44
di kepala, menjadikan dia sebagai sang tujuan, sebagai mahakarya yang termuntahkan ke dunia.
Dari uraian tersebut, makna surat yang tak pernah terkirim pada tataran konotatif memiliki fungsi berbeda dengan tataran denotatif, yakni digambarkan
sebagai sebuah benda berupa tulisan yang berisikan pesan. Sebaliknya pada tataran kedua, makna konotasi kata surat diwujudkan sebagai luapan perasaan
tokoh kamu yang tidak pernah terungkap kepada dia, sosok yang selalu kamu simpan sebagai sejarah yang patut didokumentasikan dan dikenang setiap saat,
hingga pada akhirnya yang kamu temukan hanyalah sebuah keletihan dan ketidakrelaan untuk melepaskannya. Dengan demikian, penggunaan kata surat
pada teks memiliki fungsi emotif, yakni pengekspresian gagasan sesuai dengan kejadian yang melatarbelakanginya.
4.2.3 Sikat Gigi Makna denotatif cerpen Sikat Gigi dapat diuraikan melalui identifikasi
penggunaan kata sikat gigi dengan gambaran peristiwa yang difungsikan sebagai satuan tandanya. Pada tataran denotatif kata sikat gigi dikaitkan dengan peristiwa
lainnya secara sintagmatis, yakni ketika Egi menjelaskan hobinya menyikat gigi kepada Tio, sahabatnya sebagai tindakan yang paling disukainya. Hal itu dapat
dilihat pada teks berikut: ‘Tio...,” panggilnya setelah lama mematung. “Saya suka sekali menyikat
gigi. Mau tahu kenapa?” Ingin ku lontarkan jawaban seperti “supaya gigi tidak bolong,” atau
“afeksi berlebihan pada rasa odol”, tapi kuputuskan untuk diam.
Universitas Sumatera Utara
45
“Waktu saya menyikat gigi, saya tidak mendengar apa-apa selain bunyi sikat. Dunia saya mendadak sempit...Cuma gigi, busa, dan sikat. Tidak ada ruang
untuk yang lain. Hitungan menit, Tio, tapi berarti banyak. Hal 59 Kemudian sikat gigi juga digunakan sebagai bentuk hadiah yang
diberikan Tio ketika ulang tahun Egi ke-27. Hadiah tersebut diberikan karena Tio memahami bagaimana kecintaan Egi terhadap tindakan menyikat gigi yang
menurutnya tidak masuk akal. Berikut contoh urainnya: “Ini... hadiah untuk kamu.” Aku menjegal langkah terakhirnya sebelum
menginjak antah-berantah itu. Egi terkejut melihat kotak di depan mukanya. “Sejak kapan kamu kasi
kado segala?” “Usia 27 itu usia penting,” jawabku sekenanya.
Tawanya semringah ketika tahu apa isi kotak itu. Aku sibuk menjelaskan. “Sikat gigi elektronik. Bergaransi, watt kecil,
antiplak, sikatnya banyak dan masing-masing beda fungsi. Seri ini punya kemasan khusus buat travelling, cukup kecil untuk kamu bawa-bawa di dalam tas. Ini buku
panduannya....”
“Tio,” potongnya geli seraya menahan tanganku, “saya tahu kamu itu manusia praktis yang pasti memilih hadiah seperti ini, tapi... kenapa sikat gigi?”
Kutatap kedua mata itu, hanya untuk menjemput kegugupan yang membuatku gegelapan, “Soalnya... ehm, soalnya...” Ku bersihkan tenggorokan,
mengusir jauh-jauh keparat yang menghambat lidah, melirik dan mendapatkan Egi tengah tersenyum menunggu jawabanku. Senyuman yang melonjakkan listrik
di jaringan otak. Senyuman yang menyakinkanku bahwa dunia ini cukup indah tanpa perlu lagi surga. Senyuman yang membuatku berkecukupan.” Hal 61
Melalui peristiwa di atas, dapat diuraikan bahwa denotasi makna sikat gigi mengacu pada sebuah hobi tindakan menyikat gigi yang disukai oleh Egi.
