40
Gambaran konotasi di atas mengisyaratkan adanya pengertian lain di luar fungsinya sebagai nama kedai kopi pada tataran pertama. Makna kata Filosofi
Kopi tidak hanya difungsikan sebagai nama kedai dengan slogan Temukan Diri Anda di Sini, tetapi juga sebagai bentuk pembuktian eksistensi Ben sebagai barista
handal. Tantangan terhadap racikan kopi andalannya Ben’s Perfecto mengubah sudut pandang Ben terhadap makna kopi yang sesungguhnya. Ben menyadari
bahwa letak kesempurnaan hidup yang dicarinya tidak hanya sekadar pada rasa kopi racikannya, tetapi diperoleh dari kecintaan pelanggan setianya yang tidak
menuntut kesempurnaan rasa. Sebaliknya, mereka mengingingkan Ben dan kedai Filosofi Kopi dengan uraian slogan filosofis hidup yang menjadi magnet tersendiri
bagi pengungjungnya. Hubungan antara konotasi makna nama Filosofi Kopi dengan slogan Temukan Diri Anda di Sini membentuk fungsi konatif, yakni
sebagai ajakan atau imbauan kepada pengungjung untuk menemukan wujud kesempurnaan hidup di kedai Filosofi Kopi.
4.2.2 Surat yang Tak Pernah Sampai Makna denotatif cerpen Surat yang Tak Pernah Sampai dapat
diidentifikasi melalui bentuk penggunaan kata surat sebagai sistem tanda dengan gambaran peristiwa yang dapat difungsikan sebagai satuan tanda. Kata surat yang
terdapat di dalam cerpen digambarkan bersama tokoh kamu sebagai surat yang tidak akan pernah terkirim. Hal itu dapat dilihat melalui teks di bawah ini:
Suratmu itu tidak akan pernah terkirim, karena sebenarnya kamu hanya ingin berbicara kepada dirimu sendiri. Kamu ingin berdiskusi dengan angin,
dengan wangi sebelas tangkai sedap malam yang kamu beli dari tukang bunga berwajah memelas, dengan nyayian nyamuk-nyamuk yang cari makan, dengan
malam, dengan detik jam... tentang dia. Hal 40
Universitas Sumatera Utara
41
Surat yang diuraikan di dalam cerpen ditujukan pada tokoh dia, yang
digambarkan sebagai sosok yang tidak pernah bisa dipahami oleh tokoh kamu, yakni tokoh dengan karakter yang mengalami kebimbangan ketika mengambil
keputusan terhadap surat yang mengingatkannya terhadap dia di masa lalu. Selain itu, kebimbangan kamu juga digambarkan dengan uraian bahwa di satu sisi kamu
menginginkan kehadiran tokoh dia, tetapi di sisi lain juga ingin melupakan seluruh momen yang pernah terjadi di antara tokoh kamu dan dia.
Suratmu itu tidak akan pernah terkirim, karena sebenarnya kamu hanya ingin berbicara kepada dirimu sendiri. Kamu ingin berdiskusi dengan angin,
dengan wangi sebelas tangkai sedap malam yang kamu beli dari tukang bunga berwajah memelas, dengan nyayian nyamuk-nyamuk yang cari makan, dengan
malam, dengan detik jam... tentang dia. Akan kamu kirimkanlah lagi tiket bioskop, bon restoran, semua tulisannya-dari mulai nota sebaris sampai doa
berbait-bait. Dan beceklah pipinya karena geli, karena asap, dan abu dari benda- benda yang dia hanguskan-bukti-bukti bahwa kalian pernah saling tergila-gila-
berterbangan masuk ke matanya. Semoga dia pergi dan tak pernah menoleh lagi. Hidupmu, hidupnya, pasti akan lebih mudah. Hal 41
Surat itu menjadi bagian terburuk bagi kehidupan tokoh kamu, yakni mampu mengembalikan ingatannya pada kejadian-kejadian di masa lalu yang
tidak ingin diingat kembali tetapi telah menjadi salah satu bagian yang mengaharuskan kamu untuk terus mengingat dia. Berikut uraian teksnya:
Kamu takut. Kamu takut karena ingin jujur. Dan kejujuran menyudutkanmu untuk
mengakui kamu mulai ragu. Dialah bagian terbesar dalam hidupmu, tetapi kamu cemas. Kata
“sejarah” mulai menggantung hati-hati di atas sana. Sejarah kalian. Konsep itu menakutkan sekali.
Sejarah memiliki tampuk istimewa dalam hidup manusia, tetapi tidak lagi melekat utuh pada realitas. Sejarah seperti awan yang tampak padat berisi tetapi
ketika disentuh menjadi embun yang rapuh.
