Persepsi guru pamong terhadap kompetensi mahasiswa PPL : studi kasus pada guru-guru SMA dan SMK di Kabupaten Sleman.
ABSTRAK
PERSEPSI GURU PAMONG TERHADAP KOMPETENSI MAHASISWA PPL Studi Kasus Pada Guru-Guru SMA dan SMK di Kabupaten Sleman
Epifania Prabaningrum Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2007
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi pedagogik mahasiswa PPL ditinjau dari pengalaman membimbing; (2) perbedaan persepsi guru terhadap kompetensi pedagogik mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan; (3) perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi pribadi mahasiswa PPL ditinjau dari pengalaman membimbing; (4) perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi pribadi mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan; (5) perbedaaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi sosial ditinjau pengalaman membimbing; (6) perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi sosial mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan; (7) perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi profesional mahasiswa PPL ditinjau dari pengalaman membimbing; (8) perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi profesional mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan
Penelitian dilaksanakan di SMA dan SMK yang ada di Kabupaten Sleman pada bulan Mei 2007. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 110 guru. Sampel penelitian berjumlah 91 guru. Tehnik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Teknik analisa data menggunakan uji Oneway Anova dan T-test .
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi pedagogik mahasiswa PPL ditinjau dari pengalaman membimbing (Fhitung = 3,470> Ftabel = 3,101); (2) ada perbedaan persepsi guru
terhadap kompetensi pedagogik mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan (t
hitung =7,902> t tabel =1,990); (3) ada perbedaan persepsi guru pamong terhadap
kompetensi pribadi mahasiswa PPL ditinjau dari pengalaman membimbing (Fhitung =
3,324> Ftabel = 3,101); (4) ada perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi
pribadi mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan (t hitung =3,202> t tabel
=1,990);(5) ada perbedaaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi sosial mahasiswa PPL ditinjau dari pengalaman membimbing (Fhitung =3,757> Ftabel = 3,101);
(6) ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi sosial pada mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan (t hitung =3,329> t tabel =1,990); (7) ada
perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi profesional pada mahasiswa PPL ditinjau dari pengalaman membimbing; (Fhitung = 3,239> Ftabel = 3,101) (8) ada
perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi profesional pada mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan (t hitung =2,702 > t tabel =1,990).
(2)
THE PERCEPTION OF SUPERVISOR TOWARDS THE COMPETENCE OF STUDENTS TEACHING PRACTICE
A Case Study on SMA and SMK teacher’s in Sleman Regency Epifania Prabanimgrum
Sanata Dharma University 2007
The purposes of this research are to know: (1) the difference of the supervisor’s perception toward students pedagogical competence based on the exprerience in guiding teaching practice; (2) the difference of the supervisor’s perception toward students pedagogical competence based on the level education; (3) the difference of the supervisor’s perception toward students personal competence based on the exprerience in guiding teaching practice; (4) the difference of the supervisor’s perception toward students competence the personal based on the level education; (5) the difference of the supervisor’s perception toward students social competence based on the exprerience in guiding teaching practice; (6) the difference of the supervisor’s perception toward students competence social competence based on the level education; (7) the difference of the supervisor’s perception toward students profesional competence based on the exprerience in guiding teaching practice; (8) the difference of the supervisor’s perception toward students profesional competence based on the level education.
This research was conducted on most of SMA and SMK in Sleman Regency during Mei 2007. The method of data collection was questionnaire. The population of this research was 110 teachers. The samples of this research were 91 teachers. The technique of sampling taking samples was purposive sampling. The technique of data analysis was anova and t-test.
The results of the research are: (1) there is difference of the supervisor’s perception toward students pedagogical competence based on the exprerience in guiding teaching practice (Faccount = 3,470> Ftable = 3,101); (2) there is difference of the
supervisor’s perception toward students pedagogical competence based on the level education (taccount =7,902> ttable = 1,990); (3) there is difference of the supervisor’s
perception toward students personal competence based on the exprerience in guiding teaching practice (Faccount = 3,324> Ftable = 3,101); (4) there is difference of the
supervisor’s perception toward students competence the personal based on the level education (taccount =3,202> ttable = 1,990); (5) there is difference of the supervisor’s
perception toward students social competence based on the exprerience in guiding teaching practice (Faccount = 3,757> Ftable = 3,101); (6) there is difference of the
supervisor’s perception toward students competence social competence based on the level education (taccount =3,329> ttable = 1,990;(7) there is difference of the supervisor’s
perception toward students profesional competence based on the exprerience in guiding teaching practice (Faccount = 3,239> Ftable = 3,101; (8) there is difference of the
supervisor’s perception toward students profesional competence based on the level education (taccount =2,702> ttable = 1,990)
(3)
PERSEPSI GURU PAMONG TERHADAP KOMPETENSI
MAHASISWA PPL
Studi Kasus Pada Guru-Guru SMA dan SMK di Kabupaten Sleman
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Disusun Oleh :
EPIFANIA PRABANINGRUM 021334 057
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
(4)
S
(5)
(6)
MOTTO
Bersyukurlah bahwa kamu belum siap memiliki yang kamu inginkan,
Seandainya Sudah, apalagi yang harus diinginkan.
Bersyukurlah bahwa kamu tidak tahu sesuatu karena itu memberimu kesempatan
untuk belajar.
Bersyukurlah untuk masa sulit karena di masa itulah kamu tumbuh
Bersyukurlah untuk keterbatasanmu karena itu memberi kesempatan untuk
berkembang
Bersyukurlah untuk setiap tantangan baru karena itu yang akan membangun
kekuatan dan kepribadianmu
Bersyukurlah untuk kesalahan yang kamu buat karena itu merupakan pelajaran
yang amat berharga
Bersyukurlah karena rasa syukur dapat mengubah hal-hal negatif menjadi
positif
(Cak Nurchabib SCTV 2004)
(7)
Skripsi ini aku persembahkan untuk :
Bapakku tercinta Antonius Suradjiya Ibuku tercinta Purwatiningsih
(8)
(9)
ABSTRAK
PERSEPSI GURU PAMONG TERHADAP KOMPETENSI MAHASISWA PPL Studi Kasus Pada Guru-Guru SMA dan SMK di Kabupaten Sleman
Epifania Prabaningrum Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2007
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi pedagogik mahasiswa PPL ditinjau dari pengalaman membimbing; (2) perbedaan persepsi guru terhadap kompetensi pedagogik mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan; (3) perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi pribadi mahasiswa PPL ditinjau dari pengalaman membimbing; (4) perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi pribadi mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan; (5) perbedaaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi sosial ditinjau pengalaman membimbing; (6) perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi sosial mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan; (7) perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi profesional mahasiswa PPL ditinjau dari pengalaman membimbing; (8) perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi profesional mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan
Penelitian dilaksanakan di SMA dan SMK yang ada di Kabupaten Sleman pada bulan Mei 2007. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 110 guru. Sampel penelitian berjumlah 91 guru. Tehnik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Teknik analisa data menggunakan uji Oneway Anova dan T-test .
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi pedagogik mahasiswa PPL ditinjau dari pengalaman membimbing (Fhitung = 3,470> Ftabel = 3,101); (2) ada perbedaan persepsi guru
terhadap kompetensi pedagogik mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan (t
hitung =7,902> t tabel =1,990); (3) ada perbedaan persepsi guru pamong terhadap
kompetensi pribadi mahasiswa PPL ditinjau dari pengalaman membimbing (Fhitung =
3,324> Ftabel = 3,101); (4) ada perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi
pribadi mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan (t hitung =3,202> t tabel
=1,990);(5) ada perbedaaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi sosial mahasiswa PPL ditinjau dari pengalaman membimbing (Fhitung =3,757> Ftabel = 3,101);
(6) ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi sosial pada mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan (t hitung =3,329> t tabel =1,990); (7) ada
perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi profesional pada mahasiswa PPL ditinjau dari pengalaman membimbing; (Fhitung = 3,239> Ftabel = 3,101) (8) ada
perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi profesional pada mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan (t hitung =2,702 > t tabel =1,990).
