49
menjadikannya satire. Menertawakan sesuatu yang sesungguhnya tidak lucu. Hal 74
Setiap malam Indi duduk di pinggir jendela untuk berbicara pada sepotong kue kuningnya. Berusaha mengingatkan berulang-ulang bahwa yang dia
inginkan sungguhlah sederhana: setengah jiwanya yang selalu ikut pergi dengan Lei. Itu saja. Indi ingin jiwanya runtuh. Hal 79
Berbulan-bulan, Indi menutup tirai rapat-rapat, menyangkal kehadiran kue kuningnya, melawan rasa rindu dan sesal, menggantinya dengan rasa hambar
yang dipabrikasi sendiri. Sampai akhirnya, dia lelah dan menyerah. Hal 82 Dengan demikian, konotasi makna sepotong kue kuning pada tataran ini
mengandung pengertian yang berbeda dengan tataran pertamanya. Artinya, pada tataran konotatif makna sepotong kue kuning memiliki pengertian sebagai wujud
penggambaran kenangan yang pernah ia alami bersama Lei di masa silam, potongan kue kuning yang masih melekat di hatinya, hingga pada akhirnya yang
Indi peroleh hanyalah keletihan dan kesesalan yang memaksanya untuk menyerah dan melepaskan Lei, sosok sepotong kue kuningnya.
4.2.5 Lara Lana
Makna denotatif cerpen Lara Lana dapat diuraikan melalui peristiwa yang juga difungsikan sebagai satuan tandanya, yakni keinginan Lana untuk
menghubungi Lara, sahabatnya sejak SMA yang telah bertahun-tahun tidak lagi berkomunikasi dengannya. Lana diposisikan sebagai sahabat yang berpresepsi
bahwa ia satu-satunya orang yang memahami Lara, hal itu dapat dilihat pada contoh teks di bawah ini:
Sederet angka mencuat dari kertas putih, menusuk mata Lana. Ada sebersit takjub juga ngeri. Serentak angka yang susah dihafal mampu
membongkar kenangan usang dan memberinya makna baru. Dia yang baru. Aku yang usang.
Universitas Sumatera Utara
50
Ruang tunggu selalu memancing dilema dalam hatinya, tapi tidak pernah seperti ini. Lana betul-betul tergerak untuk menelepon. Mungkin karena Lana
sudah tak yakin kapan akan kembali, akankah dirinya kembali. Hal 88 Lana memencet empat angka pertama dari sepuluh digit yang tertera.
Dadanya berdegup kencang sampai sakit rasanya. Bibirnya bergetar resah, mengantisipasi. Begitu terdengar nada sambung nanti, Lana siap berekspresi
layaknya pose untuk berfoto yang kali terakhir. Kata “apa kabar” akan meluncur dengan semangat penghabisan menanti sore sebelum dipadamkan malam. Lalu,
dia lancarkan sepaket basa-basi dalam urutan yang tepat, seperti yang selalu dilatihkannya dalam hati sebelum lelap tidur, agar percakapan mereka tercatat
sebagai yang paling mengasyikkan. Hal 89
Sebelum Lana terhubung melalui telepon seluler dengan Lara, ia mulai ragu dan takut, keraguan yang muncul ketika ia mengingat masa lalunya. Berikut
contoh teksnya: Dua angka sebelum digit terakhir. Jarinya tertahan oleh detik yang tahu-
tahu beku. Detik yang tahu-tahu melebar dan membentangkan dua puluh tiga tahun perkawanan. Dia selalu memuja Lana, begitu kata semua orang. Namun,
mereka tidak bisa bersama karena alasan yang tak perlu dipertanyakan lagi. Kamu itu bajaj bermesin BMW, begitu Lana mengungkapkan kepadanya saat didesak.
Hal 89
Digit terakhir. Jatuh pada angka nol. Jempol Lana gemetar seolah dibebani bergunung-gunung sampah batin yang dikoleksinya sepanjang hayat.
