimpang serta menjauhi arah garis diagonal. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini masih belum terdistribusi secara normal. Untuk mendapatkan hasil pengujian yang lebih baik dan valid maka langkah selanjutnya adalah melakukan transformasi data mentah ke dalam bentuk natural logaritma dari masing-masing data yang diuji Ghozali, 2007:32. Berikut adalah P-Plot setelah dilakukannya transformasi data yang dapat dilihat pada gambar 4.2 di halaman berikutnya. 92 Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Setelah Transformasi Sumber : Data Sekunder diolah Setelah dilakukan transformasi data dapat dilihat dari gambar 4.2 di atas bahwa titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini telah terdistribusi secara normal. Terkait dengan data hasil transformasi uji normalitas, maka data tersebut akan digunakan dalam pengujian asumsi klasik yang lainnya dan uji hipotesis selanjutnya. b. Uji Multikolinearitas Uji multikonearitas bertujuan untuk menguji apakah model rregresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas independent. Jika variabel independent saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel independent yang nilai korelasi antar sesame variabel independent sama dengan nol Ghozali, 2006 . Untuk mengetahui 93 apakah terjadi multikolinearitas dapat dilihat dari nilai VIF yang terdapat pada masing-masing variabel seperti terlihat pada tabel sebagai berikut. Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients a Model Collinearity Statistics Keputusan Tolerance VIF 1 Ln.CAR .735 1.361 Tidak ada multikolonieritas Ln.ROA .575 1.738 Tidak ada multikolonieritas Ln.LDR .810 1.235 Tidak ada multikolonieritas Ln.M2 .618 1.617 Tidak ada multikolonieritas Ln.SBI .705 1.419 Tidak ada multikolonieritas Ln.NPL .876 1.141 Tidak ada multikolonieritas Ln.DPK .683 1.464 Tidak ada multikolonieritas a. Dependent Variable: Kredit Sumber : Data sekunder diolah Dari tabel diatas menunjukkan suatu model regresi dinyatakan bebas dari multikolinearitas adalah jika data mempunyai nilai Tolerance lebih besar dari 0.1 dan nilai VIF lebih kecil dari 10. Dari tabel tersebut diperoleh bahwa semua variabel bebas memiliki nilai Tolerance berada dibawah 1 dan nilai VIF jauh dibawah angka 10. Dengan demikian dalam model ini tidak ada masalah pada uji multikolinieritas. c. Uji Heterokedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan