Pembatasan Hak Menguasai Negara

ekonomi dan sosial rakyat atas sumber daya air. Negara mempunyai res commune sebagai personifikasi rakyat, yang memegang kekuasaan atas sumber daya alam, 54 sedangkan hak rakyat atas air adalah hak in persona yang melekat pada subjek manusia absolute right. Dari hak atas air sebagai hak absolut inilah kemudian diturunkan derivatif berupa hak guna pakai air hak untuk memperoleh dan memakai air untuk hidup dan kehidupan masyarakat. 55

B. Pembatasan Hak Menguasai Negara

Dikuasai oleh negara mempunyai padanan arti negara menguasai, kata menguasai berarti berkuasa atas sesuatu, memegang kekuasaan atas sesuatu. Istilah lain yang berkaitan dengan menguasai adalah penguasaan yang berarti proses, cara, perbuatan menguasai atau mengusahakan. Secara etimologis, kata menguasai yang membentuk kalimat aktif, memengan kekuasaan atas sesuatu. 56 Konteks penguasaan sumber daya air dalam wilayah Negara RepublikIndonesia penguasaannya terdapat pada negara. Dalam hal ini negara adalah sebagai kuasa dan petugas dari bangsa Indonesia dan bukan sebagai pemilik. Tugas dalam hal mengelola tersebut yang menurut sifatnya termasuk ke dalam hukum publik, dan tidak mungkin dilaksanakan sendiri oleh seluruh rakyat Indonesia. Sehingga 54 Bagir Manan, “ Politik Perundang-undangan dalam rangka Mengantisipasi Liberalisasi Perekonomian ” , Makalah Pada Seminar Antisipasi Liberalisasi Perekonomian Fakultas Hukum Unila Lampung, February 1996, hlm. 16 55 Ida Nurlinda, Pengaturan Penguasaan dan Pemanfaatan Sumber Daya Air Pasca Pembatalan Undang-undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, Hukum Tata Ruang dan Hukum Lingkungan, Disampaikan pada acara Unpad Merespon edisi Maret 2015, tema: “Bagaimana Setelah MK Membatalkan UU Sumber Daya Air?”, Bandung, 2015 56 Darwin Ginting, Hukum Kepemilikan Hak atas Tanah Bidang Agribisnis Bandung: Ghalia Indonesia, 2010, hlm. 58-59. Universitas Sumatera Utara negara dalam konteks hak menguasai negara hanya sebagai suatu organisasi kekuasaan yang dikuasakan dan bukan sebagai pemilik. Pemiliknya adalah bangsa Indonesia atau seluruh rakyat Indonesia, sebagaimana yang dikemukakan dalam UUD NRI Tahun 1945 bahwa pemegang kedaulatan tertinggi di Negara Republik Indonesia adalah rakyat. 57 Hak menguasai dari negara yang tidak dipunyai oleh perorangan atau keluarga dengan hak apapun, dan masih belum dibuka juga dapat digolongkan sebagai hak penguasaan bersifat aktif. 58 Ada batasan-batasan penting yang harus diingat oleh negara didalam menggunaan hak menguasi dari negara tersebut, Maria SW Sumardjono mengatakan bahwa kewenangan negara ini harus dibatasi dua hal: 1. Pembatasan oleh UUD NRI Tahun 1945. Bahwa hal-hal yang diatur oleh negara tidak boleh berakibat pelanggaran hak asasi manusia yang dijamin oleh UUD NRI Tahun 1945. Peraturan yang biasa terhadap suatu kepentingan dan menimbulkan kerugian di pihak lain adalah salah satu bentuk pelanggaran tersebut. Seseorang yang melepas haknya harus mendapat perlindungan hukum dan penghargaan yang adil atas pengorbanan tersebut. 2. Pembatasan yang bersifat substantif dalam arti peraturan yang dibuat oleh negara harus relevan dengan tujuan yang hendak dicapai yaitu untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Dan kewenangan ini tidak dapat didelegasikan kepada pihak swasta karena menyangkut kesejahteraan umum yang sarat dengan misi pelayanan. Pendelegasian kepada swasta yang 57 R. Ismala Dewi, Pengaturan Air untuk Industri Air Kemasan dan Dampaknya Bagi Masyarakat Lokal Jakarta: UI-Press, 2013, hlm. 11. 