86
1. Tiang Penyangga
Bangunan Indis pada rumah pejabat pemerintah seperti Gubernur, Residen, Asisten Residen, Bupati dan Kontrolir di wilayah terlihat mencolok
dengan adanya batang tiang-tiang penyangga. Batang tiang gaya Doria, Ionia dan Korinthia yang tersusun atas kepala, tubuh dan kaki tiang
soubasement
. Masing- masing gaya memiliki arti dan lambang tersendiri.
42
Di zaman Renaissance para seniman sangat bergairah untuk menggali kembali hasil-hasil yang sangat memuja keindahan dan peka terhadap proporsi
harmonis. Teori-teori kesenian zaman kuno dicari dan dipelajari secara mendalam. Bangunan-bangunan tua dan juga seluruh serambi kuil
Panthenon
diukur serta di gambar kembali. Pengaturan tiang dan bentuk kapitel serta ornamen pada masa
pembauran ini mengalami masa surut dan bangunan gaya Romawi menjadi contoh yang di agung-agungkan.
Tiang yang bergaya
Doria
memiliki kekuatan, sesuai dengan jiwa bangsa Doria yang berjiwa militer. Gaya Doria menghendaki bentuk bangunan yang
diciptakan tampak kokoh, kuat, perkasa sekaligus juga dapat dijadikan sebagai lambang kekuasaan karena gaya Doria sangat cocok sebagai hiasan bangunan
pemerintah atau penguasa.
43
Bentuk tiang gaya Doria ini banyak sekali terdapat pada bangunan Indis di Semarang. Rumah pejabat pemerintah menggunakan tiang
yang bergaya Doria ini sebagai simbol penguasa. Contoh bangunan yang menggunakan gaya Doria adalah rumah Residen Semarang dan sekarang
42
Djoko Soekiman, ibid, hlm 303.
43
M.A. Endang Budiono, Sejarah Arsitektur 2 terjemahan. Yogyakarta: Kanisius, 1997, hlm 14.
87 digunakan sebagai Rumah Dinas Gubernur Semarang. Efek yang diperlihatkan
dari rumah tersebut selain rumah tampak kokoh, bangunan tersebut terlihat seperti perpaduan antara rumah tradisional dengan kuil-kuil Yunani di zaman kuno.
Pada abad pertengahan bangunan yang paling dihormati adalah bangunan gereja. Hampir semua arsitek yang berkarya dimasa ini menghasilkan karya-karya
monumental berupa bangunan gereja. Sebagai bangunan suci yang dihormati dan mewakili kekuasaan saat itu, para arsitek mencoba menuangkan segala imajinasi
dan kemampuan mereka untuk membangun sebuah gereja yang megah dan indah. Salah satu gereja yang paling terkenal dan menjadi simbol Kota Lama Semarang
adalah Gereja Blenduk. Gaya Doria lebih banyak dipilih karena memiliki proporsi yang lebih besar
dan lebih kokoh serta berkesan maskulin. Gaya ini dianggap bisa mencerminkan sifat yang pemberani dan kuat, berbeda dengan gaya Korinthian dan gaya Ionia
yang penuh garis-garis halus pencerminan kelembutan, namun ornamen kapitel tiang gaya Korinthian yang mewah banyak juga menghiasi tiang-tiang gereja pada
zaman tersebut. Selain gaya Ionia dan Korinthian, gaya Barock juga berkembang dalam kurun waktu abad ke-17. Unsur arsitektur
Barock
terdapat pada bangunan Javasche Bank yang sekarang menjadi Bank Indonesia. Unsur tersebut dapat
ditelusuri dengan banyaknya pilar yang terdapat pada tubuh bangunan. Denah dari bangunan
Javasche Bank
seperti juga pada bangunan-bangunan Belanda klasik menunjukkan bentuk simetris yang kuat.
Kesan bangunan Neo-Klasik tercermin juga memalui kolom-kolom khas bangunan Yunani sehingga tampak kokoh. Ciri seperti ini terdapat pada semua
88 bangunan Javasche Bank di Hindia-Belanda. Dapat disimpulkan bahwa bangunan-
bangunan milik orang-orang Belanda banyak mengandung unsur-unsur arsitektur Eropa. Kesan bahwa orang-orang pemerintah kolonial Belanda ingin
menunjukkan superioritasnya pada masyarakat Jawa terwakili melalui arsitektur bangunan mereka. Banyaknya bangunan-bangunan yang menggunakan tiang-tiang
yang bergaya Eropa membuktikan bahwa mereka menginginkan pencerminan kekuasaan melalui bangunan tempat tinggalnya. Apabila masyarakat umum
melihat bangunan tersebut mereka dapat langsung mengetahui bahwa yang bertempat tinggal di rumah tersebut adalah orang yang memiliki kekuasaan atau
orang yang terpandang dan dihormati.
2. Hiasan Atap atau Kemuncak