BAB II KONSEP HAK MENGUASAI NEGARA DALAM HUKUM INDONESIA
A. Tinjauan Umum tentang Hak Menguasai Negara
Sejarah terbentuknya Pasal 33 ayat 3 UUD NRI Tahun 1945 berawal pada saat R.Soepomo melontarkan gagasannya di depan sidang BPUPKI pada
tanggal 31 Mei 1945 yakni di bagian akhir pidatonya tentang negara integralistik yang menyatakan bahwa negara memiliki spirit integralistik yang berdasarkan
pada persatuan maka dalam lapangan ekonomi akan dipakai sistem sosialisme negara atau staats socialisme.
25
Kata menguasai atau penguasaan oleh negara terletak di dalam Pasal 33 UUD NRI Tahun 1945 dan tidak dapat ditafsirkan
secara khusus di dalam penjelasanya. Oleh karena itu, kata penguasaan jika kita tafsirkan secara etimologis adalah:
“ proses, cara, perbuatan menguasai atau mengusahakan
”.
26
Kata penguasaan mengandung makna yang luas cakupannya dari kata menguasai, sehingga dalam konteks hubungan dengan hak menguasai
negara mengandung makna negara memegang kekuasaan untuk menguasai dan mengusahakan sumber daya alam dengan segala potensi yang ada di dalam
wilayah hukum Indonesia. Penguasaan adalah semacam pemilikan oleh negara yang artinya negara
melalui pemerintah sebagai satu-satunya pemegang wewenang untuk menentukan hak wewenang atasnya, termasuk bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung
di dalamnya untuk menguasai atau mengusahakan sesuatu yang sesuai dengan kepentingan. Hak adalah kepentingan yang dilindungi oleh hukum, sedangkan
25
Benhard Limbong, Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Jakarta: Margaretha Pustaka, 2015 hlm. 102.
26
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op.Cit, hlm. 533.
Universitas Sumatera Utara
kepentingan adalah tuntutan perorangan atau kelompok yang diharapkan untuk dapat dipenuhi, dengan demikian apa yang dinamakan dengan hak itu sah apabila
dilindungi oleh sistem hukum.
27
Pengertian hak menurut Satjipto Rahardjo: “hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu
kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentinganya tersebut. Pengalokasikan kekuasaan ini dilakukan secara terstruktur, dalam arti, ditentukan
kekuasaan dan kedalamannya, kekuasaan yang demikian itulah yang disebut hak.”
28
Apabila pengertian penguasaan dikaitkan dengan pengertian hak, maka dapat kita katakan bahwa hak menguasai negara adalah pengalokasian kekuasaan
yang diberikan oleh hukum kepada negara untuk bertindak dalam rangka menjalankan kepentingannya. Pengertian dari hak menguasai negara yang lain
adalah “hak yang hanya dimiliki oleh negara, sehingga urusan agraria dipahami sebagai urusan pemerintah pusat, walaupun pelaksanaannya dapat didelegasikan
kepada pemerintah daerah swatantra atau masyarakat hukum adat sekedar diperlukan dan tidak bertentangan dengan kepentin
gan nasional“
29
. Selain itu, pengertian hak meng
uasai negara yang lain adalah “hak yang pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat“.
30
Dimana untuk kekuasaan tertinggi negara mempunyai hak: 1.
mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaannya;
27
Shidarta, Karateristik Penalaran Hukum Dalam Konteks Keindonesiaan Bandung: CV. Utomo, 2006, hlm. 26.
28
Satjipto Rahardjo, Op.Cit, hlm. 53.
29
Achmad Sodiki, dan Yanis Maladi, Op.Cit, hlm. 141.
30
Ibid., hlm. 176.
Universitas Sumatera Utara
2. menentukan dan mengatur hak-hak yang dapat dipunyai atas bagaian dari
bumi, air, dan ruang angkasa itu; 3.
menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angakasa.
