commit to user
10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Proses Belajar
Mengajar PBM a.
Pengertian PBM Proses belajar mengajar PBM merupakan inti dari proses
pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Moh. Uzer Usman 2005: 4 mengatakan “Proses belajar mengajar
merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi
edukatif untuk mencapai tujuan tertentu”. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa berupa interaksi edukatif yang merupakan syarat
utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Di dalam proses belajar mengajar tersirat adanya satu kesatuan kegiatan yang tak terpisahkan antara
siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Antara kedua kegiatan tersebut terjalin interaksi yang saling menunjang.
Djago Tarigan 1990: 38 mengatakan PBM merupakan urat nadi pendidikan, apabila PBM dilaksanakan dengan sempurna akan tercapai tujuan
intruksional. Perencanan PBM yang tepat menjamin efisiensi dan efektifitas serta
relevansi. PBM
menyangkut perencanaan,
pelaksanaan dan
pengevaluasian program intruksional. Semakin mantap pemahaman terhadap PBM semakin mantap pula guru dalam menyusun program instruksional.
Penyusunan instruksional yang baik akan mempermudah pelaksanaan PBM serta semakin jelas pula cara dan pelaksanaan evaluasi belajar. Apabila
seorang guru memahami PBM maka dengan jelas mereka mengetahui tugas dan kewajibannya sebagai tenaga pengajar.
Berdasarkan pengertian diatas bahwa dalam PBM terdapat proses belajar dan proses mengajar. Proses disini merupakan interaksi semua
commit to user
11 komponen atau unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama
lainnya saling berhubungan dalam ikatan untuk mencapai tujuan. Komponen dalam belajar mengajar antara lain tujuan instruksional yang hendak dicapai,
materi pelajaran, metode mengajar, alat peraga pengajaran, dan evaluasi sebagai alat ukur tercapai tidaknya tujuan. Di dalam PBM siswa mengalami
proses belajar berarti mengalami proses perubahan tingkah laku karena adanya interaksi antar individu yaitu siswa dan guru. Keberhasilan belajar
dapat diketahui dengan terjadinya perubahan tingkah laku pada diri individu yang belajar, sedangkan proses mengajar dilakukan oleh seorang guru yang
pada prinsipnya membimbing siswa dalam proses belajar mengajar. Guru disini dituntut untuk dapat mengorganisasikan kegiatan belajar siswa dan
mampu memanfaatkan lingkungan yang menunjang kegiatan belajar mengajar. Jadi, menurut Moh. Uzer Usman bahwa aktivitas guru dalam
mengajar serta aktivitas siswa dalam belajar sangat bergantung pada pemahaman guru terhadap mengajar. Mengajar bukan sekedar menyampaikan
materi pengetahuan, melainkan terjadinya interaksi manusiawi dengan berbagai aspeknya yang menunjang.
b. Komponen PBM
Menurut Djago Tarigan 1990: 40 ada tujuh komponen PBM yaitu siswa, guru, tujuan, bahan, metode, media, dan evaluasi.
1 Siswa
Siswa merupakan komponen utama dalam setiap PBM karena siswa adalah subjek dan bukan objek dari pengajaran. Siswa perlu
mendapat perhatian dari para pengajar atau guru dalam hal minat, bakat, dan juga guru harus mampu membantu siswa ketika mengalami
kesulitan-kesulitan salah satunya kesulitan belajar, sehingga siswa dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik.
2 Guru
Guru merupakan salah satu komponen yang memiliki peranan besar dalam proses belajar mengajar. Di dalam kelas guru berperan
commit to user
12 sebagai pengajar, menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa. Materi
yang akan disampaikan kepada siswa sebelumnya sudah direncanakan dan di olah oleh guru sehingga menjadi bahan yang bermanfaat dan dapat
diterima oleh siswanya. Untuk itu guru harus kompeten dan menguasai bidang ilmu yang diajarkan kepada muridnya.
3 Tujuan
Tujuan belajar penting bagi guru dan siswa sendiri. Proses belajar mengajar di kelas terjadi didasarkan kepada pencapaian tujuan
pengajaran. Tujuan menyatakan apa yang harus dikuasai, diketahui atau dapat dilakukan oleh peserta didik setelah mereka selesai melakukan
kegiatan belajar mengajar. Biasanya tujuan dapat berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap. Tujuan pengajaran sangat menentukan bahan
yang harus diajarkan, cara penyampaian bahan dan juga menentukan media yang digunakan. Selain itu, tujuan disusun dan disesuaikan dengan
perilaku yang hendaknya dapat dilakukan oleh siswa. 4
Bahan Bahan biasa disebut dengan materi. Materi disusun dan dibuat
berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam pengajaran. Bahan disusun juga harus sesuai dengan taraf perkembangan dan kemampuan siswa.
Kemampuan guru dalam menyusun bahan pelajaran sangat berpengaruh terhadap kegiatan belajar siswa.
5 Metode
Metode, cara, atau teknik pengajaran merupakan komponen PBM yang banyak menentukan keberhasilan pengajaran. Guru harus
mampu memilih, mengkombinasikan, serta mempraktekan metode yang sesuai dengan situasi dan materi yang diajarkan kepada siswa. Pemilihan
materi dan metode pengajaran sangat menentukan keberhasilan PBM. 6
Media Media digunakan untuk memperjelas dalam penyampaian materi
kepada siswa sehingga dapat diterima dengan baik oleh siswa. Media
commit to user
13 dipilih harus sesuai dengan materi yang disampaikan dan harus dapat
membantu mencapai sasaran belajar. 7
Evaluasi Evaluasi merupakan tolak ukur keberhasilan PBM. Melalui hasil
evaluasi guru dapat mengukur keberhasilan penyusunan dan pelaksanaan pengajaran, sehingga dapat digunakan dalam rangka perbaikan setiap
komponen PBM yang ikut berproses. Evaluasi juga digunakan sebagai pengukur keberhasilan siswa dalam belajar.
2. Guru
a. Tugas dan Peranan Guru dalam PBM
Menurut Hamzah 2007: 15 “Guru adalah orang dewasa yang secara sadar yang bertanggunng jawab dalam mendidik, mengajar, dan
membimbing peserta didik”. Seorang guru harus memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas
agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.
Terdapat seperangkat tugas yang harus dilaksanakan oleh guru berhubungan dengan profesinya sebagai pengajar. Tugas yang berkaitan
langsung dengan tugas utamanya, yaitu mengelola proses pembelajaran dengan baik dan tugas lain yang dapat menunjang keberhasilan sebagai guru.
Menurut Uzer Usman 2005: 7 terdapat tiga jenis tugas guru, yaitu tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang
kemasyarakatan. Tugas guru sebagai suatu profesi meliputi mendidik, mengajar, dan
melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi, sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan- keterampilan yang dapat diberikan pada siswa. Tugas guru dalam bidang
kemanusiaan di sekolah guru harus mampu menjadi orang tua kedua, dapat
commit to user
14 memahami peserta didik dengan tugas perkembangannya mulai dari sebagai
makhluk bermain
homoludens, sebagai
makhluk remajaberkarya
homopither, dan sebagai makhluk berpikir dewasa homosapiens, serta membantu peserta didik dalam mentransformasikan dirinya sebagai upaya
pembentukan sikap dan membantu peserta didik dalam mengidentifikasikan diri peserta itu sendiri.
b. Peran guru dalam proses belajar mengajar
Menurut Uzer Usman 2005: 9 peranan guru dalam proses belajar mengajar meliputi “Guru sebagai demonstrator, guru sebagai pengelola kelas,
guru sebagai mediator dan fasilitator, dan guru sebagai evaluator”. 1
Guru sebagai demonstrator Peran guru sebagai demonstrator berarti guru sebagai pengajar
menyampaikan materi pelajaran kepada siswa si kelas. Guru harus senantiasa menguasai materi yang akan disampaikan kepada siswa serta
mampu memperagakan apa yang diajarkannya secara didaktis, sehingga apa yang disampaikan dapat diterima dan dimiliki oleh siswa. Sebagai
pengajar guru harus mampu memotivasi siswa untuk belajar dalam berbagai kesempatan serta guru harus mampu membantu perkembangan
anak didik untuk mudah menerima, memahami, dan menguasai ilmu pengetahuan.
2 Guru sebagai pengelola kelas
Peran guru sebagai pengelola kelas berarti mengelola dan mengorganisasikan kelas, menciptakan lingkungan belajar yang baik,
menciptakan lingkungan yang dapat merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman, sehingga diharapkan proses belajar dapat
berhasil. Guru sebagai menejer di kelas harus mampu memimpin kegiatan belajar yang efektif serta efisien dengan hasil optimal.
3 Guru sebagai mediator dan fasilitator
Di dalam proses belajar mengajar terdapat interaksi antarmanusia, yaitu siswa dan guru. Disinilah peran guru sebagai
commit to user
15 mediator yaitu sebagai perantara dalam interaksi tersebut. Guru harus
memiliki keterampilan menciptakan secara maksimal kualitas lingkungan yang interaktif. Sebagai fasilitator guru harus mampu mengusahakan
sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengaja.
4 Guru sebagai evaluator
Guru memiliki peran sebagai evaluator dalam proses belajar mengajar.
Kegiatan evaluasi
dimaksudkan untuk
mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran,
serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar. Informasi yang diperoleh dari evaluasi merupakan umpan balik yang dijadikan sebagai
tolak ukur untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar selanjutnya.
c. Kode Etik Guru
Peranan guru semakin penting dalam era global. Hanya melalui bimbingan guru yang profesional, setiap siswa dapat menjadi sumber daya
manusia yang berkualitas, kompetetif dan produktif sebagai aset nasional dalam menghadapi persaingan yang makin ketat dan berat sekarang dan
dimasa datang. Dalam melaksanakan tugas profesinya guru Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa perlu ditetapkan Kode Etik Guru Indonesia
sebagai pedoman bersikap dan berperilaku yang mengejewantah dalam bentuk nilai-nilai moral dan etika dalam jabatan guru sebagai pendidik
putera-puteri bangsa. Kode Etik Guru Indonesia adalah norma dan asas yang disepakati
dan diterima oleh guru-guru Indonesia. Kode Etik Guru Indonesia merupakan pedoman sikap dan perilaku bertujuan menempatkan guru sebagai profesi
terhormat, mulia, dan bermartabat yang dilindungi undang-undang. Kode Etik Guru Indonesia berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan norma moral yang
melandasi pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam hubungannya dengan peserta didik, orangtuawali siswa, sekolah dan rekan
commit to user
16 seprofesi, organisasi profesi, dan pemerintah sesuai dengan nilai-nilai agama,
pendidikan, sosial, etika dan kemanusiaan. Kode Etik Guru Indonesia bersumber dari : 1 Nilai-nilai agama dan Pancasila, 2 Nilai-nilai
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional, 3 Nilai-nilai jati diri, harkat dan martabat manusia
yang meliputi perkembangan kesehatan jasmaniah, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual.
1 Hubungan guru dengan peserta didik
a Guru berperilaku secara profesional dalam melaksanakan tuga didik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.
b Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati dan
mengamalkan hak-hak dan kewajiban sebagai individu, warga sekolah, dan anggota masyarakat
c Guru mengetahui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik
secara individual dan masing-masingnya berhak atas layanan pembelajaran.
d Guru
menghimpun informasi
tentang peserta
didik dan
menggunakannya untuk kepentingan proses kependidikan. e
Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terus-menerus berusaha menciptakan, memelihara, dan mengembangkan suasana
sekolah yang menyenangkan sebagai lingkungan belajar yang efektif dan efisien bagi peserta didik.
f Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa
kasih sayang dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang di luar batas kaidah pendidikan.
g Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gangguan
yang dapat mempengaruhi perkembangan negatif bagi peserta didik.
commit to user
17 h
Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan keseluruhan
kepribadiannya, termasuk kemampuannya untuk berkarya. i
Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-kali merendahkan martabat peserta didiknya.
j Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didiknya
secara adil. k
Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi kebutuhan dan hak-hak peserta didiknya.
l Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan
penuh perhatian bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya.
m Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi peserta
didiknya dari kondisi-kondisi yang menghambat proses belajar, menimbulkan gangguan kesehatan, dan keamanan.
n Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi serta didiknya untuk
alasan-alasan yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan pendidikan, hukum, kesehatan, dan kemanusiaan.
o Guru
tidak boleh
menggunakan hubungan
dan tindakan
profesionallnya kepada peserta didik dengan cara-cara yang melanggar norma sosial, kebudayaan, moral, dan agama.
p Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesional
dengan peserta didiknya untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.
2 Hubungan guru dengan masyarakat
a Guru menjalin komunikasi dan kerjasama yang harmonis, efektif dan
efisien dengan masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan pendidikan.
commit to user
18 b
Guru mengakomodasikan
aspirasi masyarakat
dalam mengembnagkan dan meningkatkan kualitas pendidikan dan
pembelajaran. c
Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat
d Guru berkerjasama secara arif dengan masyarakat untuk
meningkatkan prestise dan martabat profesinya. e
Guru melakukan semua usaha untuk secara bersama-sama dengan masyarakat berperan aktif dalam pendidikan dan meningkatkan
kesejahteraan peserta didiknya f
Guru memberikan pandangan profesional, menjunjung tinggi nilai- nilai agama, hukum, moral, dan kemanusiaan dalam berhubungan
dengan masyarakat. g
Guru tidak boleh membocorkan rahasia sejawat dan peserta didiknya kepada masyarakat.
h Guru tidak boleh menampilkan diri secara ekslusif dalam kehidupam
masyarakat. 3
Hubungan guru dengan profesi a
Guru menjunjung tinggi jabatan guru sebagai sebuah profesi b
Guru berusaha mengembangkan dan memajukan disiplin ilmu pendidikan dan bidang studi yang diajarkan
c Guru terus menerus meningkatkan kompetensinya
d Guru menjunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam
menjalankan tugas-tugas profesionalnya dan bertanggungjawab atas konsekuensiinya.
e Guru menerima tugas-tugas sebagai suatu bentuk tanggungjawab,
inisiatif individual,
dan integritas
dalam tindkan-tindakan
profesional lainnya. f
Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan merendahkan martabat profesionalnya.
commit to user
19 g
Guru tidak boleh menerima janji, pemberian dan pujian yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan-tindakan proesionalnya
h Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dengan maksud
menghindari tugas-tugas dan tanggungjawab yang muncul akibat kebijakan baru di bidang pendidikan dan pembelajaran.
3. Kompetensi Guru
a. Pengertian Kompetensi Guru
Berdasarkan Undang-Undang RI No.14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen Pasal 1, ayat 10 dinyatakan bahwa “Kompetensi adalah
seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”.
Syaiful Sagala 2009: 23 mengatakan “Kompetensi merupakan peleburan dari pengetahuan daya pikir, sikap daya kalbu, dan
keterampilan daya pisik yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan”. Menurut Abdul Majid 2006: 4 “Kompetensi adalah seperangkat tindakan
inteligen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang tertentu”.
Dari pendapat di atas, maka jelas suatu kompetensi harus didukung oleh pengetahuan, sikap dan apresiasi. Kompetensi merupakan perpaduan
dari penguasaan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam melaksanakan
tugas pekerjaannya. Dapat juga dikatakan bahwa kompetensi merupakan gabungan dari kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat,
pemahaman, apresiasi dan harapan yang mendasari karakteristik seseorang untuk berunjuk kerja dalam menjalankan tugas atau pekerjaan guna mencapai
standar kualitas dalam pekerjaan nyata.
commit to user
20 Oleh karena itu, kompetensi guru dapat diartikan sebagai kebulatan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk tindakan dan disertai dengan tanggungjawab dalam melaksanakan tugas
untuk memangku jabatan guru sebagai profesi. Kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru dan akan menunjukkan kualitas guru dalam mengajar.
Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru dan dapat dicapai
melalui pengalaman berbahan kajian dan bahan pelajaran secara kontekstual melalui proses pendidikan dalam jangka panjang yang dikaitkan dengan
waktu tertentu di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan LPTK. Berdasarkan Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen Pasal 10 dinyatakan bahwa “Guru harus memiliki empat jenis kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan
sosial”. b.
Kompetensi Pedagogik Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3
butir a mengemukakan bahwa “Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman peserta
didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya”. E. Mulyasa 2007: 75 mengemukakan bahwa:
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya
meliputi sebagai berikut.
1 Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan
2 Pemahaman terhadap peserta didik
3 Pengembangan kurikulumsilabus
4 Perancangan pembelajaran
commit to user
21 5
Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis 6
Pemanfaatan teknologi pembelajaran 7
Evaluasi hasil belajar 8
Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Menurut Syaiful Sagala 2009: 32 mengatakan bahwa: Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan dalam pengelolaan
peserta didik meliputi 1 pemahaman wawasan guru akan landasan dan filsafat pendidikan; 2 guru memahami potensi dan
keberagaman peserta didik, sehingga dapat didesain strategi pelayanan belajar sesuai keunikan masing-masing peserta didik; 3
guru mampu mengembangkan kurikulum atau silabus baik dalam bentuk dokumen maupun implementasi dalam bentuk pengalaman
belajar; 4 guru mampu menyusun rencana dan strategi pembelajaran berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi
dasar; 5 mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik dengan suasana dialogis dan interaktif. Sehingga pembelajaran
menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan; 6 mampu melakukan evaluasi hasil belajar dengan memenuhi
prosedur dan standar yanng dipersyaratkan; dan 7 mampu mengembangkan bakat dan minat peserta didik melalui kegiatan
intrakurikuler dan ekstrakurikuler untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Dari berbagai pendapat diatas jelas bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan penguasan dalam ilmu pendidikan; ilmu pengajaran.
Seorang guru dikatakan mempunyai kompetensi pedagogik minimal apabila guru telah menguasai bidang studi tertentu, ilmu pendidikan, baik metode
mengajar, maupun pendekatan pembelajaran. Selain itu kemampuan pedagogik
juga ditunjukkan pula dalam kemampuan guru untuk membantu, membimbing,
dan memimpin. Kompetensi guru dalam bidang pedagogik sangat luas sehingga
perlu ditentukan indikator-indikator yang jelas agar seorang guru dapat
mengetahui kewajibannya sebagai seorang pendidik untuk menguasai hal tersebut
.
commit to user
22 Berdasarkan instrument penilaian kompetensi pedagogik, aspek yang
dinilai meliputi perancangan pembelajaran. Perancangan pembelajaran adalah menyusun langkah-langkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan dalam upaya untuk membelajarkan siswa. Menurut unit PPL 2010: 55 indikator perancangan pembelajaran yang biasa disebut
dengan rencana pelaksanaan pembelajaran RPP meliputi: 1
Perumusan tujuan pembelajaran a
Kejelasan perumusan b
Kelengkapan cakupan perumusan c
Kesesuaian dengan kompetensi dasar 2
Pemilihan dan pengorganisasian materi ajar a
Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran b
Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik c
Keruntutan dan sistematika materi d
Kesesuaian materi dengan alokasi waktu 3
Pemilihan sumber belajar media pembelajaran a
Kesesuaian sumber belajar media pembelajaran dengan tujuan pembelajaran
b Kesesuaian sumber belajar media pembelajaran dengan materi
pembelajaran c
Kesesuaian sumber
belajar media
pembelajaran dengan
karakteristik pesrta didik 4
Kegiatan pembelajaran a
Kesesuaian strategi dan metode pembelajaran dengan tujuan pembelajaran
b Kesesuaian strategi dan metode pembelajaran dengan materi
pembelajaran c
Kesesuaian strategi dan metode pembelajaran dengan karakteristik peserta didik
d Kelengkapan langkah-langkah dalam setiap tahapan pembelajaran
dan kesesuaian alokasi waktu 5
Penilaian hasil belajar a
Kesesuaian teknik penilaian dengan tujuan pembelajaran b
Kejelasan prosedur penilaian c
Kelengkapan instrumen c.
Kompetensi Profesional Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat 3
butir c, mengemukakan bahwa “Kompetensi profesional adalah kemampuan
commit to user
23 penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan”.
Trianto 2006: 71 mengatakan “Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pengajaran secara luas dan mendalam. Guru
harus memiliki pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan serta sikap yang mantap dan memadai sehingga mampu mengelola proses pembelajaran secara
efektif “. Menurut
Usman 2005:9
“Melalui peranannya
sebagai demonstrator, pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau
materi pelajaran
yang akan
diajarkannya serta
senantiasa mengembangkannya”.
Mengembangkan artinya
meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimiliki karena hal ini akan sangat
menentukan hasil belajar yang dicapai siswa. Sudjana 2005: 71 mengatakan bahwa:
Menguasai bahan yang akan diajarkan merupakan kemampuan yang mutlak bagi guru. Tanpa penguasaan bahan sebenarnya guru tidak
dapat mengajar dengan baik. Misalnya guru yang tidak menguasai bahan ajar maka dalam mengajarnya dengan cara mendikte siswa
secara terus menerus, menyuruh siswa menyalin dari buku bacaan, membacakan bahan dari sumber buku sehingga menyebabkan siswa
merasa bosan.
Menguasai bahan pelajaran merupakan bagian dari pengetahuan yang harus dimiliki guru. Kemampuan seorang guru dalam menguasai bahan
pelajaran sebagai bagian integral dari proses belajar mengajar. Guru yang bertaraf profesional mutlak harus menguasai bahan yang diajarkannya.
Menurut Usman, 2005: 74 ada 8 delapan keterampilan dasar mengajar bagi seorang guru profesional yaitu:
commit to user
24 1
Keterampilan bertanya Questioning Skills Dalam proses belajar mengajar bertanya memainkan peranan
penting sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat pula akan berdampak positif terhadap siswa.
Keterampilan dan kelancaran bertanya guru perlu dilatih dan ditingkatkan yang mencakup isi pertanyaannya dan teknik berntanya.
2 Keterampilan memberi penguatan Reinforcement Skills
Penguatan adalah segala bentuk respon, apakah bersifat verbal maupun non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah
laku guru terhadap tingkah laku siswa yang bertujuan memberikan informasi atau umpan balik bagi si penerima atas pembuatannya
sebagai suatu tindak dorongan ataupun koreksi.
3 Keterampilan mengadakan variasi Variation Skills
Variasi adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan
murid sehingga dalam situasi belajar mengajar murid senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi.
4 Keterampilan menjelaskan Explaning Skills
Keterampilan menjelaskan ialah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematis untuk menunjukkan adanya
hubungan yang satu dengan yang lainnya. Penyampaian materi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok
kegiatan ciri utama dalam kegiatan menjelaskan.
5 Keterampilan membuka dan menutup pelajaran Set Induction and
Closure Set Induction ialah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh
guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prokondisi bagi murid agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang akan
dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar.
Sedangkan kegiatan menutup adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau KBM. Bentuk usaha guru
dalam mengakhiri pelajaran adalah dengan merangkum atau membuat garis besar persoalan yang baru dibahas, mengonsolidasikan perhatian
siswa, mengorganisasi semua kegiatan pengajaran, dan memberikan
commit to user
25 tindak lanjut biasanya berupa saran-saran, ajakan kepada siswa agar
materi dipelajari lagi dan pemberian tugas rumah PR.
6 Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang
informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah.
7 Keterampilan mengelola kelas
Pengelolaan kelas
adalah keterampilan
guru untuk
menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar
mengajar.
8 Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan
Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya
hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa maupun antara siswa dan siswa.
Menurut unit PPL 2010: 57 menyebutkan bahwa penilaian kompetensi profesional lembar praktik mengajar, aspek yang diamati
mencakup: 1
Kemampuan membuka pembelajaran 2
Penguasaan materi pembelajaran 3
Strategi metode pembelajaran 4
Pemanfaatan media sumber pembelajaran 5
Pembelajaran yang memicu diri memelihara keterlibatan siswa 6
Penilaian proses dan hasil belajar 7
Penggunaan bahasa 8
Kemampuan menutup pembelajaran d.
Kompetensi Kepribadian Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3
butir b, mengemukakan bahwa “Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan wibawa, menjadi teladan
bagi peserta didik, dan berakhlak mulia”.
commit to user
26 Pribadi guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan
pendidikan, khususnya dalam kegiatan pembelajaran. Pribadi guru juga sangat berperan dalam membentuk pribadi peserta didik. Ini dapat dimaklumi
karena manusia merupakan makhluk yang suka mencontoh, termasuk mencontoh pribadi gurunya dalam membentuk pribadinya. Semua itu
menunjukan bahwa kompetensi personal atau kepribadian guru sangat dibutuhkan oleh peserta didik dalam proses pembentukan pribadinya.
Kompetensi kepribadian sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadi para peserta didik. Kompetensi
kepribadian ini memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan
sumber daya manusia SDM, serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan negara, dan bangsa pada umumnya. Setiap guru dituntut untuk memiliki
kompetensi kepribadian yang memadai, bahkan kompetensi ini akan melandasi atau menjadi landasan bagi kompetensi- kompetensi lainnya.
Dalam hal ini, guru tidak hanya dituntut untuk mampu memaknai pembelajaran, tetapi dan yang paling penting adalah bagaimana dia
menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik.
Menurut Unit PPL 2010: 59 menjelaskan bahwa penilaian kompetensi kepribadian aspek yang diamati adalah mencakup indikator
kompetensi kepribadian diantaranya: 1
Kesamaan dan kesupelan 2
Kekritisan dan kreativitas 3
Ketenangan dan kepercayaan diri 4
Kesopanan dan kelancaran berbicara 5
Kehangatan dalam komunikasi 6
Kematangan kedewasaan 7
Kesahajaan, kerapian dan kesopanan dalam penampilan 8
Kejujuran kedisiplinan
commit to user
27 e.
Kompetensi Sosial Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3
butir d, mengemukakan bahwa “Kompetensi sosial adalah kemampuan sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua wali peserta didik, dan masyarakat
sekitar”. E. Mulyasa 2007:92 menguraikan bahwa kompetensi sosial
merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat, yang sekurang- kurangnya memiliki kompetensi untuk :
1 Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat.
2 Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara
fungsional. 3
Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua wali peserta didik, dan
4 Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
Guru adalah makhluk sosial, yang dalam kehidupannya tidak bisa terlepas dari kehidupan sosial masyarakat dan lingkungannya. Oleh karena
itu, guru dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang memadai, terutama dalam kaitanya dengan pendidikan, yang tidak terbatas pada pembelajaran di
sekolah tetapi juga pada pendidikan yang terjadi dan berlangsung di masyarakat. Guru dalam lingkungan sosial merupakan figure sentral yang
menjadi standar tolak ukur bagi masyarakat untuk mengambil keteladanannya. Hal ini menunutt guru berperan secara proporsional dalam
kehidupan bermasyarakat, sehingga guru harus memiliki kemampuan untuk hidup bermasyarakat dengan baik. Keterlibatan guru dalam kehidupan
masyarakat akan menjadi panutan bagi peserta didik. Unit PPL 2010: 60 menjelaskan bahwa aspek yang diamati dalam
penilaian kompetensi sosial lembar supervisi kompetensi sosial mencakup:
commit to user
28 1
Kesimpatian dan keempatian pada peserta didik, teman sejawat. 2
Kepatuhan terhadap keputusan bersama. 3
Kerjasama dengan teman sejawat. 4
Kerjasama dengan peserta didik. 5
Ketertiban di lingkungan sekolah. 6
Rasa hormat penghargaan pada orang lain. 4.
Persepsi a.
Pengertian Persepsi Menurut Desiderato dalam Jalaluddin Rahmat 2001: 51, “Persepsi
adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi
ialah memberikan makna pada stimulus indrawai sensory stimuly”. Bimo Walgito 2004: 88 mengatakan bahwa “Persepsi itu
merupakan pengorganisasian, penginterprestasian, terhadap stimulus yang diinderanya sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan respon
yang intergrated dalam diri individu”. Sementara Slameto 2003: 102 mengatakan bahwa “Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya
pesan atau informasi kedalam otak manusia melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini
dilakukan lewat indranya, yaitu indra penglihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium”.
Sondang P. Siagian 2004: 100 mengemukakan bahwa “Pesepsi adalah proses seseorang mengorganisasikan dan menginterprestasikan kesan-
kesan sensorinya dalam usahanya memberikan sesuatu makna tertentu kepada lingkungannya”.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi adalah suatu proses pemberian arti oleh individu atau
seseorang yang didahului oleh proses penginderaan untuk memahami dunia sekitarnya yaitu dengan cara memahami, mengorganisasi dan menafsirkan
commit to user
29 suatu stimulus hingga memungkinkan individu untuk melakukan penilaian
terhadap suatu objek, situasi atau peristiwa yang dapat mempengaruhi perilaku. Dengan persepsi individu akan menyadari tentang keadaan
disekitarnya juga keadaan diri sendiri. Dalam memandang objek atau peristiwa yang sama, pengertian yang ditangkap oleh orang lain mungkin
berbeda. Objek sekitar yang ditangkap dengan alat indera, kemudian diproyeksikan pada bagian-bagian tertentu di otak sehingga orang bisa
mengamati objek tersebut. b.
Syarat Terjadinya Persepsi Bimo Walgito 2004: 89 mengemukakan bahwa ada tiga syarat
sebelum individu mengadakan persepsi, yaitu: 1
Objek yang dipersepsi Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau
reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai
reseptor, namun sebagian terbesar stimulus datang dari luar individu.
2 Alat indera, syaraf dan pusat susunan syaraf
Alat indra atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus, disamping itu pula harus ada syaraf sensoris sebagai alat
untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk
mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.
3 Perhatian
Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya peratian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu
persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktifitas individu yang
ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.
Ketiga faktor tersebut akan berperan dalam pembentukan sebuah persepsi dalam diri seseorang, terjadinya persepsi adalah karena adanya objek
atau stimulus yang merangsang untuk ditangkap oleh panca indra objek atau stimulus tersebut menjadi perhatian panca indra, kemudian objek perhatian
tadi dibawa ke otak. Dari otak terjadi kesan adanya stimulus, kesan
commit to user
30 dikembalikan ke indra berupa tanggapan atauu persepsi atau hasil kerja indra
berupa pengalaman hasil pengolahan otak. c.
Proses Terjadinya Persepsi Proses persepsi adalah peristiwa dua arah yaitu sebagai hasil aksi
dan reaksi. Menurut Bimo Walgito 2004: 90, terjadinya persepsi melalui suatu proses, yaitu melalui beberapa tahap sebagai berikut:
1 Suatu objek atau sasaran menimbulkan stimulus, selanjutnya stimulus
tersebut ditangkap oleh alat indera. Proses ini berlangsung secara alami dan berkaitan dengan segi fisik. Proses tersebut dinamakan proses
kealaman.
2 Stimulus suatu objek yang diterima oleh alat indera, kemudian
disalurkan ke otak melalui syaraf sensoris. Proses pentransferan stimulus ke otak disebut proses psikologis, yaitu berfungsinya alat
indera secara normal, dan
3 Otak selanjutnya memproses stimulus hingga individu menyadari
objek yang diterima oleh alat inderanya. Proses ini juga disebut proses psikologis.
Dalam hal ini terjadilah adanya proses persepsi yaitu suatu proses dimana individu mengetahui dan menyadari suatu objek berdasarkan stimulus
yang mengenai alat inderanya.
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Proses terbentuknya persepsi sangat kompleks, dan ditentukan oleh dinamika yang terjadi dalam diri seseorang ketika ia mendengar, mencium,
melihat, merasa, atau bagaimana dia memandang suatu objek dalam melibatkan aspek psikologis dan panca inderanya.
Menurut David Krech dan Ricard crutcfield dalam Jalaludin Rahmat 2003: 55 faktor-faktor yang menentukan persepsi dibagi menjadi dua yaitu
faktor fungsional dan faktor struktural.
commit to user
31 1
Faktor Fungsional Faktor fungsional adalah faktor yang berasal dari kebutuhan,
pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Faktor fungsional yang
menentukan persepsi adalah obyek-obyek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi.
2 Faktor Struktural
Faktor struktural adalah faktor-faktor yang berasal semata-mata dari sifat stimulus fisik terhadap efek-efek syaraf yang ditimbulkan
pada sistem saraf individu. Faktor-faktor struktural yang menentukan persepsi menurut teori Gestalt bila kita ingin memahami suatu
peristiwa kita tidak dapat meneliti faktor-faktor yang terpisah tetapi memandangnya dalam hubungan keseluruhan.
Tertarik tidaknya
individu untuk
memperhatikan stimulus
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu: 1
Faktor eksternal a
Gerakan, seperti organisasi lain, bahwa manusia secara visual tertarik pada obyek-obyek yang bergerak. Contohnya kita senang
melihat huruf dalam display yang bergerak menampilkan nama barang yang diiklankan.
b Intensitas stimuli, dimana kita akan memperhatikan stimuli yang
lebih menonjolkan dari stimuli yang lain. c
Kebaruan novelty, bahwa hal-hal baru, yang luar biasa, yang berbeda akan lebih menarik perhatian.
d Perulangan, hal-hal yang disajikan berkali-kali, bila disertai dengan
variasi, akan menarik perhatian. 2
Faktor internal b
Kebiasaan, kecenderungan untuk mempertahankan pola berpikir tertentu, atau melihat masalah hanya dari satu sisi saja, atau
kepercayaan yang berlebihan dan tanpa kritis pada pendapat otoritas.
c Minat, suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri
atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan- keinginan atau kebutuhannya sendiri.
d Emosi,
sebagai manusia
yang utuh,
kita tidak
dapat mengesampingkan emosi, walaupun emosi bukan hambatan utama.
Tetapi bila emosi itu sudah mencapai intensitas yang begitu tinggi
commit to user
32 akan mengakibatkan stress, yang mennyebabkan sulit berpikir
efisien. e
Keadaan biologis, misalnya keadaan lapar, maka seluruh pikiran didominasi oleh makanan. Sedangkan bagi orang yang kenyang
akan menaruh perhatian pada hal-hal lain. Kebutuhan biologis menyebabkan persepsi yang berbeda.
Jadi persepsi yang dimiliki seseorang akan berbeda antara satu dengan yang lainnya, perbedaan persepsi tersebut disebabkan perbedaan
karakteristik pribadi yang dimiliki masing-masing individu, yaitu sifat, kepribadian, motif, kepentingan, pengalaman masa lalu dan harapan.
e. Persepsi Siswa dan Guru Pamong
Persepsi merupakan proses pengamatan seseorang terhadap gejala sesuatu obyek atau stimulus yang diterima dari lingkungannya dengan
menggunakan inderanya masing-masing individu untuk menginterpretasikan terhadap stimulus tersebut dengan cara yang berbeda-beda. Artinya persepsi
tersebut bersifat subjektif karena seseorang dalam mengungkapkan kembali terhadap objek rangsangan yang diterima berdasarkan pada kemampuan diri
masing-masing individu. Persepsi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah persepsi siswa dan guru pamong terhadap kompetensi mahasiswa PPL
pendidikan akuntansi FKIP UNS tahun 2010 di SMA Negeri Se Kota Surakarta.
Menurut UU No.202003, “Peserta didik atau siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan portensi diri melalui proses
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu”. Siswa dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri di Surakarta tempat
pelaksanaan PPL, sedangkan yang dimaksud dengan persepsi siswa dalam penelitian ini adalah interpretasi atau penilaian siswa tentang kompetensi
yang dimiliki mahasiswa PPL atau calon guru selama praktik di sekolah.
commit to user
33 Berdasarkan Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen Pasal 1 dinyatakan bahwa “Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.
Guru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah guru pamong mahasiswa praktikan di SMA, yaitu guru di SMA yang ditunjuk dan ditugasi oleh kepala
sekolah untuk membimbing mahasiswa calon guru selama mengikuti PPL. Menurut Unit PPL 2010: 7 dalam buku pedoman PPL FKIP UNS tugas
pokok guru pamong adalah 1
Menghadiri upacara penyerahan mahasiswa praktikan dari Fakultas kepada Kepala Sekolah Mitra
2 Bersama-sama Kepala Sekolah Koordinator Guru Pamong
merencanakan kegiatan PPL untuk mahasiswa bimbingannya. 3
Memberikan model les kepada para mahasiswa praktikan. Bersama Dosen Pembimbing mengadakan observasi penampilan mahasiswa
hubungannya dalam melaksanakan praktek mengajar BK, dilanjutkan dengan supervisi.
4 Memberikan bimbingan masalah-masalah khusus misalnya materi
pelaksanaan pelajaran, metode penyususnan Rencana Pembelajaran, Tugas Kokurikuler dan ekstrakurikuler, dan sebagainya untuk lebih
memantapkan penampilan mahasiswa.
5 Bersama Kepala Koordinator Guru Pamong Unit PPL memecahkan
mengatasi masalah yang mungkin timbul. 6
Memberikan penilaian latihan praktik mengajar BK para mahasiswa bimbingannya.
7 Memberikan penilaian latihan pelaksanaan tugas-tugas, memberikan
bimbingan belajar tugas administrasi, serta tugas kokurikuler bagi para mahasiswa praktikan yang dibimbingnya.
8 Memberikan penilaian pada penampilan mahasiswa dalam ujian
praktek mengajar. 9
Bersama Kepala Sekolah Kepala Tata Usaha dan petugas lain menilai kualitas laporan observasi.
10 Dengan masukan-masukan dari Kepala Sekolah, Kepala Tata Usaha,
Koordinator Guru Pamong dan petugas-petugas lain menilai kualitas kepribadian praktikan.
commit to user
34 11
Menyampaikan laporan tentang hasil pelaksanaan PPL dari para mahasiswa bimbingannya kepada Kepala Sekolah Koordinator Guru
Pamong Sekolah yang bersangkutan.
12 Menghadiri upacara penyerahan kembali para mahasiswa praktikan
oleh Kepala Sekolah kepada Fakultas.
Unit PPL 2010: 9 dalam buku pedoman PPL FKIP UNS, mengatakan persyaratan Guru Pamong dan penugasannya adalah
1 Guru yang telah mengajar bidang studi keahlian minimal 5 tahun,
diutamakan yang berijasah S1 Kependidikan. 2
Yang memiliki pengetahuan dan kecakapan tentang cara-cara pembimbingan yang efektif terhadap mahasiswa calon guru.
3 Oleh Kepala Sekolah dinilai memiliki kepribadian yang memadai
untuk menjadi pembimbing pamong terhadap para mahasiswa calon guru.
4 Penugasan sebagai guru pamong ditentukan ditunjuk oleh Kepala
Sekolah.
Persepsi guru pamong terhadap kompetensi mahasiswa PPL pendidikan akuntansi FKIP UNS di SMA Negeri Se Kota Surakarta tahun
2010 merupakan proses menginterpretasikan stimulus yang dilakukan oleh mahasiswa PPL selama melakukan kegiatan PPL di sekolah. Dengan
demikian, baik siswa maupun guru pamong akan menginterpretasikan atau menafsirkan segala sesuatu yang dilakukan oleh mahasiswa PPL pendidikan
akuntansi FKIP UNS di SMA Negeri Se Kota Surakarta tahun 2010 selama melakukan kegiatan PPL mengenai kompetensi calon guru yaitu kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial dan kompetensi profesional. Interpretasi itu juga mengggambarkan besarnya kemampuan siswa dan guru pamong dalam
mengemukakan persepsinya mengenai kompetensi mahasiswa PPL pendidikan akuntansi FKIP UNS di SMA Negeri Se Kota Surakarta tahun
2010.
commit to user
35
B. Penelitian yang Relevan