(10)
THE PERCEPTION OF SUPERVISOR TOWARDS THE COMPETENCE OF STUDENTS TEACHING PRACTICE
A Case Study on SMA and SMK teacher’s in Sleman Regency Epifania Prabanimgrum
Sanata Dharma University 2007
The purposes of this research are to know: (1) the difference of the supervisor’s perception toward students pedagogical competence based on the exprerience in guiding teaching practice; (2) the difference of the supervisor’s perception toward students pedagogical competence based on the level education; (3) the difference of the supervisor’s perception toward students personal competence based on the exprerience in guiding teaching practice; (4) the difference of the supervisor’s perception toward students competence the personal based on the level education; (5) the difference of the supervisor’s perception toward students social competence based on the exprerience in guiding teaching practice; (6) the difference of the supervisor’s perception toward students competence social competence based on the level education; (7) the difference of the supervisor’s perception toward students profesional competence based on the exprerience in guiding teaching practice; (8) the difference of the supervisor’s perception toward students profesional competence based on the level education.
This research was conducted on most of SMA and SMK in Sleman Regency during Mei 2007. The method of data collection was questionnaire. The population of this research was 110 teachers. The samples of this research were 91 teachers. The technique of sampling taking samples was purposive sampling. The technique of data analysis was anova and t-test.
The results of the research are: (1) there is difference of the supervisor’s perception toward students pedagogical competence based on the exprerience in guiding teaching practice (Faccount = 3,470> Ftable = 3,101); (2) there is difference of the
supervisor’s perception toward students pedagogical competence based on the level education (taccount =7,902> ttable = 1,990); (3) there is difference of the supervisor’s
perception toward students personal competence based on the exprerience in guiding teaching practice (Faccount = 3,324> Ftable = 3,101); (4) there is difference of the
supervisor’s perception toward students competence the personal based on the level education (taccount =3,202> ttable = 1,990); (5) there is difference of the supervisor’s
perception toward students social competence based on the exprerience in guiding teaching practice (Faccount = 3,757> Ftable = 3,101); (6) there is difference of the
supervisor’s perception toward students competence social competence based on the level education (taccount =3,329> ttable = 1,990;(7) there is difference of the supervisor’s
perception toward students profesional competence based on the exprerience in guiding teaching practice (Faccount = 3,239> Ftable = 3,101; (8) there is difference of the
supervisor’s perception toward students profesional competence based on the level education (taccount =2,702> ttable = 1,990)
(11)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kasih karena skripsi ini telah selesai tepat pada waktunya. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini mendapatkan berbagai masukan, kritik dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Drama, Yogyakarta.
3. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. 4. Bapak S. Widanarto P., S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang telah
banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
5. Ibu Cornelio Purwantini, Spd., MSi. selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skipsi ini.
6. Ibu B. Indah Nugraheni, S. Pd., S.I.P., M.Pd. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
7. Bapak Ibu guru di SMA,SMK negeri dan swasta se Kabupaten Sleman yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
(12)
sabar memberikan dorongan, nasehat dan selalu berdoa untuk penulis. 9. Kakakku (Cek may) dan adikku ( Tole)
10. Temen-temen di bulan oktober Lusi, Kriwol, Bowo, Boim, Mumun, Erma, Yuni akhirnya kita dapat melewati semuanya
11. Sobat-sobatku She’ska, Tea-us, Kris-sum, Elly, Dhita, Dina
12. Temen-temen PAK 2002, Wiwin, Iin, Bulan, Indri, Imas, Dewa, April, Goris, Eri, Yoyok, Duwi, dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas doa kalian dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung
Semoga semua kebaikan dan bantuannya mendapat imbalan yang sepantasnya dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Yogyakarta, Oktober 2007 Penulis
Epifania.P
(13)
Halaman HALAMAN JUDUL………
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………. HALAMAN PENGESAHAN……….. i ii iii iv v MOTTO………... HALAMAN PERSEMBAHAN……….. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……….. ABSTRAK……….. ABSTRACT……….. KATA PENGANTAR………. vi vii viii ix xi DAFTAR ISI……… DAFTAR TABEL……… xvi xviii DAFTAR LAMPIRAN……… PENDAHULUAN……… BAB I
A. Latar Belakang Masalah………. B. Rumusan masalah…….……….. C. Tujuan Penelitian……… D. Manfaat Penelitian………..
1 1 5 6 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………...
