Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Hipotesis

commit to user 15 15 Penggunaan bahan alam sebagai obat cenderung mengalami peningkatan dengan adanya isu back to nature dan krisis berkepanjangan yang mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat terhadap obat-obat modern yang relatif lebih mahal harganya. Obat bahan alam juga dianggap hampir tidak memiliki efek samping yang membahayakan. Pendapat itu belum tentu benar karena untuk mengetahui manfaat dan efek samping obat tersebut secara pasti perlu dilakukan penelitian dan uji praklinis dan uji klinis. Salah satu jenis tanaman obat yang banyak dimanfaatkan masyarakat adalah daun sendok Plantago major L., daun urat atau ki urat Sugiyarto et al., 2006 ; Panggabean et al., 2001. Ekstrak daun sendok Plantago mayor L. memiliki berberapa aktivitas biologi seperti antihistamin, antialergi, antiinflamasi, antiasma, penghambat lipooksigenase, antagonis kalsium, NF-kB-Inhibitor, penghambat sintesis prostaglandin, imunomodulator, dan vasodilator Duke, 2010. Berbagai kegunaan ini menyebabkan daun sendok digunakan dalam berbagai obat tradisional Sugiyarto et al., 2006. Dengan mempertimbangkan bahwa pemberian ekstrak daun sendok memiliki efek antialergi, antihistamin, dan antiinflamasi penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian mengenai fungsi anti alergi yang terkandung dalam ekstrak daun sendok pada mencit BalbC model asma alergi terhadap jumlah eosinofil darah tepi sebagai petandanya.

B. Perumusan Masalah

Formatted: I ndent: Hanging: 0,95 cm, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: A, B, C, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0,32 cm + Tab after: 0 cm + I ndent at: 0,95 cm commit to user 16 16 Adakah hubungan pemberian ekstrak daun sendok terhadap hitung eosinofil darah tepi pada mencit BalbC model asma alergi?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian ekstrak daun sendok terhadap hitung eosinofil darah tepi pada mencit BalbC model asma alergi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi ilmiah mengenai pengaruh pemberian ekstrak herba daun sendok terhadap hitung eosinofil darah tepi pada mencit BalbC model asma alergi. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk penelitian lebih lanjut mengenai pemanfaatan ekstrak herba daun sendok sebagai obat anti asma alergi. BAB II Formatted: I ndent: Hanging: 0,95 cm, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: A, B, C, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0,32 cm + Tab after: 0 cm + I ndent at: 0,95 cm Formatted: I ndent: Hanging: 0,95 cm, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: A, B, C, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0,32 cm + Tab after: 0 cm + I ndent at: 0,95 cm Formatted: I ndent: Left: 0,95 cm, Hanging: 0,32 cm, Numbered + Level: 2 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 1,9 cm + Tab after: 2,54 cm + I ndent at: 2,54 cm, Tabs: Not at 2,54 cm Formatted: I ndent: Left: 0,95 cm, Hanging: 0,32 cm, Numbered + Level: 2 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 1,9 cm + Tab after: 2,54 cm + I ndent at: 2,54 cm, Tabs: Not at 2,54 cm commit to user 17 17 5 LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Imunologi Asma Alergi

Alergi adalah suatu keadaan hipersensitivitas yang diinduksi oleh pajanan terhadap suatu antigen tertentu yang menimbulkan reaksi imunologi yang berbahaya pada pajanan berikutnya Dorland, 2002. Alergi merupakan akuisisi reaktivitas imun spesifik yang tidak sesuai terhadap bahan-bahan lingkungan yang dalam keadaan normal tidak berbahaya Sherwood, 2001. Reaksi alergi diperantarai oleh IgE, tetapi sel B dan sel T memerankan peranan yang penting dalam perkembangan dari antibodi Anand, 2010. Alergi dapat menyerang setiap organ tubuh terutama kulit, saluran pencernaan, dan saluran pernafasan Tanjung dan Yunihastuti, 2006. Apabila reaksi alergi terlokalisasi di bronkiolus maka akan timbul asma Sherwood, 2001. Saat ini telah dibuktikan bahwa asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan beberapa sel, menyebabkan pelepasan mediator yang dapat mengaktivasi sel target saluran napas sehingga terjadi bronkokonstriksi, kebocoran mikrovaskular, edema, hipersekresi mukus dan stimulasi refleks saraf Rahmawati, 2003. Respon awal, ditandai dengan vasodilatasi, kebocoran vaskular, dan spasme otot polos, yang biasanya muncul dalam rentang waktu 5 hingga 30 menit setelah terpajan oleh suatu alergen dan menghilang Formatted: I ndent: Hanging: 0,95 cm, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: A, B, C, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0,32 cm + Tab after: 0 cm + I ndent at: 0,95 cm, Tabs: Not at 0,95 cm commit to user 18 18 setelah 60 menit. Kedua, reaksi fase lambat, yang muncul 2 hingga 8 jam kemudian dan berlangsung selama beberapa hari. Reaksi fase lambat ini ditandai dengan infiltrasi eosinofil serta sel peradangan akut dan kronis lainnya pada jaringan dan disertai dengan penghancuran jaringan dalam bentuk kerusakan epitel mukosa Mitchell dan Cotran, 2007. Reaksi dimulai dengan pajanan awal terhadap antigen tertentu alergen yang ditangkap oleh Antigen Presenting Cell APC, diproses lalu dipresentasikan ke sel T CD4 + . Sel T CD4 + dapat berdiferensiasi menjadi dua sel efektor, yaitu sel CD4 + Th1 dan sel CD4 + Th2. Ketidakseimbangan antara sel CD4 + Th1 dan sel CD4 + Th2 merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit imunologi, termasuk penyakit alergi Baratawidjaja, 2004. Sel CD4 + Th1 menghasilkan interleukin-2 IL-2, interferon-g IFN-g , tumor-necrosis factor TNF, dan menghasil sel yang berperan dalam respon imunitas tipe lambat Anand, 2010; Kresno, 2001. Pada asma, alergen merangsang induksi sel T CD4 + tipe Th2. Sel T CD4 + tipe Th2 selanjutnya mensekresikan IL- 3, IL-5, dan GM-CSF yang akan mengaktifkan eosinofil dan memperpanjang ketahanan hidup eosinofil. Selain itu juga di produksi IL-13 yang menyebabkan diproduksinya IgE oleh sel B Kresno, 2001. Sel B berperan sebagai faktor pertumbuhan sel mast, serta merekrut dan mengaktivasi eosinofil. Selanjutnya antibodi IgE berikatan pada reseptor Fc berafinitas tinggi commit to user 19 19 yang terdapat pada sel mast dan basofil bersiap untuk menimbulkan hipersensitivitas pada pajanan berikutnya Abbas and Litchman, 2009. Pajanan ulang terhadap antigen yang sama mengakibatkan pertautan-silang pada IgE yang terikat sel dan memicu suatu kaskade sinyal intrasel sehingga terjadi pelepasan beberapa mediator Mitchell dan Cotran, 2007. Mediator fase awal mencakup leukotrien C 4 , D 4 , dan E 4 , prostaglandin D 2 , E 2 , dan F 2 α, histamin, platelet-activating factor, dan triptase sel mast. Leukotrien merupakan produk inflamasi yang dihasilkan dari jalur lipoksigenase. Leukotrien C 4 , D 4 , dan E 4 merupakan mediator sangat kuat yang menyebabkan bronkokonstriksi berkepanjangan, peningkatan permeabilitas vaskular, dan peningkatan sekresi musin. Dua kejadian yang pertama juga diperparah dengan adanya histamin serta prostaglandin D 2 , E 2 , dan F 2 α yang dihasilkan dari jalur siklooksigenase Mitchell dan Cotran, 2007. Platelet-activating factor berperan dalam menyebabkan agregasi trombosit dan pembebasan histamin dari granula. Triptase sel mast menginaktifkan peptida yang menyebabkan bronkodilatasi normal Maitra dan Kumar, 2007. Reaksi awal ini kemudian dikuti oleh fase lanjut yang didominasi oleh rekrutmen leukosit jenis basofil, neutrofil dan eosinofil. Mediator sel mast yang berperan dalam rekrutmen sel radang ini adalah faktor kemotaktik eosinofilik dan neutrofilik serta leukotrien B 4 yang berperan untuk merekrut dan mengaktifkan eosinofil dan neutrofil. Interleukin 4 commit to user 20 20 dan IL-5, yang berfungsi untuk memperkuat respons sel CD4 + Th2 dengan meningkatkan sintesis IgE serta kemotaksis dan proliferasi eosinofil. Platelet-activating factor yang merupakan faktor kemotaktik kuat untuk eosinofil bila terdapat IL-6. Faktor nekrosis tumor berperan dalam meningkatkan molekul perekat adhesion molecules di endotel vaskuler serta di sel radang Maitra dan Kumar, 2007. Kedatangan leukosit ditempat degranulasi sel mast menimbulkan dua efek : 1 sel ini kembali mengeluarkan serangkaian mediator yang mengaktifkan sel mast dan memperkuat respon awal, dan 2 sel ini menyebabkan kerusakan epitel yang khas pada serangan asma Maitra dan Kumar, 2007. Eosinofil sangat penting pada fase lanjut. Selain faktor kemotaksis sel mast terdapat peran kemokin lain dalam kemotaksis eosinofil yang dihasilkan oleh sel epitel bronkus aktif, makrofag dan otot polos jalan nafas. Eosinofil yang menumpuk menimbulkan beragam efek. Ragam mediator eosinofil sama banyaknya dengan yang dimiliki oleh sel mast dan meliputi major basic protein MBP dan protein kationik eosinofil eosinophil cationic protein, ECP, yang bersifat toksik terhadap sel epitel. Peroksidase eosinofil menyebabkan kerusakan jaringan melalui stres oksidatif. Eosinofil aktif juga mengandung leukotrien yang berlimpah, tetutama leukotrien C 4 , serta platelet activating factor. Oleh karena itu, eosinofil dapat memperkuat dan mempertahankan respons commit to user 21 21 peradangan tanpa pajanan lebih lanjut ke antigen pemicu Maitra dan Kumar, 2007. Prinsip pengobatan pada asma adalah dengan cara mencegah ikatan alergen dengan IgE, mencegah penglepasan mediator inflamasi oleh sel mast, dan mengurangi inflamasi Sundaru dan Sukamto, 2007.