31
Hak menguasai negara adalah suatu kewenangan atau wewenang formal yang ada pada negara dan memberikan hak kepada negara untuk bertindak baik
secara aktif maupun pasif dalam bidang pemerintahan negara, dengan kata lain wewenang negara tidak hanya berkaitan dengan wewenang pemerintahan semata,
akan tetapi meliputi pula semua wewenang dalam rangka melaksanakan tugasnya.
32
Abrar menyatakan bahwa hak penguasaan negara ialah hak negara melalui pemerintah yang mewakili kewenangan untuk menentukan penggunaan,
pemanfaatan, dan hak atas sumber daya alam dalam lingkup mengatur regelen, mengurus atau mengelola bestuuren, beheren dan mengawasi toezichthouden
penggunaan serta pemanfaatan sumber daya alam.
33
Tanpa adanya penguasaan negara, maka tidak mungkin tujuan negara yang telah ditetapkan dalam konstitusi atau UUD NRI Tahun 1945 dapat diwujudkan,
namun demikian penguasaan oleh negara itu tidak lebih dari semacam “penguasaan” kepada negara yang disertai dengan persyaratan tertentu, sehingga
tidak boleh digunakan secara sewenang-wenang yang dapat berakibat pelanggaran hukum kepada masyarakat.
34
Perusahaan-perusahaan yang penting akan diurus
31
Ibid., hlm 178.
32
Aminuddin Ilmar, Hak Menguasai Negara Dalam Privatisasi BUMN Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012, hlm. 24.
33
Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik, Hukum Tata Ruang, Dalam Konsep Kebijakan Otonomi Daerah Bandung: Nuansa, 2008, hlm. 24-25.
34
Aminuddin Ilmar Ibid., hlm. 24.
Universitas Sumatera Utara
oleh negara sendiri. Pada hakekatnya negara yang akan menentukan dimana, dimasa apa, perusahaan apa yang akan diselenggarakan oleh pemerintah pusat
atau oleh pemerintah daerah atau yang akan diserahkan pada suatu badan hukum privat atau kepada seseorang, itu semua tergantung dari pada kepentingan negara
atau kepentingan rakyat seluruhnya.
35
Hak menguasi negara dipandang mempunyai beberapa persoalan, dimana konsep hak menguasai negara yang konon diangkat dari hukum adat yaitu
hak ulayat yang menggambarkan kehendak yang kuat dan berakar dari hukum asli indonesia
36
, dianggap mencerminkan dominasi dari negara atas hak individual yang tidak sesuai dengan nilai-nilai demokrasi.
37
Selain itu, persoalan-persoalan lain yang timbul ialah,
“Pertama hak menguasai negara ini, tidak diperintahkan oleh UUD NRI Tahun 1945 untuk diatur dalam undang-undang, oleh sebab itu
tidak diketahui secara jelas bagaimana kedudukan, sifat, isi serta tempatnya dalam tata hukum pertanahan Indonesia”.
38
Sehingga dalam hubungannya dengan kepentingan individu, mutlak dibatasi guna mengantisipasi keganasan hak
menguasai negara guna terhadap kepentingan dari individu.
39
Persoalan yang kedua, adalah mengenai kedudukan hak masyarakat hukum dan hak tradisional
yang telah dijamin oleh Pasal 18B UUD NRI Tahun 1945 dengan hak menguasai negara yang telah diatur dalam Pasal 33 ayat 3 dalam undang-undang yang sama.
40
35
Muhamad Bakri, Hak Menguasai Tanah oleh Negara Paradigma Baru untuk Reformasi Agraria Yogyakarta: Cetakan I , 2007, hlm. 35.
36
Ibid, hlm. 66.
37
Ibid, hlm. 68.
38
Ibid, hlm. 4.
39
Ibid.
40
Ibid, hlm. 5.