58 Bagir Manan, Op.Cit, hlm. 55. Universitas Sumatera Utara merupakan bagian dari masyarakat akan menimbulkan konflik kepentingan, dan karenanya tidak dimungkinkan. 59 Objek dari hak menguasai negara adalah sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 2 ayat 1 UUPA yaitu bumi, air, dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang ada didalamnya. Objek dari menguasai negara terhadap bumi adalah selain permukaan bumi, termasuk pula tubuh bumi dibawahnya serta yang berada di bawah air. Sebagaimana Pasal 1 ayat 4 UUPA: dalam pengertian bumi, selain permukaan bumi, termasuk pula tubuh bumi dibawahnya serta yang berada di bawah air. Tentang hal ini, Parlindungan menyebutkan bahawa yang dimaksud dengan bumi, selain di atas bumi, yaitu hak-hak atas tanah seperti yang tercantum di dalam Pasal 16 UUPA, juga yang ditanam di bumi, yaitu hak-hak atas hutan Hak Penguasaan Hutan-HPH maupun yang terdapat ditubuh bumi yang dikenal dengan kuasa pertambangan, yaitu untuk izin usaha pertambangan atas bahan-bahan galian dari bumi Indonesia. 60 Sedangkan pembatasan mengenai air meliputi: 1. Perairan pedalaman, termasuk di dalamnya sungai-sungai dan danau-danau yang terdapat di seluruh wilayah tanah air 2. Perairan lautan dan Bumi yang terdapat di bawah perairan dari seluruh bagian perairan maupun seluruh kekayaan yang terdapat di antara air dan bumi 59 Maria SW Sumardjono, Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi dan Implementasi Jakarta: Kompas, 2000, hlm. 4. 60 Juaniarso Ridwan dan Achmad Sodik, Op.Cit, hlm. 25. Universitas Sumatera Utara tersebut yang merupakan daerah teritorial Indonesia sebagaimana juga terjawab oleh pernyataan wawasan nusantara. 61 Wewenang negara sebagai penguasa bumi, air, dan ruang angkasa serta kekayaan alam lain yang terkandung di dalamnya adalah wewenang untuk mengatur dalam rangka mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat. Kewenangan negara untuk dapat mengatur sumber daya air diperoleh dan bersumber pada penguasaan negara terhadap bumi, air, dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Dalam prinsip negara menguasai, maka dalam hubungan antara negara dan masyarakat, masyarakat tidak dapat disubordinasikan kedudukannya di bawah negara karena justru negara menerima kuasa dari masyarakat, maka dengan demikian dalam hal ini segala perbuatan negara yang dalam hal ini adalah pemerintah harus dapat mempertanggungjawabkan kepada masayarakat. Hal yang ingin dicapai dari adanya batasan tersebut agar tercapainya sebuah perasaan adil bagi masyarakat agar tidak memandang negara sebagi sebuah diktator yang buruk rupa. Sehingga, selain pembatasan tersebut, UUPA juga terasa unsur keadilan liberalnya dengan terdapat berbagai macam hak yang terkandung didalamnya bagi pribadi atau person. Dimana menurut pandangan keadilan liberal yang dikemukakan oleh Samuel Pufendrof adalah “Cita keadilan bermaksud mengatur tindakan-tindakan manusia dan masyarakat untuk menyusun dan memelihara suatu ketertiban rasional di dalamnya terwujud sifat dasar 61 Bagir Manan Kutana Magnar, Beberapa Masalah Hukum Tata Negara Indonesia Bandung: Alumni, 1993, hlm. 166. Universitas Sumatera Utara manusia dan tercapai tujuan-tujuan berupa keamanan, ketenangan, dan kebebasan”. 62

C. Hak Menguasai Negara dalam Putusan Mahkamah Konstitusi