2. Daun Sendok Plantago major L.

a. Sinonim Daun sendok dikenal dengan nama Plantago major L., tetapi juga disebut Plantago asiatika L. atau Plantagodepressa Willd IPTEKnet, 2010. b. Klasifikasi Dalam taksonomi tumbuhan, daun sendok diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae- Plants Subkingdom : Tracheobionta – Vascular plants Superdivision : Spermatophyta – Seed plants Division : Magnoliophyta – Flowering plants Class : Magnoliopsida – Dicotyledons Subclass : Asrteridae Ordo : Plantaginales Family : Plantaginaceae - Plantain family commit to user 22 22 Genus : Plantago L. - Plantain Species : Plantago major L. USDA, 2010. c. Nama daerah Sunda : Ki urat, ceuli, c. uncal Jawa : Meloh kiloh, otot-ototan, sangkabuah, sangkuah, sembung otot, suri pandak Sumatera : Daun urat, daun urat-urat, daun sendok, ekor angin, kuping menjangan Minahasa : Torongoat Panggabean et al., 2001 d. Nama asing China : Che qian cao Vietnam : Ma de, xa tien Belanda : Weegbree Inggris : Plantain, greater plantain, broadleaf plantain, rats tail plantain, waybread, white mans foot German : Breitwegerich Portugis : Tanchagem-maior Spanyol : Llantén común McKenzie, 2007 commit to user 23 23 e. Deskripsi 1. Habitus : Daun sendok merupakan gulma di perkebunan teh dan karet, atau tumbuh liar di hutan, ladang, dan halaman berumput yang agak lembab, kadang ditanam dalam pot sebagai tumbuhan obat. Tumbuhan ini berasal dari daratan Asia dan Eropa, dapat ditemukan dari dataran rendah sampai ketinggian 3.300 m dpl. Tumbuhan obat ini tersebar luas di seluruh dunia. 2. Batang : Tumbuh menahun, tumbuh tegak, tinggi 15 - 20 cm. 3. Daun : Daun tunggal, bertangkai panjang, tersusun dalam roset akar. Bentuk daun bundar telur sampai lanset melebar, tepi rata atau bergerigi kasar tidak teratur, permukaan licin atau sedikit berambut, pertulangan melengkung, panjang 5 - 10 cm, lebar 4 - 9 cm, warnanya hijau. Daun muda bisa dimasak sebagai sayuran. 4. Bunga : Perbungaan majemuk rapat tersusun dalam bulir yang panjangnya sekitar 30 cm, kecil-kecil, warna putih. Berbunga dari bulan Mei sampai September. Bunga-bunga hermaprodit. 5. Buah : Buah lonjong atau bulat telur, berisi 2 - 4 biji. commit to user 24 24 6. Biji : Bentuk biji elips, panjang 1-1,5 mm, coklat tua hingga hitam. Biji matang dari bulan Juli hingga Oktober. 7. Akar : Akar serabut, warna putih f. Perbanyakan dan penanaman Perbanyakan dapat dilakukan secara vegetatif dan melalui biji. Benih dapat tetap hidup selama 60 tahun di dalam tanah. Mereka memiliki periode dormansi satu sampai beberapa bulan, yang dapat rusak oleh penyimpanan kering pada suhu 5 °C selama beberapa minggu atau pada 20 °C selama beberapa bulan. Perkecambahan yang terbaik pada temperatur 25-30 °C, dan fotoperiodik panjang 16 jam Sugiyarto et al., 2006. Gambar 2.1. Tanaman Daun Sendok Plantago mayor L. Gambar diambil dari : IPTEKnet, 2010 kiri dan Heinen, 2007 - kanan commit to user 25 25 g. Kandungan kima dan efek farmakologi Daun Plantago mayor L. mengandung 3,4 dihydroaucubin, 6’- 0-beta-glukosylaucubin, apigenin, apigenin-7-glukoside, aucubin, baicalein, benzoic-acid, catalpol, fumaric-acid, hydroxycinnamic- acid, hispidulin, luteolin, neo-chlorogenic-acid, nepetin, oleanolic- acid, plantagoside, dan