Universitas Sumatera Utara
Kedudukan hak menguasai negara juga tetap begitu penting dan menduduki posisi sentral, kedudukannya sama sebagaimana kedudukan hak milik
dalam sistem hukum perdata, walaupun seperti yang telah disebutkan bahwa tidak diatur lebih lanjut dengan undang-undang.
41
Keberadaan Pasal 33 UUD NRI Tahun
1945 sangat diharapkan untuk “Penguasaan oleh negara atas bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuaran rakyat, dilengkapi dengan ketentuan faktor-faktor produksi yang penting yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara,
menjadikan negara pemain dominan dalam sektor ekonomi”.
42
Namun, ketika negara tidak mampu meningkatkan perekonomian dan selanjutnya bergandengan
tangan dengan para investor asing, maka sesungguhnya telah terjadi perubahan secara
subtantif dari isi pasal ini, “Negara dan para pemodal menguasai bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuaran rakyat, dilengkapi dengan ketentuan faktor-faktor produksi yang penting yang menguasai hajat hidup orang banyak”.
43
Beberapa teori kekuasaan negara, diantaranya yaitu: 1.
Menurut Van Vollenhoven negara sebagai organisasi tertinggi dari bangsa yang diberi kekuasaan untuk mengatur segala-galanya dan negara
berdasarkan kedudukannya
memiliki kewenangan
untuk peraturan
41
Ibid, hlm. 177.
42
Ibid, hlm. 4.
43
Moh. Kusnardi, SH dkk., Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1981, hlm. 75.
Universitas Sumatera Utara
hukum.
44
Dalam hal ini kekuasaan negara selalu dihubungkan dengan teori kedaulatan sovereignty atau souverenitet.
2. Menurut J.J. Rousseau menyebutkan bahwa kekuasaan negara sebagai suatu
badan atau organisasi rakyat bersumber dari hasil perjanjian masyarakat contract soscial yang esensinya merupakan suatu bentuk kesatuan yang
membela dan melindungi kekuasaan bersama, kekuasaan pribadi dan milik setiap individu.
45
Dalam hal ini pada hakikatnya kekuasaan bukan kedaulatan, namun kekuasaan negara itu juga bukanlah kekuasaan tanpa batas, sebab ada
beberapa ketentuan hukum yang mengikat dirinya seperti hukum alam dan hukum Tuhan serta hukum yang umum pada semua bangsa yang dinamakan
leges imperii.
46
Sejalan dengan kedua teori di atas, maka secara toritik kekuasaan negara atas sumber daya alam bersumber dari rakyat yang dikenal dengan hak bangsa.
Negara dalam hal ini, dipandang sebagai yang memiliki karakter sebagai suatu lembaga masyarakat umum, sehingga kepadanya diberikan wewenang atau
kekuasaan untuk mengatur, mengurus dan memelihara atau mengawasi pemanfaatan seluruh potensi sumber daya alam yang ada dalam wilayahnya
secara intensif. Keterkaitan dengan hak penguasaan negara dengan sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat akan mewujudkan kewajiban negara sebagai berikut:
44
Notonagoro, Politik Hukum dan Pembangunan Agraria Jakarta: Bina Aksara, 1984, hlm. 99.
45
R. Wiratno, dkk, Ahli-ahli Pikir Besar tentang Negara dan Hukum Jakarta: PT Pembangunan, 1978, hlm. 176.
46
Lihat Undang-undang dasar negara yang memuat ketentuan-ketentuan kepada siapa kekuasaan itu diserahkan dan batas-batas pelaksanaannya.
Universitas Sumatera Utara
1. Segala bentuk pemanfaatan bumi dan air serta hasil yang di dapat kekayaan
alam, harus secara nyata meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.
2. Melindungi dan menjamin segala hak-hak rakyat yang terdapat di dalam atau
di atas bumi, air dan berbagai kekayaan alam tertentu yang dapat dihasilkan secara langsung atau dinikmati langsung oleh rakyat.
3. Mencegah segala tindakan dari pihak manapun yang akan menyebabkan
rakyat tidak mempunyai kesempatan atau akan kehilangan haknya dalam menikmati kekayaan alam.
