Cerpen Komunikasi Sastra Konsep

9 dengan proses pendeskripsian makna denotatif dan konotatif yang diuraikan pengarang melalui konfigurasi gagasan untuk menciptakan efek estetik.

2.2 Konsep

Pradopo 2001: 38 menjelaskan bahwa konsep diartikan sebagai unsur penelitian yang amat mendasar dan menentukan arah pemikiran si peneliti, karena menentukan penetapan variabel. Dalam karya sastra konsep misalnya berupa ide, gagasan, keindahan, fungsi sastra dalam masyarakat. Karena ada konsep, anggapan dasar dapat dilihat. Dengan demikian, berikut beberapa definisi dari istilah-istilah yang terkait sebagai referensi fokus penelitian ini, yakni:

2.2.1 Cerpen

Cerpen, sesuai dengan namanya, adalah cerita yang pendek. Akan tetapi, berapa ukuran panjang pendek itu memang tidak ada aturannya, tak ada satu kesepakatan di antara para pengarang dan para ahli Nurgiyantoro, 1995: 10. Ada semacam anggapan bahwa cerpen merupakan novel yang dipersingkat, namun faktanya pembaca lebih relevan menikmati novel dibandingkan cerpen, karena dianggap lebih utuh dalam penceritaannya. Sama halnya dengan pernyataan Stanton 2007: 89 yang mengemukakan bahwa masyarakat lebih dapat menikmati novel ketimbang cerpen atau lebih memilih mendengarkan simfoni ketimbang musik kamar. Satu hal yang pasti, setiap petualang literer yang matang akan lebih menghargai ketrampilan dan keahlian artistik pengarang. Cerpen merupakan contoh sempurna dari genre karya sastra yang pantas diperlukan sedemikian rupa. Universitas Sumatera Utara 10

2.2.2 Komunikasi Sastra

Istilah komunikasi dalam kehidupan sehari-hari dianggap sebagai media atau alat untuk menyampaikan gagasan atau pesan sebagai bagian dari interaksi sosial. Seperti pandangan Rousydiy 1989: 1 bahwa seorang individu yang ingin menyampaiakan sesuatu pesan atau ide kepada individu lainnya dengan menggunakan lambang-lambang yang mengandung arti mungkin lambang kata atau tanda-tanda lainnya itulah komunikasi dengan segala prosesnya. Demikian juga halnya dengan komunikasi dalam sastra, pada hakikatnya bertujuan menyampaikan pesan dan maksud pengarang. Namun berbeda dengan komunikasi umumnya, komunikasi sastra memanfaatkan bahasa sebagai media utamanya. Namun bukan bahasa yang wajar terdengar, tetapi bahasa yang telah dimodifikasi dengan unsur-unsur stile gaya bahasa untuk menciptakan efek estetik sebagai bagian dari fungsi artistik karya sastra. Ratna 2004: 297 mengemukakan bahwa sebagai gejala komunikasi karya sastra menunjuk pada sistem yang menghubungkan karya dengan pengarang dan pembaca. Untuk itu, karya sastra tidak hanya menyangkut persoalan bahasa, tetapi bagaimana pengarang mengkomunikasikan pesan sehingga mampu ditangkap pembaca.

2.2.3 Komunikasi Estetik