36
1. Dengan ciri psikotik : adanya Delusi dan atau halusinasi
2. Dengan ciri psikotik mood-kongruen: isi semua delusi dan halusinasi
konsisten dengan tema tipikal depresif pada kekurangan pribadi, rasa bersalah, penyakit, kematian, nihilisme atau hukuman yang layak.
3. Dengan ciri psikotik mood-inkongruen: isi dari delusi atau halusinasi tidak
melibatkan tema tipikal depresif pada kekurangan pribadi, rasa bersalah, penyakit, kematian, nihilisme atau hukuman yang layak atau konten
campuran mood-kongruen dan tema mood- komgruen. 4.
Dengan remisi sebagian : gejala episode mayor sebelumnya hadir segera, tetapi kriteria penuh tidak tepenuhi, atau ada periode yang berlangsung
kurang dari 2 bulan tanpa gejala yang signifikan dari episode depresi mayor yang diikuti sampai akhir episode tersebut.
5. Dengan remisi penuh : selama 2 bulan terakhir tidak ada tanda-tanda
gejala yang signifikan dari gangguan yang hadir.
2.4.5. Terapi Pada Depresi.
Menurut Pieter, dkk, 2011 terapi pada depresi adalah sebagai berikut : a. Terapi Individu.
Terapi individu yaitu dengan mengeksplorasi perasaan yang menyebabkan depresi akibat kehilangan orang-orang yang dicintai klien. Mendiskusikan
perilaku pengalahan diri, harapan yang tidak realistis, dan kemungkinan distorsi dari realita. Mendorong klien untuk mengungkapkan rasa frustasi, marah, dan
Universitas Sumatera Utara
37
putus asa. Mengupayakan klien agar dapat mengubah pola berpikir negatif otomatif tentang diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan masa depan.
Memberikan kesempatan pada klien untuk menyelesaikan masalah-masalah interpersonal.
b. Terapi Keluarga Meminta informasi dari masing-masing anggota keluarga tentang situasi
keluarga saat ini. Terapis bekerja sama dengan keluarga dalam menelusuri bagaimana konflik-konflik atau krisis yang ditangani dan mengevaluasi tentang
dukungan anggota keluarga pada penyembuhan klien. Kaji tentang ketertutupan dan ketidakpedulian dari setiap anggota keluarga. Ajarkan kepada keluarga klien
tentang keterampilan komunikasi yang persuasif, penyelesaian masalah, pengelolaan manajemen stres, dan ekspresi perasaan yang konstruktif.
Mengajarkan keluarga klien dalam mengatasi secara efektif segala aspek yang mengancam diri klien. Mengkaji perasaan bersalah dan menyalahkan diri akibat
pandangan yang tidak realistis pada situasi krisis.
c. Terapi Kelompok Meningkatkan harga diri dan mengakui kekuatan dari setiap anggota
kelompok. Mengajarkan klien tentang cara membentuk dan mempertahankan hubungan interpersonal, terutama setelah klien mengalami kehilangan. Membantu
klien untuk mengembangkan strategi untuk memperoleh dukungan sosial, mengurangi rasa kesepian, mendapatkan umpan balik dari orang lain, dan
Universitas Sumatera Utara
38
mengatasi stresor. Mengajarkan klien untuk memperoleh dukungan dan bantuan teman sebaya dan mengajarkan dia untuk menurunkan dan menghilangkan distorsi
kognitifnya. d. Terapi Obat-obatan
Memberikan obat-obatan yang disesuaikan dengan tingkat dan gejala- gejala depresi. Dalam fase akut, gejalanya ditangani denganmemberikan obat pada
dosis tertentu yang disesuaikan untuk mencegah efek samping yang merugikan klien. Akan tetapi, pada fase ringan atau tidak memiliki risiko tinggi, maka
sebaiknya penanganan depresi dilakukan dengan memberikan bimbingan dan penyuluhan psikologis. Adapun jenis-jenis obat yang digunakan untuk mengatasi
depresi adalah selective serotonin reuptake inhibitors SSRis, antipsikotik depresi berat, dan benzodiazepin untuk gangguan tidur.
2.5. Hubungan stres, ansietas dan depresi terhadap hemodialisa yang dijalani pasien gagal ginjal kronik.
Respon atau reaksi seseorang terhadap stressor psikososial yang dialaminya berbeda satu dengan yang lainnya, ada yang menunjukkan gejala-
gejala stres, ada juga yang menunjukkan gejala-gejala kecemasan dan atau depresi. Tidak jarang ketiga gejala tersebut juga saling tumpang tindih, sebab
dalam pengalaman klinis jarang ditemukan ketiga gejala tersebut masing-masing berdiri sendiri. Pada gejala stres, gejala yang dikeluhkan penderita didominasi
oleh keluhan-keluhan somatik fisik tetapi dapat pula disertai keluhan-keluhan psikis. Pada gejala ansietas, gejala yang dikeluhkan penderita didominasi oleh
Universitas Sumatera Utara
39
keluhan-keluhan psikis ketakutan dan kekhawatiran, tetapi dapat pula disertai keluhan-keluhan somatik fisik. Pada depresi, gejala yang dikeluhkan penderita
didominasi oleh keluhan psikis kemurungan dan kesedihan, tetapi dapat pula
disertai keluhan-keluhan somatik Hawari, 2013.