Ketiga kewajiban di atas menjelaskan segala jaminan bagi tujuan hak penguasaan negara atas sumber daya alam yang sekaligus memberikan
pemahaman bahwa dalam hak penguasaan itu, negara hanya melakukan pengurusan bestuursdaad dan pengolahan beheersdaad, tidak untuk
melakukan eigensdaad. Berikut ini adalah beberapa rumusan pengertian, makna, dan
subtansi “dikuasi oleh negara” sebagai dasar untuk mengkaji hak penguasaan negara antara lain yaitu:
1. Mohammad Hatta merumuskan tentang pengertian dikuasai oleh negara
adalah dikuasai oleh negara tidak berarti negara sendiri menjadi pengusaha, usahawan atau ordernemer. Lebih tepat dikatakan bahwa kekuasaan negara
itu terdapat pada kewenangan membuat peraturan guna kelancaran jalan
Universitas Sumatera Utara
ekonomi, peraturan yang melarang pula penghisapan orang yang lemah oleh orang yang bermodal.
47
2. Muhammad Yamin merumuskan pengertian dikuasai oleh negara termasuk
mengatur danatau menyelenggarakan terutama untuk memperbaiki dan mempertinggi produksi dengan mengutamakan koperasi.
48
Salah satu hal yang masih menjadi perdebatan mengenai Pasal 33 UUD NRI Tahun 1945 adalah mengenai pengertian
“hak penguasaan negara” atau ada yang menyebutnya dengan
“hak menguasai negara”. Sebenarnya ketentuan yang dirumuskan dalam Pasal 33 ayat 2 dan ayat 3 UUD NRI Tahun 1945 tersebut
sama persisnya dengan apa yang dirumuskan dalam Pasal 38 ayat 2 dan ayat 3 UUDS 1950. Berarti dalam hal ini, selama 60 tahun Indonesia Merdeka,
selama itu pula ruang perdebatan akan penafsiran Pasal 33 belum juga memperoleh tafsiran yang seragam. Pasal 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria selanjutnya disebut sebagai UUPA merupakan aturan pelaksanaan dari Pasal 33 ayat 3 UUD NRI Tahun 1945
dijelaskan pengertian hak menguasai sumber daya alam oleh negara sebagai berikut:
1. Atas dasar ketentuan Pasal 33 ayat 3 UUD NRI Tahun 1945 dan hal-hal
yang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 bumi, air, dan ruang angkasa
47
Mohammad Hatta, Penjabaran Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 Jakarta: Mutiara, 1977, hlm. 28.
48
Muhammad Yamin, Proklamasi dan Konstitusi Jakarta: Djembatan, 1974, hlm. 42- 43.
Universitas Sumatera Utara
termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat.
Hak menguasai negara tersebut dalam ayat 1 pasal ini memberikan wewenang untuk:
a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan
pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa. b.
Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi, air, dan ruang angkasa.
c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang
dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.
2. Wewenang yang bersumber pada hak menguasai dari negara tersebut ada
Pasal 33 ayat 2, digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat dalam arti kebangsaan kesejahteraan, kemerdekaan dalam masyarakat, dan
negara hukum Indonesia yang merdeka, berdaulat adil dan makmur. 3.
Hak menguasai dari negara tersebut di atas pelaksaannya dapat dikuasakan kepada daerah-daerah, swasta dan masyarakat-masyarakat hukum adat,
sekedar diperlukan dan tidak bertentangan dengan kepentingan nasional, menurut ketentuan-ketentuan peraturan yang berlaku. Berdasarkan Pasal 2
UUPA dan penjelasannya tersebut, menurut konsep UUPA, pengertian
Universitas Sumatera Utara
“dikuasai” oleh negara bukan berarti dimiliki, melainkan hak yang memberi kewenangan pada negara untuk menguasai hal tersebut di atas.