scutellarin, sedangkan bijinya mengandung 9-hydroxy-cis-11-octadecanoic-acid, aucubin, choline, fat, fiber, lignoceric-acid, linoleic-acid, linolenic-acid, oleic-acid, plantease, dan protein. Bunganya mengandung asperuloside. Untuk seluruh bagian dari tumbuhan daun sendok mengandung allantoin, acetoside, adenine, alkaloid, ascorbic-acid, aucubin, baicalin, cafeic-acid, chlorogenic-acid, cinnamic-acid, citric-acid, d-glukose, emulsin, ferulic-acid, geniposidic-acid, glucoraphenine, indicaine, invertin, l- fructose, loliolid, luteolin-7-0-beta-d-glucoside, luteolin-7-0-beta-d- glucuronide, mucilage, p-coumaric-acid, p-hydroxy-benzoic-acid, phenolcarbonic-acid, plantagic-acid, plantagonine, planteolic-acid, potassium-salts, resin, rhamnose, saccharose, salicylic-acid, sitosterol, sorbitol, succinic-acid, sulforaphene, syringic-acid, syringin, tannin, tyrosine, tyrosol, ursolic-acid,dan vanillic-acid Duke, 2010. Dalam daun sendok kandungan yang paling banyak adalah mucilage 88, tanic acid 44, aucubin 66, allantoin 33 dan alkaloid 33. Untuk kandungan kimia yang lain distribusinya hampir merata Gotfredsen, 2010. commit to user 26 26 Efek farmakologi dari beberapa kandungan kimia daun sendok dapat dilihat pada tabel di bawah ini, Tabel 2.1 . Kandungan Kimia dan Efek Farmakologi Daun Sendok No. Kandungan kimia Efek farmakologi 1. allantoin antiinflamasi, Immunostimulant 2. ascorbic-acid antialergi, antiasma, antihistamin, antiinflamasi, antispasmodik, asthma preventive, antagonis kalsium Analgesic, angiotensin-receptor- blocker , beta-adrenergic receptor blocker 3. adenine antigranulositopeni, diuretik, vasodilator 4. ferulic-acid antiinflamasi, penghambat sintesis prostaglandin, immunostimulant 5. aucubin antiedemik, antiinflamasi 6. apigenin antialergi, antihistamin, antiinflamasi, antagonis kalsium, penghambat IL-6, penghambat protein kinase C, penghambat TNF- alpha, penghambat NF-kB-, vasodilator 7. baicalein penghambat lipoksigenase, antialergi, antiasthma, antihistamin, antiinflamasi, penghambat siklooksigenase, 17-beta- hydroxysteroid dehydrogenase- Inhibitor 8. baicalin antiagregan, antialergi, antianafilaksis, antiasma, antihistamin, antiinflamasi 9. cafeic-acid antihistamin, antagonis kalsium, antiinflamasi, antiprostaglandin, penghambat lipoksigenase, antispasmodik, antileukotrin 10. chlorogenic-acid antihistamin, antiinflamasi, antileukotrien, Immunostimulant, penghambat leukotrien, penghambat lipooksigenase 11. linolenic-acid antiinflamasi, anthistamin, antialergi, penghambat lipooksigenase, antagonis kalsium, NF-kB-Inhibitor, penghambat sintesis prostaglandin commit to user 27 27 12. mucilage cancer-preventive, hypocholesterolemic 13. oleanolic-acid antiPGE2, antiinflamasi, antileukotriene, penghambat siklooksigenase, immunomodulator, NF-kB-Inhibitor, penghambat sintesis prostaglandin 14. oleic-acid antiinflamasi, antileukotriene-D 4 15. tannin penghambat siklooksigenase, penghambat lipooksigenase 16. ursolic-acid antihistamin, antiinflamasi, penghambat siklooksigenase, Immunomodulator, penghambat lipooksigenase Duke, 2010