A. Pengertian Persepsi ………...
B. Guru Pamong…….……….
C. Kompetensi Guru…….………..
D. PPL…….………
E. Mahasiswa PPL…….………. F. Tingkat Pendidikan…….………...
9 6 13 14 24 25 26 28 31 G. Pengalaman Membimbing…….………. H. Kerangka Berpikir…….……….
(14)
A. Jenis Penelitian……….……….. B. Subjek dan Objek Penelitian……….………. C. Waktu dan Tempat Penelitian…….………... D. Populasi dan Sampel…….………. E. Variabel penelitian dan Pengukuran…….………. F. Kisi-kisi kuesioner……….. G. Uji Instrumen penelitian…..………... H. Teknik Pengumpulan Data………. I. Teknik Analisis Data……….. 1. Pengujian Normalitas dan Homogenitas………. 2. Pengujian Hipotesis………
41 41 41 42 44 45 48 51 51 52 53
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN………. A. Deskripsi Data……….... 1. Deskripsi Responden Penelitian………... a. Tingkat Pendidikan Guru………... b. Pengalaman Membimbing………... 2. Persentase Persepsi Guru Pamong terhadap
kompetensi pedagogik………... 3. Persentase Persepsi Guru Pamong terhadap
kompetensi pribadi………... 4. Persentase Guru Pamong terhadap
kompetensi sosial……… 57 58 58 58 59 60 64 67 xii
(15)
5. Persentase Guru Pamong terhadap
kompetensi professional………... B. Analisis Data……….. 1. Pengujian Prasyarat Analisis……… a. Uji Normalitas………... b. Uji Homogenitas………... 2. Pengujian Hipotesis………..
a. Hipotesis Pertama (perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi pedagogik ditinjau dari pengalaman membimbing)………. b. Hipotesis Kedua (perbedaan persepsi guru
terhadap kompetensi pedagogik ditinjau
dari tingkat pendidikan) ………
c. Hipotesis Ketiga (perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi pribadi ditinjau dari pengalaman membimbing) ……… d. Hipotesis Keempat (perbedaan persepsi
guru pamong terhadap kompetensi pribadi ditinjau dari tingkat pendidikan) ……… e. Hipotesis kelima (perbedaaan persepsi
guru pamong terhadap kompetensi sosial
ditinjau dari pengalaman membimbing)………. 71 75 75 75 76 78 78 79 80 81 83 84 f. Hipotesis Keenam (perbedaan persepsi
guru pamong PPL terhadap kompetensi sosial pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan)………
(16)
g. Hipotesis Ketujuh (perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi profesional pada mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman membimbing)… h. Hipotesis Kedelapan (Perbedaan
perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi profesional pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan………..
C. Pembahasan………
1. persepsi guru pamong terhadap kompetensi pedagogik ditinjau dari pengalaman membimbing……… 2. persepsi guru terhadap kompetensi pedagogik
ditinjau dari tingkat pendidikan) ………. 3. persepsi guru pamong terhadap kompetensi
pribadi ditinjau dari pengalaman membimbing)……….. 4. persepsi guru pamong terhadap kompetensi
pribadi ditinjau dari tingkat pendidikan ……….. 86 88 88 91 94 97 99
5. persepsi guru pamong terhadap kompetensi
sosial ditinjau pengalaman membimbing……….
6. persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi sosial pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan………... 7. persepsi guru pamong PPL terhadap
kompetensi profesional pada mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman membimbing……….