Hatinya lalu mengukur dan menimbang: akankah aku bertambah tenang bila berhasil membuktikkan kepada diriku, kepada dia, pada dunia, kalau aku baik-
baik saja? Hal 94
Dari uraian di atas dapat dianalisis bahwa denotasi makna peristiwa ketika Lana berniat untuk menghubungi Lara dilatarbelakangi oleh perpisahannya
dengan Lara selama beberapa tahun. Artinya, keinginan Lana tersebut ditujukan untuk menghubungi sahabat lamanya, Lara yang sudah bertahun-tahun tidak
berkomunikasi dengannya. Keinginan Lana difungsikan sebagai penggambaran dunia acuan terkait objek berupa gambaran peristiwa ketika Lana mencoba untuk
Universitas Sumatera Utara
51
menghubungi Lara yang diikuti oleh keraguannya sesaat. Dengan demikian, gambaran peristiwa yang difungsikan sebagai tanda tersebut memiliki fungsi
referensial, yakni digunakan sebagai wahana pemaparan gambaran kerinduan Lana terhadap sahabatnya, Lara.
Makna konotatif dari cerpen Lara Lana dapat diidentifikasi melalui
bentuk kejanggalan yang ditemukan di dalam teks, seperti penggambaran rasa rindu Lana yang diuraikan dalam bentuk kiasan, misalnya dalam teks berikut:
Lalu perasaan itu. Rasa rindu yang akan dia ungkap hati-hati, dicicil sehingga tidak terasa picisan. Rasa sayang dikemas dalam kiasan seperti
membungkus putri dalam gaun pesta lalu dilepas anggun ke lantai dansa. Cantik mengundang tapi membuat segan. Semua itu telah dilatihkannya berhari-hari.
Bertahun-tahun. Hal 89
Dengan atau tanpa menghubungkannya dengan tataran denotatif, teks di atas dapat diidentifikasi melalui bentuk kejanggalan yang ditemukan, yakni
keinginan Lana yang menghubungi Lara sebagai sahabatnya diikuti oleh gambaran perasaan rindu yang dipupuk sedikit demi sedikit sebelum pada
akhirnya memutuskan untuk menghubungi Lara. Pada tataran pertama, gambaran peristiwa itu merujuk pada keinginan Lana yang menghubungi sahabat lamanya
Lara untuk melepas kerinduannya. Sebaliknya pada tataran kedua, kerinduan yang melatarbelakangi keinginan Lana menghubungi Lara tidak sekadar ungkapan
kerinduan sebagai sahabat. Hal itu terlihat pada uraian kerinduan Lana yang terasa picisan, rasa rindu yang dikemas layaknya hiasan, dan latar belakang yang
menyebabkan Lana ragu dan enggan untuk menghubungi Lara.
Universitas Sumatera Utara
52
Dengan demikian, gambaran peristiwa tersebut memiliki fungsi yang berbeda dengan tataran pertama, yakni sebagai penggambaran dunia acuan.
Sebaliknya pada tataran konotatif, peristiwa yang juga difungsikan sebagai tanda itu terkait dengan fungsinya untuk menciptakan, menjaga dan mempertahankan
hubungan persahabatannya dengan Lara yang sudah terpisah selama beberapa tahun.
Universitas Sumatera Utara
53
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Dari sejumlah unsur stile yang diidentifikasi melalui aspek penyiasatan struktur dan pemajasan pada kelima cerpen sebagai data penelitian dalam antologi
cerpen Filosofi Kopi karya Dewi Lestari, dapat disimpulkan bahwa jenis gaya bahasa yang dominan ditemukan pada teks sebagai elemen pembentuk peristiwa
komunikasi, terdiri dari gaya bahasa pararelisme, pertanyaan retoris, metafora dan personifikasi. Berikut diuraikan beberapa jenis gaya bahasa pada teks cerpen:
No Data
Penyiasatan Struktur Pemajasan
1 Filosofi Kopi
Pararelisme, Asindenton, repetisi, dan klimaks
Metafora, Histeron
Protereron, dan Alegori
2 Surat yang Tak Pernah
Sampai Pararelisme, Asindenton,
Repetisi, Anafora, dan Pertanyaan Retoris
Metafora dan Paradoks
3 Sikat Gigi
Anafora, Pararelisme, Anafora, dan Pertanyaan
Retoris Metafora dan
Personifikasi
4 Sepotong Kue Kuning Pertanyaan Retoris,
Pararelisme, dan Antitesis Simile, Antitesis,
dan Personifikasi 5
Lara Lana Pertanyaan Retoris
Metafora, Personifikasi,
Apofasis atau Preterisio
Universitas Sumatera Utara