37 Belanda dan Indo yang secara formal masuk status Eropa, dan Wong cilik.
16
Adanya keanekaragaman penduduk yang ada di kota Semarang, maka berdampak pada pola kehidupan dan budaya yang berkembang pada saat itu. Dari
keanekaragaman penduduk tersebut, maka untuk mengetahui budaya dari masyarakat itu perlu diketahui karakteristik dari masing-masing penduduk.
1. Orang-Orang Eropa
Orang-orang Eropa di Semarang adalah orang Belanda dan keturunan Belanda-Indo yang menurut hukum termasuk kategori
European.
Orang-orang Eropa di Semarang pada awalnya bertujuan untuk berdagang dan mengadakan
perluasan wilayah kekuasaan, namun pada perkembangannya orang-orang Belanda melakukan penyebaran agama Kristiani di wilayah ini.
Kota Semarang setelah dikuasai oleh pemerintah Belanda, masyarakat keturunan Belanda menempati kedudukan paling penting dan tinggi dalam sistem
pemerintahan. Suatu daerah yang dikuasai oleh Belanda dikenal dengan adanya diskriminasi ras yang ditanamkan oleh konsentrasi unsur-unsur Bumiputera pada
jabatan-jabatan rendah dan lapisan atas yang terdiri atas golongan Eropa dan penduduk Bumiputera pada bagian yang paling bawah.
17
Ciri sosial lainnya yaitu pembatasan dalam pergaulan sosial antara ras-ras tersebut. Orang Jawa dilarang
memasuki perkumpulan-perkumpulan, lapangan olahraga, sekolah, tempat umum dan daerah tempat kediaman bangsa Belanda.
Pada tahun 1900 kurang lebih ada 70.000 orang Eropa di Jawa. Mereka
16
Sumijati Umosudiro dkk editor, 2001, Jawa Tengah: Sebuah Potret Warisan Budaya. Suaka Peninggalan Sejarah Dan Purbakala Propinsi Jawa Tengah Dan Jurusan Arkeologi Fakultas
Ilmu Budaya UGM, hlm 14.
17
Sartono Kartodirjo, Lembaran Sejarah No. IV. hlm 47.
38 sebagian kecil adalah Eropa
totok
lahir di negaranya dan datang ke Jawa yang mata pencahariannya sebagai pedagang dan pengusaha. Penduduk Eropa di Jawa
kurang lebih berjumlah 75 yang terdiri dari masyarakat Indo-Eropa atau
Eurasian
. Tidak mengherankan apabila orang-orang Eropa mempunyai taraf pendidikan yang lebih baik karena ayah mereka memberi perhatian lebih sehingga
mendapat pendidikan. Mereka bekerja dan menjadi tenaga teknis pada kantor- kantor pemerintah dan departemen-departemen atau menjadi tenaga ahli dan
tukang di pusat-pusat kota. Pada dasarnya orang-orang Belanda itu adalah kelompok golongan Indo-
Eropa sebagai keturunan dari perkawinan campuran antara Belanda
totok
dengan wanita pribumi yang biasanya berstatus
Nyai ata u Gundhik
dalam hal ini tidak sebagai istri resmi.
18
Perkawinan ini terjadi dikarenakan jumlah wanita
totok
di Indonesia tidak terlalu banyak. Di kalangan masyarakat Belanda ada diskriminasi
ras antara golongan
totok
dan Indo yang tidak hanya didasarkan pada daerahnya tetapi juga karena perbedaan status sosialnya.
Golongan Indo secara formal masuk status Eropa yang mempunyai tendensi kuat untuk mengidentifikasikan diri dengan pihak Eropa dengan
masyarakat pribumi padahal golongan
totok
sendiri tidak ingin disamakan dengan golongan Indo. Menurut pandangan masyarakat pribumi, peradaban Barat tidak
pernah dipandang tinggi dan hanya beberapa unsur yang dihargai antara lain pengajaran Barat, ilmu pengetahuan dan teknologi. Golongan Indo kurang
berperan dalam memainkan peranan kepemimpinan karena kekuasaan, kekayaan
18
Sartono Kartodirjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional. Jakarta: PT Gramedia, 1993, hal 97.
39 dan status tidak ada padanya.
Minoritas golongan Indo untuk mengatasi rasa kurang percaya diri adalah dengan menunjukkan loyalitas kepada penguasa kolonial dan identitas ke-
Eropaan, dengan dasar tersebut golongan Indo berusaha berpegang pada
establishment
kolonial sehingga menjauhkan mereka dari golongan pribumi. Hal ini mengakibatkan kedudukan sosial dan politik amat sulit terutama pada masa
meningkatnya gerakan nasionalitas.
19
Zaman ini dikenal dengan zaman baru masuknya sebuah ekspansi, efisiensi dan kesejahteraan sehingga kegiatan
perdagangan yang dilakukan berkembang pesat dan meningkat.
20
2. Orang-Orang Timur Asing