Oleh karena itu, ketika ulang tahunnya yang ke-27, Tio memberikan hadiah berupa sikat gigi elektronik yang menjadi kesukaan Egi. Dengan demikian
penggunaan kata sikat gigi pada teks cerpen dimaknai sebagai hobi yang dimiliki oleh Egi. Pemaknaan kata sikat gigi pada tataran denotatif tidak mengacu pada
Universitas Sumatera Utara
46
makna lain di luar isi wacanannya. Hal itu ditunjukkan oleh gambaran peristiwa yang difungsikan sebagai satuan tandanya, yakni menjelaskan makna tanda
kebahasaan itu sendiri sebagai hobi berupa tindakan menyikat gigi.
Makna konotatif penggunaan kata sikat gigi dapat diuraikan melalui
identifikasi bentuk kejanggalan yang ditemukan pada teks, yakni di luar fungsinya sebagai hobi menyikat gigi yang diuraikan pada tataran pertama denotatif.
Berikut ini contoh teks penggunaan kata sikat gigi yang mengacu pada makna lain di luar isinya:
“Saya sendiri sudah banyak berpikir, murni dengan sel-sel otak seperti yang selalu kamu anjurkan, menerjemahkan apa yang kamu anggap absurditas.
Dan kesimpulannya...,” dia berkata mengeja, genggaman tangannya terasa hangat, “alam hati saya tidak mungkin dimengerti siapa-siapa. Tapi ke mana pun saya
pergi, kamu tetap orang yang paling nyata, paling berarti. Saya tidak mesti menyikat gigi untuk bisa pulang. Kamulah tiket sekali jalan.” Hal 65
Pada peristiwa tersebut, sikat gigi disejajarkan sebagai jalan yang tidak perlu dilalui oleh Egi ketika ia memutuskan untuk menerima Tio, sebagai tiket
sekali jalan. Hal itu berkaitan pula dengan makna sikat gigi yang difungsikan sebagai tiket bagi Egi seperti pada uraian teks berikut:
“Saya tidak pernah mengerti dunia dalam lamunan kamu,” kata-kata itu akhirnya meluncur keluar, “pengharapan yang kamu punya, dan kekuatan macam
apa yang sanggup menahan kamu begitu lama di sana. Tapi, kalau memang sikat gigi itu tiket yang bisa membawa kamu pulang, saya ingin kamu semakin lama
menyikat gigi, semakin asyik, sampai moga-moga lupa berhenti. Karena berarti kamu lebih lama lagi di sini, di dunia yang saya mengerti. Satu-satunya tempat
saya eksis buat kamu.” Hal 62
Selanjutnya sikat gigi juga digambarkan sebagai salah satu alasan ketakutan bagi Tio bahwa suatu saat hal itu tidak lagi dapat menjadi alasan bagi
Egi untuk bertahan seperti pada uraian berikut:
Universitas Sumatera Utara
47
Setiap kali aku duduk di sofa dan memandangi Egi yang asyik menyikat gigi, ketakutan itu kadang-kadang datang. Ketakutan kalau suatu hari aku terpaksa
harus menariknya pulang dengan paksa, dan sikat gigi tak mampu lagi menjadi tiketnya. Ketakutan kalau aku harus kehilangan dunia absurd tempat perasaanku
bersemayam, dunia yang amat kusukai. Ketakutan yang justru timbul setelah aku benar-benar mengerti perasaan Egi dan semua alasannya dulu. Hal 66
Dari uraian contoh teks di atas dapat diidentifikasi bahwa makna sikat gigi pada tataran pertama memiliki fungsi yang berbeda pada tataran kedua
konotatif. Penggunaan kata sikat gigi diwujudkan sebagai cara yang dipilih oleh Egi untuk sejenak melupakan masa lalunya, hingga pada akhirnya ia menyadari
bahwa hanya Tio yang dapat menjadi cara yang tepat baginya untuk bisa meninggalkan masa lalu tanpa perlu menyikat gigi. Dengan demikian,
penggunaan kata sikat gigi pada tataran konotatif memiliki fungsi referensial, yakni gambaran sikat gigi benda melalui tindakan menyikat gigi yang awalnya
menjadi pilihan bagi Egi sebelum memutuskan menerima Tio sebagai tiket nyatanya.
4.2.4 Sepotong Kue Kuning Makna denotatif penggunaan kata sepotong kue kuning pada teks cerpen