101
104
106
8. persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi profesional pada mahasiswa
(17)
membimbing……….
BAB V PENUTUP………
A. Kesimpulan ………
B. Saran-saran……….
C. Keterbatasan………...
110 111 111 112 DAFTAR PUSTAKA………...
LAMPIRAN………...
113 115
(18)
xvi
Tabel 4.0 Sebaran Responden Penelitian……….. Tabel 4.1 Deskripsi Responden Menurut Tingkat Pendidikan……….. Tabel 4.2 Deskripsi Responden Menurut Pengalaman Membimbing... Tabel 4.3 Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi
pedagogoik mahasiswa PPL……….. Tabel 4.4 Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi
pedagogik mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan……….……….………... Tabel 4.5 Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi
pedagogik mahasiswa PPL ditinjau pengalaman membimbing……….……… Tabel 4.6 Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi
pribadi mahasiswa PPL………. Tabel 4.7 Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi
pribadi mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan….. Tabel 4.8 Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi
pribadi mahasiswa PPL ditinjau dari pengalaman membimbing………. Tabel 4.9 Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi
sosial mahasiswa PPL………... Tabel 4.10 Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi
sosial mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan…… Tabel 4.11 Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi
sosial mahasiswa PPL ditinjau dari pengalaman membimbing……….. Tabel 4.12 Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi
profesional mahasiswa PPL……….. Tabel 4.13 Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi
profesional mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan………. Tabel 4.14 Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi
profesional mahasiswa PPL ditinjau dari pengalaman membimbing……….. Tabel 4.15 Hasil Pengujian Normalitas………... Tabel 4.16 Hasil Pengujian Homogenitas Tingkat Pendidikan………... Tabel 4.17 Hasil Pengujian Homogenitas Pengalaman Membimbing………. Tabel 4.18 Hasil Pengujian Perbedaan Persepsi Guru Pamong
Terhadap Kompetensi Pedagogik ditinjau dari Pengalaman Membimbing………. 58 58 59 61 61 62 65 65 66 69 69 70 72 73 74 76 77 77 79
(19)
Tabel 4.19 Hasil Pengujian Perbedaan Persepsi Guru Pamong Terhadap Kompetensi Pedagogik ditinjau dari Tingkat Pendidikan……… Tabel 4.20 Hasil Pengujian Perbedaan Persepsi Guru Pamong
Terhadap Kompetensi Pribadi ditinjau dari Pengalaman Membimbing……….
80
Tabel 4.21 Hasil Pengujian Perbedaan Persepsi Guru Pamong Terhadap Kompetensi Pribadi ditinjau dari Tingkat Pendidikan……….
81
Tabel 4.22 Hasil Pengujian Perbedaan Persepsi Guru Pamong Terhadap Kompetensi Sosial ditinjau dari Pengalaman Membimbing……….
82
Tabel 4.23 Hasil Pengujian Perbedaan Persepsi Guru Pamong Terhadap Kompetensi Sosial ditinjau dari Tingkat Pendidikan……….
83
Tabel 4.24 Hasil Pengujian Perbedaan Persepsi Guru Pamong Terhadap Kompetensi Profesional ditinjau Pengalaman Membimbing……….
84
Tabel 4.25 Hasil Pengujian Perbedaan Persepsi Guru Pamong Terhadap Kompetensi Profesional ditinjau dari Tingkat Pendidikan……….
85
86 Tabel 4.26 Kesimpulan Hasil Uji Hipótesis menggunakan Anova…….
87 Tabel 4.27 Kesimpulan Hasil Uji Hipótesis menggunakan T-test……..
88
(20)
DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1: Kuesioner
LAMPIRAN 2: Pengujian Instrumen Penelitian LAMPIRAN 3: Data Mentah Peneltian
LAMPIRAN 4: Pengujian Prasayarat Analis LAMPIRAN 5: Tabel F,Tabel T, Tabel R LAMPIRAN 6: Hasil Pengujian hipotesis
LAMPIRAN 7: Surat Izin Penelitian dan Surat Keterangan Penelitian
(21)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pengembangan sumber daya manusia merupakan penentu keberhasilan pembangunan nasional. Oleh sebab itu, pengembangan sumber daya manusia harus mendapat perhatian secara sungguh-sungguh dengan perencanaan yang berorientasi pada masa depan. Salah satu hal yang dilakukan dalam pengembangan sumber daya manusia melalui peningkatan kualitas pendidikan.