Apabila sistem perkemihan tidak dapat berfungsi dengan baik, maka semua organ pada dasarnya akan berpengaruh. Pasien yang mengalami perubahan
eliminasi urin juga dapat menderita secara emosional akibat perubahan citra tubuhnya Potter Perry, 2006.
Pada saat stres hipotalamus memberi sinyal kepada kelenjar adrenalin untuk memproduksi lebih banyak hormon adrenalin dan kortisol untuk dilepas
kedalam pembuluh darah. Hormon ini meningkatkan kerja jantung, nafas cepat, tekanan darah dan metabolisme dan pada saat stres sekresi renin akan meningkat
ke ginjal yang menyebabkan ginjal harus bekerja lebih berat. Hemodialisis adalah suatu prosedur yang menyokong hidup untuk
pengobatan pada pasien penyakit ginjal kronik. Terapi dialisis jangka panjang, bagaimanapun membutuhkan waktu yang banyak, mahal, dan membutuhkan
kepatuhan terhadap regimen terapi, seperti pembatasan cairan dan makanan. Hal ini juga berpengaruh terhadap hilangnya kebebasan, ketergantungan pada
pengasuh, mengganggu hubungan perkawinan, keluarga dan kehidupan sosial, mengurangi atau kehilangan pendapatan Lai KN, 2009.
Pasien hemodialisis tidak hanya menghadapi stresor yang berhubungan dengan pengobatan, tetapi juga harus bisa mengubah konsep atas diri dan
Universitas Sumatera Utara
40
kepercayaan diri, perubahan aturan dalam keluarga dan kehilangan martabat. Ansietas adalah salah satu respons emosi terhadap kondisi yang dialami
iniBayhakki, 2012. Mesin hemodialisis adalah penting pada pasien yang menjalani terapi
hemodialisis. Pasien merasa bahwa mereka tidak bisa bepergian kemana-mana untuk waktu yang lama, karena mereka harus ke rumah sakit atau pusat
hemodialisis untuk pengobatan Bayhakki, 2012. Depresi merupakan kondisi gangguan kejiwaan yang paling banyak
ditemukan pada populasi pasien gagal ginjal kronik. Prevalensi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa sekitar 20-30 bahkan bisa mencapai 59
Battistella, 2012. Depresi merupakan kondisi yang umum pada pasien yang menjalani
hemodialisis, depresi dapat berdampak pada emosional, kesehatan mental, fungsi sosial yang dapat memperburuk kondisi kesehatan pasien Cruz, Fleck
Polanczyk, 2010. Kondisi depresi dapat mempengaruhi motivasi pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari sehingga berdampak pada penurunan kesehatan
fisik dan mental yang akan memperberat penyakit dan meningkatkan kematian hedayati, et al, 2008
Cichocki 2009 juga mengatakan bahwa keadaan depresi akan membuat pasien pesimis akan masa depan, memandang dirinya tidak berharga, tidak
berguna, cenderung mengurung diri dan tidak ingin bergaul dengan orang lain, hal ini akan mempengaruhi secara keseluruhan aspek-aspek dalam kehidupan pasien.
Universitas Sumatera Utara
41
Peneliti kurella, et al 2005 juga mengatakan bahwa pasien gagal ginjal tahap akhir kehilangan kemampuan fisik dan kognitif yang akhirnya membawa
pasien pada kesedihan dan keputusasaan sehingga menyebabkan pemutusan dialisis, perilaku ini dianggap sebagai pemikiran bunuh diri, bunuh diri dipacu
akibat kegagalan mengatasi stres dialisis. Oleh karena itu dipandang perlu untuk pasien hemodialisa harus berada dibawah evaluasi dari psikiatri Keskin Engin,
2011.
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dialisa adalah metode terapi yang bertujuan untuk menggantikan fungsi atau kerja ginjal, yaitu membuang zat-zat sisa dan kelebihan cairan dari tubuh.
Ada dua jenis dialisa yaitu hemodialisa dan dialisis peritoneal Mahdiana, 2011. Hemodialisa adalah suatu bentuk tindakan atau pertolongan dengan
menggunakan alat yaitu dialyzer yang bertujuan untuk menyaring dan membuang sisa produk metabolisme toksik yang seharusnya dibuang oleh ginjal Rahman,
2013. Terapi
pengganti ginjal
menjadi satu-satunya
pilihan untuk
mempertahankan fungsi tubuh. Seseorang yang menderita gagal ginjal kronik harus menjalani hemodialisa secara teratur sebelum mendapatkan ginjal
cangkokkan. Saat ini hemodialisa merupakan terapi pengganti ginjal yang paling banyak dipilih dan dilakukan Lemone Burke, 2008.
Di Indonesia jumlah pasien yang menjalani hemodialisis tahun 2012 sebanyak 24.141 orang. Di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2013
jumlah pasien yang menderita gagal ginjal sebanyak 191 orang kasus, sedangkan di RS Pirngadi Medan sebanyak 184 orang kasus gagal ginjal secara rutin
menjalani pengobatan hemodialisis Askes, 2013 dalam Pane 2014. Di klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan pasien baru yang menjalani
hemodialisa pada tahun 2014 terdapat 187 orang, jumlah tersebut merupakan data
1
Universitas Sumatera Utara