Universitas Sumatera Utara
42
Skenario perjalanan kalian mengharuskanmu untuk sering menyejarahkannya, merekamnya, lalu memainkannya ulang di kepalamu sebagai
sang Kekasih Impian, sang Tujuan, sang Inspirasi bagi segala mahakarya yang termuntahkan ke dunia. Sementara dalam setiap detik yang berjalan, kalian seperti
musafir yang tersesat di padang. Berjalan dengan kompas masing-masing, tanpa ada usaha saling mencocokkan. Sesekali kalian bertemu, berusaha saling toleransi
atas nama Cinta dan Perjuangan yang tidak Boleh sia-sia. Kamu sudah membayar mahal untuk perjalanan ini. Kamu pertaruhkan segalanya demi apa yang kamu
rasa benar. Dan, mencintainya menjadi kebenaran tertinggimu. Hal 43
Selanjutnya gambaran ketidakberterimaan tokoh kamu pada kenyataan yang harus dihadapinya melalui surat yang seharusnya disampaikan pada dia,
jelas terlihat sampai pada halaman kedua surat. Tokoh kamu seakan tidak ingin percaya dan masih berharap bahwa surat itu seharusnya tidak pernah ada.
Sampai pada halaman kedua suratmu, kamu yakin dia akan paham, atau setidaknya setengah memahami, betapa sulitnya perpisahan yang dilakukan
sendirian. Tidak ada sepasang mata yang mampu menyakinkanmu bahwa ini
memang sudah usai. Tidak ada kata, peluk, cium, atau langkah kaki beranjak pergi, yang mampu menjadi penanda dramatis bahwa sebuah akhir telah
diputuskan bersama.
Atau sebaliknya, tidak ada sergahan yang membuatmu berubah pikiran, tidak ada kata “jangan” yang mungkin apabila diucapkan dan ditindakkan dengan
tepat, akan membuatmu menghambur kembali dan tak mau pergi lagi. Hal 45
Sampai pada akhirnya tokoh kamu tetap bertahan pada pendiriannya, bahwa suatu saat surat yang tidak pernah sampai itu akan terkirim pada dia.
Surat-surat yang sudah terlalu lama tersimpan, surat yang seharusnya sejak dulu sampai pada dia, berharap agar dia bisa melihat ketidakinginan kamu mengalami
perpisahan dengan cara yang kamu anggap sebagai perpisahan yang paling sepi.
Universitas Sumatera Utara
43
Perpisahan yang mengharuskan kamu untuk menjadikan dia sebagai bagian dari dokumentasi perjalanan hidupmu.
Ketika surat itu tiba di titiknya yang terakhir, masih akan ada sejumput kamu yang bertengger tak mau pergi dari perbatasan usai dan tak usai. Bagian dari
dirimu yang merasa paling bertanggung jawab atas semua yang sudah kalian bayarkan bersama demi mengalami perjalanan hari sedahsyat itu. Dirimu yang
mini, tapi keras kepala, memilih untuk tidak ikut pergi bersama yang lain, menetap untuk terus menemani sejarah. Dan karena waktu semakin larut,
tenagamu pun sudah menyurut, maka kamu akan membiarkan si kecil itu bertahan semaunya. Hal 46
Dari rangkaian peristiwa yang difungsikan sebagai satuan tanda di atas yang dikaitkan secara sintagmatis dengan kata surat, dapat diindentifikasi bahwa
denotasi makna penggunaan kata surat pada cerpen Surat yang Tak Pernah Sampai digambarkan sebagai benda berupa tulisan yang diuraikan sebagai surat
yang tidak terkirim. Artinya, makna kata surat pada tataran denotatif memiliki pengertian sebagai pesan tertulis yang dibuat oleh kamu dan ditujukan pada dia.
Pemaknaan kata surat pada tataran ini tidak mengacu pada makna lain di luar isi wacananya karena satuan tanda berupa peristiwa-peristiwa yang membentuk kata
tersebut menjelaskan makna tanda kebahasaan itu sendiri, yang disebut dengan fungsi metalingual.
Makna konotatif penggunaan kata surat yang dijadikan sebagai tanda
dengan rangkaian peristiwa lainnya yang difungsikan sebagai satuan tanda, dapat diidentifikasi melalui bentuk-bentuk kejanggalan yang ditemukan pada teks,
seperti gambaran tokoh kamu yang berdiskusi dengan angin, wangi sebelas tangkai, dan dengan nyamuk-nyamuk. Gambaran dia sebagai sosok yang dapat
menjadi racun dan membunuh kamu perlahan, yang kamu reka dan mainkan ulang
Universitas Sumatera Utara
44
di kepala, menjadikan dia sebagai sang tujuan, sebagai mahakarya yang termuntahkan ke dunia.
Dari uraian tersebut, makna surat yang tak pernah terkirim pada tataran konotatif memiliki fungsi berbeda dengan tataran denotatif, yakni digambarkan
sebagai sebuah benda berupa tulisan yang berisikan pesan. Sebaliknya pada tataran kedua, makna konotasi kata surat diwujudkan sebagai luapan perasaan
tokoh kamu yang tidak pernah terungkap kepada dia, sosok yang selalu kamu simpan sebagai sejarah yang patut didokumentasikan dan dikenang setiap saat,
hingga pada akhirnya yang kamu temukan hanyalah sebuah keletihan dan ketidakrelaan untuk melepaskannya. Dengan demikian, penggunaan kata surat
pada teks memiliki fungsi emotif, yakni pengekspresian gagasan sesuai dengan kejadian yang melatarbelakanginya.
4.2.3 Sikat Gigi Makna denotatif cerpen Sikat Gigi dapat diuraikan melalui identifikasi