Ada banyak faktor yang berkaitan dengan penentuan kualitas pendidikan yaitu siswa, sarana dan prasarana, kurikulum dan profesionalitas guru. Pada penelitian ini faktor yang menjadi pusat perhatian adalah profesionalitas guru. Guru ialah pendidik yang dalam kesehariannya berinterakasi dan beraktivitas memotivasi, membimbing dan mengarahkan kemajuan siswa sebagai peserta didiknya. Tidak heran kalau kualitas pendidikan di tanah air kita rendah disebabkan oleh rendahnya kualitas atau sering dikenal dengan kompetensi guru. Guru kurang menguasai 4 kompetensi dasar yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional seperti yang tercantum dalam UU 14 tahun 2005.
Cukup banyak bukti yang dapat mendukung kesimpulan bahwa mutu pendidikan tanah air sampai saat ini rendah. Bukti tersebut antara lain rata-rata hasil ujian akhir nasional, ujian akhir sekolah untuk semua mata pelajaran berkisar
(22)
pada rentangan 5 sampai 7 saja (kompas, 10 Januari 2005). Hasil ujian akhir menyebabkan pertanyaan besar tentang kualitas guru saat ini.
Ketidakmampuan guru dalam menguasai kompetensi dasar khususnya tentang kualifikasi guru. Kualifikasi yang diminta oleh SLTP/SLTA tidak cocok dengan kualifikasi yang telah tersedia. Jika dilihat dari kebutuhan bidang studi distribusi penugasan yang tidak merata sehingga mutu akademik guru yang rendah dan aktifitas ilmiah yang jauh dari membanggakan serta kelayakan mengajar yang tidak memadai yang mengakibatkan pada rendahnya profesional guru.
Menurut sumber kompas, 2 Desember 2004 Input guru di Indonesia sangat memprihatinkan kualitasnya. Data Balitbang Depdiknas (1999) menunjukkan dari puluhan ribu tes calon guru PNS menunjukkan rata-rata skor tes seleksinya sangat rendah dan mutu akademik guru juga memprihatinkan. Data Balitbang Depdiknas (2001) menunjukkan rendahnya mutu akdemik guru SD, SMP, SMA dan SMK di Indonesia.
Penerapan pada kompetensi yang lain di sekolah guru tidak hanya sebagai pengajar, tetapi juga pendidik yang harus menerapkan nilai-nilai kependidikan. Di sekolah dan masyarakat seorang guru merupakan tokoh yang pantas diteladani, namun pada kenyataannya masih banyak guru berperan ganda dalam profesinya masih ada guru menjadi makelar, tukang ojek dan lain-lain. Hal ini mempengaruhi kinerja guru. Dan akhirnya akan mempengaruhi kualitas anak didik
Tingkat kemampuan guru sejak semula disiapkan pada suatu lembaga pendidikan guru secara bertahap melalui lembaga yang dinamakan LPTK
(23)
(Lembaga Pendidikan Tenaga kependidikan). Dalam proses pembelajaran di LPTK, para calon guru di didik agar bisa menguasai 4 kompetensi dasar sebagai syarat menjadi guru yang profesional.
Salah satu usaha yang ditempuh oleh LPTK mempersiapkan calon guru yang profesional dengan mata kuliah ajar PPL (Program Pengalaman Lapangan) sebagai pembekalan seperangkat kompetensi yang diperlukan calon guru.
Program pengalaman lapangan merupakan salah satu kegiatan intrakurikuler yang dilaksanakan oleh mahasiswa yang mencakup baik latihan mengajar maupun tugas-tugas kependidikan di luar mengajar secara terbimbing dan terpadu untuk memenuhi persyaratan pembentukkan profesi kependidikan (Hamalik,2002:171).
