Respon Stres Konsep Stres

14 dihasilkan oleh demands tersebut bergantung pada keseriusan penyakit dan usia orang tersebut. Hal lain yang dapat menimbulkan stres individu sendiri adalah melalui penilaian dari dorongan motivasi yang bertentangan, ketika terjadi konflik dalam diri seseorang dan biasanya orang tersebut berada dalam suatu kondisi dimana dia harus menentukan pilihan, dan pilihan tersebut sama pentingnya b. Sumber Stres dalam Keluarga. Perilaku, kebutuhan, dan kepribadian dari tiap anggota keluarga yang mempunyai pengaruh dan berinteraksi dengan anggota keluarga lainnya, kadang menimbulkan gesekan. c. Sumber Stres dalam Komunitas dan Lingkungan. Jika kita terlepas dari stres akibat pekerjaan, sangatlah penting untuk mengevaluasi gaya bekerja. Kepuasaan kerja dan kecocokan dengan atasan dan bawahan, serta organisasi. Hubungan yang dibuat seseorang diluar lingkungan keluarganya dapat menghasilkan banyak sumber stres. Salah satunya adalah bahwa hampir semua orang pada suatu saat dalam kehidupannya mengalami stres yang berhubungan dengan pekerjaannya.

2.2.3 Respon Stres

Hans Selye 1946 dalam Nasir, 2011 telah melakukan riset terhadap dua respons fisiologis tubuh terhadap stres, yaitu Local Adaptation Syndrome LAS dan General Adaptation Syndrome GAS. 1. Local Adaptation Syndrome LAS Universitas Sumatera Utara 15 Tubuh menghasilkan banyak respons setempat terhadap stres. Respons setempat ini termasuk pembuluh darah dan penyembuhan luk, akomodasi mata terhadap cahaya, dan sebagainya. Responsnya berjangka pendek. Berikut ini adalah karakteristik LAS. a. Respons yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua sistem. b. Respons bersifat adaptif; diperlukan stresor untuk menstimulasikannnya. c. Respons bersifat jangka pendek dan tidak terus-menerus. d. Respons bersifat restoratif. 2. General Adaptation Syndrom GAS Merupakan respons fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stres. Respons yang terlibat di dalamnya adalah sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Pada beberapa buku teks GAS sering disamakan dengan sistem neuroendokrin. GAS terbagi menjadi tiga tahap berikut ini. a. Fase alarm waspada Melibatkan pengarahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi stresor. Tanda fisik: curah jantung meningkat, peredaran darah cepat, serta darah di perifer dan gastrointestinal mengalir ke kepala dan ekstremitas. Banyak organ tubuh terpengaruh, gejala stres memengaruhi denyut nadi, ketegangan otot, dan daya tahan tubuh menurun. Fase alarm melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan tubuh seperti pengaktifan hormon yang berakibat pada meningkatnya volume darah, yang pada akhirnya menyiapkan individu untuk beraksi. Universitas Sumatera Utara 16 Teraktivasinya epinefrin dan norefinefrin mengakibatkan denyut jantung meningkat dan terjadi peningkatan aliran darah ke otot. Selain itu, juga terjadi peningkatan ambilan O dan meningkatnya kewaspadaan mental. Aktivitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan “respon melawan atau menghindar”. Respon ini bisa berlangsung dari menit sampai jam. Bila stressor masih menetap, maka individu akan masuk ke dalam fase resistensi. b. Fase Resistance resistensi melawan Individu mencoba berbagai macam mekanisme penangggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya pada keadaan normal, dan tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stres. Bila teratasi, gejala stres akan menurun dan tubuh kembali stabil, termasuk hormon, denyut jantung, tekanan darah, dan curah jantung. Hal tersebut terjadi karena individu tersebut berupaya beradapatasi terhadap stresor, jika ini berhasil tubuh akan memperbaiki sel-sel yang rusak. Bila gagal, maka individu tersebut akan jatuh pada tahapan terakhir dari GAS, yaitu fase kehabisan tenaga. c. Fase Exhaustion kelelahan Merupakan fase perpanjangan stres yang belum dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya. Energi untuk penyesuaian telah terkuras. Akibatnya, timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti Universitas Sumatera Utara 17 sakit kepala, gangguan mental, penyakit arteri koroner, dan sebagainya. Bila usaha melawan tidak dapat lagi diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan kematian. Pada tahap ini cadangan energi telah menipis atau habis, akibatnya tubuh tidak mampu lagi menghadapi stres. Ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap stresor inilah yang akan berdampak pada kematian individu tersebut.

2.2.4 Tingkatan Stres

Dokumen yang terkait

Status Periodontal Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa Dan Non-Hemodialisa Di Klinik Spesialis Ginjal Dan Hipertensi Rasyida Medan

0 0 9

Status Periodontal Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa Dan Non-Hemodialisa Di Klinik Spesialis Ginjal Dan Hipertensi Rasyida Medan

0 0 2

Status Periodontal Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa Dan Non-Hemodialisa Di Klinik Spesialis Ginjal Dan Hipertensi Rasyida Medan

0 1 6

Status Periodontal Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa Dan Non-Hemodialisa Di Klinik Spesialis Ginjal Dan Hipertensi Rasyida Medan

0 0 16

Gambaran Tingkat Stres, Ansietas dan Depresi pada Pasien yang Menjalani Hemodialisa di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan

0 0 10

Gambaran Tingkat Stres, Ansietas dan Depresi pada Pasien yang Menjalani Hemodialisa di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan

0 0 2

Gambaran Tingkat Stres, Ansietas dan Depresi pada Pasien yang Menjalani Hemodialisa di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan

0 0 7

Gambaran Tingkat Stres, Ansietas dan Depresi pada Pasien yang Menjalani Hemodialisa di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan

0 1 34

Gambaran Tingkat Stres, Ansietas dan Depresi pada Pasien yang Menjalani Hemodialisa di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan

0 0 5

Gambaran Tingkat Stres, Ansietas dan Depresi pada Pasien yang Menjalani Hemodialisa di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan

0 1 67