3. Eosinofil

Eosinofil adalah granulosit dengan nukleus berlobus dua dan granula reflaktil yang cukup besar yang berwarna merah tua dengan pewarnaan asam eosin. Eosinofil mengandung beberapa enzim menginaktifkan mediator-mediator peradangan, juga mengandung histaminase. Jumlah normal eosinofil adalah 0 sampai 700 sel permikroliter Sacher, 2004. Eosinofil disimpan sebagai persediaan dalam sumsum tulang dan marginal dalam vaskuler. Eosinofil mempunyai komponen jaringan yang prominen, terutama dalam jaringan ikat di bawah epitel seperti saluran nafas Baratawidjaja, 2000. Eosinofil secara khusus ditemukan ditempat radang sekitar terjadinya infeksi parasit atau sebagai bagian reaksi imun yang diperantarai oleh IgE, yang berkaitan khusus dengan alergi Mitchell dan Cotran, 2007. commit to user 28 28

4. Hewan Coba Model Asma

Penelitian epidemiologi dan penyelidikan klinis sangat penting demi majunya pengetahuan dan manajemen penyakit. Namun, isu-isu etik sering menjadi pembatas dalam melakukan studi klinis. Akibatnya, hewan model telah dikembangkan untuk mempelajari patogenesis penyakit, termasuk faktor genetik, untuk menentukan jalur patogenesis penyakit dan menyarankan terapi yang tepat. Hewan model dari asma telah banyak digunakan untuk menguji mekanisme penyakit, aktivitas berbagai gen dan jalur seluler, dan untuk memprediksi keselamatan obat baru atau bahan kimia sebelum digunakan dalam studi klinis. Mencit model asma meniru banyak kejadian yang terjadi pada manusia dengan asma, termasuk hiperreaktivitas jalan napas, dan radang saluran nafas Shin et al., 2009; Nials and Uddin, 2008. Mencit model asma alergi menawarkan banyak keuntungan jika dibandingkan dengan penggunaan hewan lainnya Nials and Uddin, 2008. Imunoglobulin E adalah antibodi alergi utama pada mencit, membuat spesies ini cocok untuk penyelidikan mengenai peran faktor imunologi humoral dalam perkembangan penyakit asma alergi. Lebih jauh, mencit model asma memberikan kesempatan untuk mengetahui mekanisme rinci dari reaksi alergi terhadap sitokin, growth factors, dan cell surface markers. Kemudahan dalam pemuliaan dan periode commit to user 29 29 kehamilan pendek juga menjadi keuntungan tambahan Shin et al., 2009. Mencit model BalbC adalah jenis yang paling banyak digunakan karena kemampuannya dalam menunjukkan respon imunologi, terutama respon akibat dominasi Th2, IgE, AHR dan eosinofilia saluran nafas Shin et al., 2009. Terdapat dua jenis model mencit asma alergi, yaitu model asma akut dan asma kronis Nials and Uddin, 2008. a. Model asma alergi akut Mencit tidak spontan mengalami asma, sehingga untuk mengetahui proses yang mendasari penyakit ini, sebuah reaksi buatan seperti asma harus diinduksi dalam saluran nafasnya. Mencit model alergi akut terhadap alergen inhalasi telah banyak digunakan untuk menjelaskan mekanisme yang mendasari respon kekebalan dan peradangan yang terjadi pada penyakit asma. Sifat mencit model inflamasi akut dapat dipengaruhi oleh pilihan strain mencit, alergen yang digunakan, dan proses sensitisasi. Strain mencit yang banyak digunakan adalah mencit jenis BalbC, sedangkan alergen yang banyak digunakan adalah ovalbumin OVA dengan alumunium hidroksida AlOH 3 sebagai adjuvannya Nials and Uddin, 2008. Model asma alergi disebut akut jika pemaparan terhadap alergen dilakukan kurang dari 1 bulan. commit to user 30 30 b. Model asma alergi kronis Mencit model asma alergi kronis dibuat dengan cara memaparkan alergen saluran nafas dalam jumlah yang lebih rendah dalam jangka waktu 12 minggu dan adjuvan tidak selalu diperlukan. Paparan alergen kronis pada mencit sekarang tampaknya menjadi model pilihan untuk mempelajari peran jenis sel yang spesifik dan sitokin inflamasi, mediator yang terlibat dalam proses peradangan kronis serta, beberapa perubahan struktural saluran nafas karena kasus asma yang banyak terjadi di klinis adalah jenis asma kronis Nials and Uddin, 2008. commit to user 31 31