Pelaksanaan PPL, sebagai seorang calon guru tidak hanya dituntut untuk menguasai teori melalui mata kuliah prasyarat saja, tapi calon guru juga dituntut untuk menguasai keterampilan di dalam dirinya sendiri. Oleh sebab itu, sebelum melaksanakan PPL, perlu diadakan latihan yang bertahap untuk melatih calon guru menjadi guru. Pada awalnya mahasiswa praktikan dipersiapkan melalui PPL I yang meliputi pembelajaran beberapa keterampilan di hadapan teman sendiri dan PPL II mahasiswa belajar di sekolah-sekolah. Pelaksanaan PPL II merupakan mata kuliah wajib. Harapannya adalah untuk menghasilkan calon guru yang profesional di masa mendatang dapat terwujud.
Mahasiswa praktikan melaksanakan kegiatan program pengalaman lapangan di sekolah kurang lebih selama tiga bulan. Kegiatan PPL II ini dipusatkan pada praktek/latihan lapangan, mulai dari observasi sampai dengan latihan mengajar mandiri. Dalam pelaksanaan PPL II mahasiswa mendapat bimbingan dari guru pamong di sekolah dan dosen pembimbing. Dosen
(24)
pembimbing tidak selalu dapat membimbing mahasiswa selama praktek di sekolah dalam kesehariannya sedang guru pamong yang selalu memperhatikan perkembangan mahasiswa praktikan. PPL II ini sebagai sarana bagi mahasiswa yang manfaatnya untuk mengetahui seberapa kemampuan mereka dalam menerapkan teori maupun praktek PPL I yang telah dilaksanakan.
Dalam penelitian ini, peneliti hanya menyoroti dari sisi guru pamong saja. Alasannya adalah guru pamong sebagai tenaga pendidik dalam sekolah yang paling banyak berhubungan langsung dengan mahasiswa praktikan selama melakukan latihan terbimbing dan latihan mandiri. Guru pamong yang diberi kewenangan untuk menilai, mengkritik, memberikan saran kemampuan mengajar mahasiswa praktikan. Dalam perkembangannya kemampuan mengajar mahasiswa praktikan dalam kesehariannya dipantau, ditentukan dari guru pamong tersebut dengan demikian penilaian yang dilakukan oleh guru pamong berguna untuk mengetahui tingkat kemampuan mengajar mahasiswa praktikan.
Mahasiswa praktikan yang sudah diperkenankan untuk melakukan praktek di sekolah dianggap sudah mampu dan berkompeten untuk mendidik, mengajarkan, melakukan tugas-tugas di sekolah selayaknya guru. Menurut guru pamong, para mahasiswa yang memiliki kesiapan terutama dalam segi ketrampilan dan sikap mental, akan dapat tampil secara mantap dan menyakinkan. Begitu pula sebaliknya pada mahasiswa yang tidak memiliki kesiapan baik dari segi keterampilan dan mental akan terlihat pada kondisi kelas saat itu. Kondisi yang bervariasi menimbulkan persepsi dan penilaian guru pamong yang berbeda-beda dalam melihat kemampuan mengajar mahasiswa praktikan. Dengan melihat
(25)
gambaran di atas untuk mengetahui kompetensi mengajar mahasiswa praktikan perlu diadakan penilaian berdasar “PERSEPSI GURU PAMONG TERHADAP KOMPETENSI MAHASISWA PPL”. Hasil dari penelitian dapat dijadikan bahan evaluasi guna meningkatkan kualitas mengajar mahasiswa praktikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas maka dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan persepsi guru pamong PPL II terhadap kompetensi pedagogik pada mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman membimbing?
2. Apakah ada perbedaan persepsi guru pamong PPL II terhadap kompetensi pedagogik pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan? 3. Apakah ada perbedaan persepsi guru pamong PPL II terhadap kompetensi
pribadi pada mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman membimbing? 4. Apakah ada perbedaan persepsi guru pamong PPL II terhadap kompetensi
pribadi pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan?