49
Isi wewenang negara yang bersumber pada hak menguasai sumber daya alam oleh negara tersebut semata-mata bersifat publik, yaitu wewenang untuk
mengatur wewenang regulasi dan bukan menguasai tanah secara fisik dan menggunakan tanahnya sebagaimana wewenang pemegang hak atas tanah
bersifat pribadi.
50
Hal ini dipertegas dalam Pasal 9 ayat 2 “Tiap-tiap warga
Negara Republik Indonesia, baik laki-laki maupun wanita mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh suatu hak atas tanah serta untuk mendapat manfaat
dan hasilnya, baik bagi diri sendiri maupun keluarganya”.
Undang-Undang Penanaman Modal Asing No. 1 Tahun 1967 selanjutnya disebut sebagai UU Penanaman Modal Asing mengedepankan
sejumlah prinsip-prinsip penting yang menjadi dasar pembentukan undang- undang tersebut. Prinsip-prinsip yang tertuang di dalam UU Penanaman Modal
Asing paling tidak menggambarkan suatu cita-cit atau harapan yang hendak diraih. Dengan demikian hendak disampaikan bahwa prinsip-prinsip yang
terdapat dalam UU Penanaman Modal Asing mendeskripsikan harapan dan tujuan yang hendak dicapai melalui implementasinya kelak. Paradigma pengelolaan
sumber daya alam tercantum dalam Pasal 33 UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi “bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
49
Budi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya Jakarta: Djambatan, hlm. 234.
50
Istilah “bersifat pribadi” menyatakan bahwa, sifat pribadi hak individual menunjukan kepada kewenangan pemegang hak untuk menggunakan tanah yang bersangkutan bagi
kepentingan dan dalam memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarganya
Universitas Sumatera Utara
Hak menguasai negara dapat dimaknai dari dua sudut pandang yaitu: sebagai cerminan dari implementasi nilai, norma, dan konfigurasi hukum negara
yang mengatur penguasaan negara atas sumber daya alam. Di pihak lain mendeskripsikan otoritas dan ligitimasi negara untuk menguasai dan memanfaatkan
sumber daya alam dalam wilayah kedaulatannya.
51
Bagaimana dan seberapa jauh suatu negara atau pemerintah menggunakan prinsip kedaulatan terhadap sumber
daya alam ini, untuk mencapai manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat san
gat bergantung pada “kekuatan” negara. Kekuatan di sini merujuk pada sistem ekonomi, sumber daya alam, politik dan hukum.
Aspek-aspek yang disebutkan ini sangat memberikan pengaruh yang besar terhadap keseluruhan kebijakan negara termasuk Indonesia. Pemaknaan
kedaulatan negara terhadap sumber daya alam dapat diindikasikan kemampuan negara secara external melaksanakan hubungan bekerja sama dengan negara lain
untuk mengelola sumber daya alam Indonesia, misalnya memasukan para pemodal asing untuk kepentingan pembangunan. Kedaulatan internal suatu negara
dijamin apabila memiliki sumber sumber hukum seperti konstitusi, peraturan perundang-undangan maupun kebiasaan-kebiasaan tidak tertulis yang dipraktekan
oleh masyarakat.
52
Sudah berulang kali dilakukan uji materil terhadap UU Sumber Daya Air dan hasilnya menunjukkan bahwa pada hakekatnya undang-undang tersebut
mengandung masalah mendasar yang menyangkut syarat konstitusionalitas conditionally constitutional pemberlakuan suatu undang-undang. Syarat
52
Dahlan Thaib, Teori dan Hukum Konstitusi Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2001, hlm. 15.
