Hardiness pada Suku Simalungun

21 Sehingga kurang memaknai setiap pekerjaan yang dikerjakan, dan juga berpengaruh terhadap kerja keras dan keinginan untuk berkompetisi. Pada suku Simalungun, terdapat sebuah budaya yang mengutamakan “Ahap” atau perasaan dalam melakukan sebuah tindakan, begitu juga dalam berperilaku dengan orang lain, orang Simalungun kebanyakan takut melukai perasaan orang lain, karena memikirkan bagaimana rasa sakit yang dialami orang lain, jika dihadapkan pada situasi yang sama. Hal ini juga mengakibatkan suku Simalungun kurang baik dalam penyelesaian masalah, dan menghadapi lingkungan yang penuh stress karena sering kali suku Simalungun menghindari untuk menyelesaikan masalah yang dimilikinya dengan orang lain, dan juga menghindari untuk menghadapi suatu keadaan yang penuh tekanan Saragih, 2008. Sehingga dari hal ini terlihat orang Simalungun kurang terbiasa dalam menghadapi situasi stress dalam kehidupannya. Menurut Maddi, dan Kobasa, sikap dan keterampilan untuk bertahan dalam keadaan stress, kemampuan bertahan dalam berbagai peristiwa baik dan buruk dalam kehidupannya disebut juga dengan Hardiness Maddi, 2013. 22

B. MOTIF

1. Pengertian Motif

McGraw 2010 menyatakan bahwa motif adalah dorongan yang sudah terikat pada suatu tujuan. Misalnya, apabila seseorang merasa lapar, itu berarti kita membutuhkan atau menginginkan makanan. Motif menunjuk hubungan sistematik antara suatu respon dengan keadaan dorongan tertentu. Robbins 2008 menyatakan motif adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuan. Moskowitz 2005 menyatakan motif didefinisikan sebagai keinginan atau dorongan yang menentukan perilaku seseorang, motif juga dapat mengurangi diskrepansi yang terjadi dalam kehidupan seorang individu. McShane 2008 menyatakan motif adalah dorongan atau kekuatan yang ada dalam diri seseorang yang menentukan arah, kekuatan, dan ketekunan suatu perilaku seseorang. Luthanz 2005 menyatakan motif adalah sebuah proses yang dimulai dari adanya kekurangan baik secara fisiologis maupun psikologis yang menimbulkan perilaku untuk mencapai sebuah tujuan ataupun insentif. Rosenberg 2010 menyatakan motif adalah dorongan yang terdapat dalam diri individu untuk mencapai sebuah tujuan Allport dalam Schultz, 2005 menyatakan motif adalah kekuatan yang mendorong individu untuk menjadi lebih mandiri, independen, dan dapat mempengaruhi situasi kehidupan individu. Byrne 2006 menyatakan motif adalah suatu alasan seseorang untuk berperilaku. Baik itu perilaku yang 23 kooperatif, perilaku untuk menghindari hasil yang negatif, dan perilaku untuk menghasilkan hal yang terbaik. Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa motif adalah dorongan, kekuatan, dan keinginan yang terdapat dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu untuk mencapai sebuah tujuan. Semua tingkah laku manusia pada hakikatnya mempunyai motif. Tingkah laku juga disebut tingkah laku secara refleks dan berlangsung secara otomatis dan mempunyai maksud-maksud tertentu walaupun maksud itu tidak senantiasa sadar bagi manusia.

2. Pengertian Motif Menurut McClelland