Orang-Orang Pribumi Heterogen Masyarakat Pendukung Kebudayaan Indis Semarang

45 menyiapkan dan menyusun kembali Jawatan serta bagian-bagian yang diperlukan oleh pemerintah daerah serta segala prasarana dan peralatan bagi lancarnya pemerintahan daerah. Pemerintahan daerah yang dipimpin oleh Mr. Koesoebijono Hadinoto yang disebut Eenhoofdig-bestuur ini berjalan sampai terbentuknya DPRD berdasarkan UU Nomer 16 Tahun 1950. 32

3. Orang-Orang Pribumi

Dari jumlah penduduk yang semakin bertambah tersebut, penduduk pribumi menempati jumlah yang paling besar. Golongan ini mempunyai struktur masyarakat sendiri. Adapun struktur masyarakat pribumi di Semarang pada masa kolonial tidak terlepas dari kondisi daerah tersebut yang merupakan daerah kawasan perdagangan. Masyarakat pribumi terbagi dalam dua golongan sosial yang besar yaitu golongan atas yang terdiri dari bangsawan dan priyayi, serta golongan yang terdiri dari para petani, pedagang, tukang, pengrajin dan sebagainya. Golongan bangsawan atau priyayi mempunyai etiket dan etika dalam kehidupan sehari-hari. 33 Golongan atas atau priyayi mempunyai gaya hidup yang sangat berbeda dengan masyarakat golongan bawah wong cilik. Golongan ini menunjukkan gaya aristokrat dengan kebebasan, makanan dan pakaian, serta simbol-simbol yang menunjukkan bahwa mereka adalah golongan elit. Di lain pihak golongan bawah yang biasa disebut sebagai wong cilik menunjukkan sifat yang sungguh berbeda karena golongan ini mempunyai kebiasaan polos, terbuka 32 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, ibid, hlm 67. 33 Sartono Kartodirjo, Perkembangan Peradaban Priyayi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1987, hlm 76. 46 dan kasar. 34 Kedudukan tinggi dalam hierarki kepegawaian Indonesia diberikan atas dasar keturunan dan politik kolonial yang baru membuat pendidikan sebagai supplement pada asal keturunan dan dalam ukuran waktu dan keadaan tertentu pendidikan dijadikan sebagai ukuran utama. Hal ini didorong dengan munculnya elit profesional. Pada awal abad ke-20, perluasan pola kepemimpinan masyarakat Indonesia hampir merupakan suatu perkembangan khusus di kalangan kelompok priyayi sendiri dan jarak sosial tetap merupakan suatu kekuatan yang ampuh di kalangan elit. Pendidikan gaya Barat yang modern telah membuat golongan pribumi terserap dalam kehidupan orang Eropa, misalnya dengan penggunaan kata-kata Belanda dalam pembicaraan bahasa daerah mereka, mengenakan pakaian dan sepatu gaya Barat, kebiasaan mengunjungi restoran dan minum limun, menonton film, dan hal-hal yang berbau Barat lainnya. 35 Di dalam struktur lapisan masyarakat, golongan tersebut tetap dianggap sebagai golongan pribumi meskipun pendidikannya tinggi. Hal ini disebabkan oleh adanya stratifikasi rasial yang diciptakan oleh pemerintah Belanda. Adanya golongan pribumi yang mempunyai kedudukan dalam pemerintahan Belanda ambtenaren , tetap saja posisinya berada di bawah orang-orang Eropa. 36 Akibat adanya pertumbuhan penduduk yang sangat pesat, tanah-tanah di 34 Suhartono, Apanage Dan Bekel: Perubahan Sosial di Pedesaan Surakarta 1830-1920. Yogyakarta: Tiara Wacana, 1991, hlm 32-35. 35 Takhashi Shiraishi, op.cit, hlm 40. 36 Ibid, hlm 39. 47 kota menjadi semakin sempit. 37 Lahan-lahan untuk pertanian menjadi berkurang, namun di lain pihak penduduk pribumi mulai mencari mata pencaharian lain, misalnya dengan berdagang kulit. Khususnya di daerah yang terkenal dengan sebutan kampung Kulitan. Adanya pekerjaan baru itulah mereka memperoleh keuntungan yang besar sehingga mampu membangun rumah-rumah yang besar dan mewah menyerupai bangunan-bangunan rumah tinggal para pejabat pemerintah kolonial Belanda. Para pengusaha dan pedagang inilah yang merupakan salah satu golongan yang berperan besar dalam perkembangan arsitektur gaya Indis di Semarang.

C. Pendukung Kebudayaan Indis Dan Gaya Hidupnya