Universitas Sumatera Utara
konstitusionalitas terkait dengan pengelolaan sumber daya air oleh pemerintah yang harus dibangun di atas asas hukum hak menguasai negara sebagaimana
ditegaskan oleh Pasal 33 UUD NRI Tahun 1945. Memberlakukan kembali UU Pengairan sebagai pengganti UU Sumber Daya Air, pada hakekatnya tidak dapat
menyelesaikan masalah, karena dalam banyak hal undang-undang itu sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi saat ini. Jumlah penduduk, tingkat konsumsi, sanitasi
dan lingkungan serta aktivitas pembangunan pertanian, infrastruktur, dan lain- lain telah meningkatkan kebutuhan manusia atas air. Selain itu pola-pola
kewenangan pengaturan atas penguasaan dan pemanfaatan sumber daya air pun berbeda sejalan dengan bergulirnya era otonomi daerah. Oleh karena itu,
memberlakukan kembali UU Pengairan perlu disertai beberapa perubahan paradigma, terutama dalam memaknai hak menguasai negara.
Ketentuan Pasal 2 fungsi sosial dan penggunaan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat dan Pasal 3 penguasaan air beserta sumber-sumbernya oleh
negara dalam UU Pengairan perlu dimaknai sejalan dengan tafsir hak menguasai negara yang saat ini telah diperluas Mahkamah Konstitusi melalui berbagai
putusannya atas judicial review berbagai undang-undang yang materi muatannya mengenai sumber daya alam tidak hanya undang-undang sumber daya air saja.
Perluasan kewenangan negara tersebut meliputi: 1.
membuat kebijakan belieid; 2.
membuat pengaturan regelendaad; 3.
melakukan pengurusan bestuursdaad; 4.
melakukan pengelolaan beheersdaad; dan
Universitas Sumatera Utara
5. melakukan pengawasan toezichthoudensdaad.
Kelima fungsi kewenangan negara di atas merupakan sarana instrument yang terintegrasi untuk mencapai tujuan negara, yaitu kemakmuran rakyat.
Ol eh karena itu, frasa “dikuasai negara” dalam Pasal 33 ayat 2 dan 3 UUD
NRI Tahun 1945, harus dipahami dalam konsep hukum publik yang berkaitan dengan prinsip kedaulatan rakyat yang dianut dalam UUD NRI Tahun 1945,
baik di bidang politik demokrasi politik maupun bidang ekonomi demokrasi ekonomi, sehingga frasa “dikuasai negara” tidak berarti dimiliki negara
53
sebagaimana dimaksudkan dalam prinsip Domein Verklaring yang terdapat dalam Agrarische Wet 1870. Pemahaman fungsi sosial dari sumber daya air sebagaimana
ditegaskan dalam Pasal 2 UU Pengairan harus tetap dikaitkan dengan keadilan sosial sebagai bentuk keadilan yang berfilosofi Pancasila. Dalam konteks ini,
pemerintah harus menjadi pengawas dan sekaligus pengatur, tidak cukup hanya sebagai pembuat kebijakan saja. Fungsi sosial atas air dalam terminologi ini tidak
memungkinkan membuka peluang air menjadi komoditas ekonomi atau barang komersil, karena hak atas air merupakan hak asasi manusia.
Mengingat hak rakyat atas sumber daya air merupakan hak asasi, maka menjadi kewajiban negara untuk menghormati to respect, melindungi
to protect dan memenuhi to fulfill hak rakyat atas air tersebut. Negara harus terlibat dan berperan aktif melakukan tindakan untuk memajukan hak-hak
53
Yance Arizona, Konstitusionalisme Agraria, STPN Press Yogyakarta: STPN Press, 2014, hlm. 335.
Universitas Sumatera Utara
ekonomi dan sosial rakyat atas sumber daya air. Negara mempunyai res commune sebagai personifikasi rakyat, yang memegang kekuasaan atas sumber daya alam,
54
sedangkan hak rakyat atas air adalah hak in persona yang melekat pada subjek manusia absolute right. Dari hak atas air sebagai hak absolut inilah kemudian
diturunkan derivatif berupa hak guna pakai air hak untuk memperoleh dan memakai air untuk hidup dan kehidupan masyarakat.
55
B. Pembatasan Hak Menguasai Negara