Kantor Perumka “Zustermaatschappijen” Arsitektur Bangunan Indis Di Semarang a. Pasar Johar

150 Gedung Lawang Sewu Gambar 5. Gedung Lawang Sewu digunakan Belanda sebagai kantor pusat kereta api trem atau lebih dikenal dengan Nederlandsch Indische Spoorweg Maschaappij NIS. Sumber: “Semarang dalam kenangan”. www.arsitekturindis.com. Sabtu, 09 Mei 2009, 20:33 WIB.

e. Kantor Perumka “Zustermaatschappijen”

Pada awalnya penggunaan dari gedung ini adalah untuk Niew Hoofd Kantoor SCS dan sekarang digunakan sebagai Kantor Perumka. Sebelumnya digunakan untuk suatu badan organisasi Katolik bernama Zustermaatschappijen de Semarang , kemudian dibeli oleh Joana Stroomtraam-Mastschappij sebuah perusahaan kereta listrik Belanda. Bangunan ini terletak dalam suatu tempat luas dengan di kelilingi oleh halaman yang sangat luas. Dari segi arsitekturnya merupakan bangunan dengan facade tunggal, dengan bentuk atap yang digunakan adalah limasan dengan kontruksi baja dan bahan penutup berupa lembaran logam. Pada puncak bungunan terdapat pengakhiran berbentuk limasan kecil yang berlubang berfungsi untuk penghawaan. Serambi bangunan terdapat pada sekeliling yang dinaungi oleh atap 151 datar dari beton dan atap ini disangga oleh kolom berpenampang persegi serta dinding yang terbuka. Pintu berupa pintu tunggal dan memiliki panel transparan dan daun pintu utama terbuat dari kerangka besi yang dibentuk menjadi motif geometris tertentu. Di atas pintu terdapat bouvenlicht, dengan hiasan ukiran besi bertuliskan “ SJS1881-OJS1888-SCS1894-SDS1895 ”, adalah empat anggota dari Zustermaatschappijen . Terdapat lukisan pada dinding di depan pintu masuk utama yang menggambarkan rel kereta api dengan model lokomotif berangka tahun 1825. Di bagian bawah lukisan tertulis Aangeboden door de Hofdambtenaren- September 1930 . 82 Ciri khusus yang nampak pada bangunan ini adalah konfigurasi ruangan gedung ini bahwa sudah terpengaruh konsep perancangan rumah Joglo Jawa yaitu bahwa semakin ke dalam tingkatan ruangan semakin tinggi. 83 Pada Kantor Perumka ini, area terluar merupakan gang atau portico yang bersifat umum dan sebagai peralihan antara ruang luar dengan ruang dalam. Ciri bangunan Joglo juga ditampakkan pada ruang privat di tengah yang berupa ruang luas dan dibatasi oleh deretan kolom yang mengisyaratkan akan adanya soko guru . 84 Untuk menyelesaikan sistem penghawaan, Karsten membuat pintu dan ventilasi lebar pada tiap trafe. Sistem ini diselesaikan dengan pembuatan lubang yang cukup luas serta ketinggian ruangan yang cukup diperhatikan oleh sang perancang. Pembukaan-pembukaan yang lebar dan cukup luas tersebut dipadukan 82 Universitas Kristen Petra, “Kota Lama - Chapter”. www.arsitekturindis.com. Sabtu, 26 Desember 2009, 13:45 WIB. 83 Yulianto Sumalyo, “Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia”. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, UGM, hlm 41-42. 84 Yulianto Sumalyo, ibid. 152 dengan ruang-ruang yang sangat tinggi pada bagian dua dan bagian tengah bangunan dapat membuat ruang cukup segar karena aliran udara sangat baik. Pada perbedaan ketinggian antara ruang-ruang bagian pinggir dan bagian tengah dibuat jendela atas yang selain sebagai penghawaan juga memasukkan cahaya alam. Ciri modern dalam bangunan ini, terlihat pada tidak adanya elemen- elemen hiasan secara khusus. Unsur dekoratif hanya dapat menyatu dalam bagian- bagian bangunan sendiri. Ini dapat terlihat seperti misalnya pada lobang-lobang ventilasi yang bulat ditutup dengan terali besi di atas jendela. Pintu-pintu dan penyekat ruang bagian dalam juga dibuat dari terali besi agar dapat mengalir secara permanen. Ukiran terali besi yang terdapat di pintu utama dikerjakan oleh pengrajin pribumi yang bernama Karsidi, sedangkan kerangka besi pada jendela dikerjakan oleh firma de Vries-Robbe . 85 Bangunan ini dirancang oleh Ir. Thomas Herman Karsten dibantu oleh J.H. Schijfsma pada tahun 1930. Pada saat yang hampir bersamaan, Karsten juga merancang SMN Stoomvart Maatschappij Nederland yang sekarang menjadi Djakarta Lloyd. Salah satu alasan Karsten dalam melakukan perbedaan antara kedua kantor ini adalah adanya konsep Garden City . Di dalam hal tata letak bangunan, kedua bangunan ini mempunyai perbedaan yang mecolok, yaitu bekas kantor SMN terletak langsung di jalan tanpa halaman depan, sedangkan yang lain terletak di dalam suatu tempat yang luas dengan di kelilingi oleh halaman yang luas. Perbedaan tersebut terlihat hampir di setiap kota-kota besar di Indonesia terutama pada kota-kota pelabuhan, di mana selalu terdapat daerah yang disebut 85 Wawancara dengan Joko Sriyono. Kamis, 23 Oktober 2009. 153 Kota Lama. Daerah tersebut berkembang sejalan dengan fungsi kota sebagai pusat perdagangan. Kedatangan orang-orang Eropa mempengaruhi bentuknya sehingga mirip dengan kota-kota di Barat yang sudah berkembang sejak abad pertengahan. Tata letaknya terdiri atas jalan-jalan sempit dan bangunan-bangunan yang terletak langsung di tepi jalan tanpa halaman depan. Setelah berkembang pada awal abad dua puluh, bentuk kota lama sudah tidak sesuai lagi. Sejalan dengan timbulnya konsepsi baru yaitu Garden City , di mana bangunan sudah tidak lagi berdempetan satu dengan yang lain. Masing-masing bangunan mempunyai halaman depan dan samping atau belakang. Demikian, maka Jalan M.H. Thamrin dan sekitarnya di Semarang pada waktu itu masih merupakan daerah pinggiran yang belum padat, situasi demikian memungkinkan untuk dikembangkan sesuai dengan konsep Garden City . 86 Kantor Perumka “Zustermaatschappijen” Gambar 6. Gedung ini terletak di Jalan MH. Thamrin No. 3 Semarang. Pada awalnya penggunaan gedung ini adalah untuk Niew Hoofd Kantoor SCS dan sekarang digunakan sebagai kantor Perumka. Sumber : “Semarang dalam kenangan”. www.arsitekturindis.com. Sabtu, 09 Mei 2009, 20:33 WIB. 86 Yulianto Sumalyo, op.cit, hal 42. 154

f. Bank Ekspor Impor Indonesia