B. Kerangka Pemikiran

1. Kerangka Berpikir Konseptual

Gambar 2.2. Skema kerangka berpikir commit to user 32 32

2. Kerangka Berpikir Teoritis

Alergen yang berupa ovalbumin masuk ke dalam tubuh mencit kemudian ditangkap oleh Antigen Presenting Cell APC. Antigen tersebut diproses dan dipresentasikan ke sel Th CD4 + yang kemudian akan berdeferensiasi menjadi sel CD4 + Th2 dan CD4 + Th1. Aktivasi dari sel CD4 + Th2 akan mensekresikan IL- 3, IL-5, dan GM-CSF yang akan mengaktifkan eosinofil dan memperpanjang ketahanan hidup eosinofil. Interleukin-13 yang dihasilkan sel CD4 + Th2 juga akan merangsang pematangan sel B menjadi sel plasma yang menghasilkan Ig E. Imunoglobulin E tersebut akan berikatan dengan sel mast. Jika ada paparan ulang antigen yang sama maka akan terjadi pertautan silang pada Ig E yang terikat sel mast. Hal ini akan memicu suatu kaskade sinyal intrasel dan infulks Ca 2+ sehingga terjadi proses degranulasi dari sel mast yang akan melepaskan mediator inflamasi. Mediator tersebut antara lain histamin, faktor kemotaksis untuk eosinofil, triptase sel mast, sitokin IL-1, IL-4, IL-5, IL-6, dan TNF, dan mediator lipid leukotrien C 4 , D 4 , dan E; prostaglandin D 2 dan PAF. Mediator-mediator tersebut akan menyebabkan reaksi inflamasi yang disebut sebagai asma. Reaksi inflamasi yang terjadi pada asma antara lain bronkokonstriksi, kebocoran mikrovaskular, edema, hipersekresi mukus dan perekrutan sel-sel radang, salah satunya eosinofil. Kandungan kimia daun sendok memiliki berbagai macam efek farmakologis di antaranya antialergi, antiinflamasi, antihistamin, commit to user 33 33 penghambat lipooksigenase, penghambat sintesis prostaglandin, antagonis kalsium dan penghambat IL-6. Berikut tabel beberapa kandungan kimia daun sendok dengan efek farmakologis yang ditimbulkannya: No. Efek farmakologi Kandungan kimia 1. antagonis kalsium linolenic-acid, ascorbic-acid, apigenin, cafeic-acid 2. antiinflamasi allantoin , ascorbic-acid, ferulic- acid, aucubin, baicalein, baicalin, chlorogenic-acid, linolenic-acid, ursolic-acid, cafeic-acid, oleanolic- acid, oleic-acid 3. antihistamin ascorbic-acid, apigenin, baicalein, baicalin, chlorogenic-acid, linolenic- acid, ursolic-acid, oleic-acid, cafeic- acid 4. penghambat siklooksigenase linolenic-acid, oleanolic-acid, ursolic-acid, tannin 5. penghambat lipoksigenase cafeic-acid, linolenic-acid, oleanolic- acid, ursolic-acid, tannin, baicalein, chlorogenic-acid 6. penghambat IL-6 apigenin Dengan efek tersebut diharapkan daun sendok mampu memperbaiki keadaan pada peristiwa asma alergi yang ditandai dengan penurunan eosinofil darah tepi.

C. Hipotesis

Ada hubungan pemberian ekstrak daun sendok dengan hitung eosinofil darah tepi pada mencit BalbC model asma alergi. commit to user 34 34 22

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian