41
pajak dengan rata-rata total asset dalam satu periode. Dalam bukunya, Frederic Mishkin 2007:232 menyatakan bahwa, because owners of a
bank must know whether their bank is being managed well, they need good measures of bank profitability. A basic measure of bank profitability is
return on assets ROA. Semakin besar Return On Asset ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena return semakin
besar. Sehingga dalam penelitian ini menggunakan Return On Asset ROA sebagai indikator pengukur kinerja keuangan perusahaan
perbankan. Return on Asset ROA dipilih sebagai indikator pengukur kinerja keuangan perbankan karena Return on Asset ROA digunakan
untuk mengukur efektifitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Return on Asset ROA
merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total asset. Semakin besar Return on Asset menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik,
karena tingkat kembalian semakin besar. Apabila Return on Asset meningkat, berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak
akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham Husnan, 1998.
Rumus dari Return On Asset adalah :
=
−
× 100
42
4. Non Performing Loan NPL
Menurut Manurung dan Prathama Rahardja 2004: 196, NPL Non Performing Loans terbagi menjadi dua, yaitu kredit tidak lancar dan kredit
macet, kredit tidak lancar adalah kredit yang masih dilakukan pembayarannya, tetapi lebih lambat dari jadwal yang seharusnya.
Sedangkan kredit macet adalah kredit yang sejak + 21 bulan dikategorikan diragukan, belum ada pelunasan atau upaya penyelamatan kredit. NPL
Non Perfoming Loan atau tingkat kredit macet menunjukkan berapa persen kredit yang bermasalah dari keseluruhan kredit yang mereka
kucurkan ke masyarakat. NPL juga merupakan faktor yang sangat penting bagi penilaian kinerja perbankan, bahkan hamper semua rasio nilainya
dipengaruhi oleh NPL. Bank Indonesia sebagai regulator perbankan di Indonesia telah
mengeluarkan peratuaran Surat Edaran Bank Indonesia No. 623DPNP tanggal 31 Mei 2004 yang menetapkan NPL maksimim 5. Semakin
rendah NPL semakin bagus karena jumlah kredit yang bermasalahmacet pada bank tersebut semakin kecil begitupun sebaliknya semakin tinggi
NPL suatu bank maka akan semakin besar kredit yang bermasalahmacet pada bank tersebut.
NPLs menunjukan kemampuan kolektibilitas sebuah bank dalam mengumpulkan kembali kredit yang dikeluarkan oleh bank sampai lunas.
NPLs merupakan persentase jumlah kredit bermasalah dengan kriteria
43
kurang lancar, diragukan, dan macet . NPL dapat dirumuskan sebagai berikut :
=
ℎ
× 100
E. Dana Pihak Ketiga DPK
Menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan Pasal 1 disebutkan bahwa, simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh
masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu. Dana pihak ketiga adalah dana yang diperoleh dari masyarakat,
dalam arti masyarakat sebagai individu, perusahaan, pemerintah, rumah tangga, koperasi, yayasan, dan lain-lain baik dalam mata uang rupiah
maupun dalam valuta asing. Pada sebagian besar atau setiap bank, dana masyarakat ini merupakan dana terbesar yang dimiliki. Hal ini sesuai
dengan fungsi bank sebagai penghimpunan dana dari masyarakat. dikutip dari http: esutomo.staff.gunadarma.ac.id
a. Giro demand deposit Giro adalah simpanan masyarakat baik dalam bentuk rupiah
maupun valuta asing pada bank yang dalam transaksinya penarikan dan penyetoran dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet
giro, kartu ATM, sarana perintah bayar yang lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.