5. Apakah ada perbedaan persepsi guru pamong PPL II terhadap kompetensi sosial pada mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman membimbing ? 6. Apakah ada perbedaan persepsi guru pamong PPL II terhadap kompetensi
(26)
7. Apakah ada perbedaan persepsi guru pamong PPL II terhadap kompetensi profesional pada mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman membimbing?
8. Apakah ada perbedaan persepsi guru pamong PPL II terhadap kompetensi profesional pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan ?
C.Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui perbedaan persepsi guru pamong PPL II terhadap kompetensi pedagogik pada mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman membimbing.
2. Untuk mengetahui perbedaan persepsi guru pamong PPL II terhadap kompetensi pedagogik pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan.
3. Untuk mengetahui perbedaan persepsi guru pamong PPL II terhadap kompetensi pribadi pada mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman membimbing.
4. Untuk mengetahui perbedaan persepsi guru pamong PPL II terhadap kompetensi pribadi pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan.
5. Untuk mengetahui perbedaan persepsi guru pamong PPL II terhadap kompetensi sosial pada mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman membimbing.
(27)
6. Untuk mengetahui perbedaan persepsi guru pamong PPL II terhadap kompetensi sosial pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan.
7. Untuk mengetahui perbedaan persepsi guru pamong PPL II terhadap kompetensi profesional pada mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman membimbing.
8. Untuk mengetahui perbedaan persepsi guru pamong PPL II terhadap kompetensi profesional pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Mahasiswa PPL
Hasil penelitian memberi gambaran tingkat keberhasilan dalam pencapaian kompetensi dasar keguruan dan digunakan sebagai pembelajaran ke arah yang lebih baik di masa yang akan datang.
2. Bagi Guru
Untuk dapat lebih banyak memberikan pendampingan, pembelajarannya dan kritik bagi mahasiswa PPL II agar pelaksanaan sesuai yang diharapkannya.
3. Bagi LPTK
Dapat digunakan sebagai peningkatan kualitas pelaksanaan PPL secara efektif dan efisien.
(28)
4. Bagi penulis
Dapat digunakan sebagai informasi seberapa besar kompetensi yang dapat dicapai oleh mahasiswa PPL.
(29)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Persepsi
Persepsi merupakan bentuk pengalaman yang belum disadari benar, sehingga individu yang bersangkutan belum mampu membedakan diri sendiri dengan objek yang dihayati Mahfudh (1991:73). Sementara menurut Winkel (1998:10) persepsi adalah pengamatan secara global, belum disertai kesadaran, sedang obyek belum berbeda satu dengan yang lain atau kemampuan untuk membedakan antara obyek yang satu dengan yang lain, bedasarkan ciri-ciri fisik obyek-obyek itu (misal ukuran, warna, bentuk). Pendapat lain diungkapkan oleh Walgito (1994:53) persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya.
Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan Rahmat (1985:64). Sementara Davidoff (1988:232) mengartikan persepsi adalah sebagai proses yang mengorganisir dan menggabungkan alat-alat indera kita (penginderaan) untuk ditimbangkan sedemikian rupa sehingga kita menyadari, mengerti tentang apa yang diindera itu. Persepsi itu adalah pengamatan secara global, belum disertai kesadaran, sedang subyek dan obyeknya belum terbedakan satu dari lainnya (baru ada proses”memiliki” tanggapan). Persepsi diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antara gejala, maupun peristiwa) sampai rangsang itu disadari dan dimengerti Irwanto (1988:55). Sedangkan menurut
(30)
Sarwono (1992:44) persepsi berasal dari pengalaman itu sendiri yang diawali oleh penginderaan yaitu ditangkapnya rangsang-rangsang dari lingkungan oleh alat-alat indera manusia. Selanjutnya, hasil penginderaan yang berupa impuls-impuls disalurkan melalui syaraf-syaraf penginderaan ke sistem syaraf pusat di otak.
Menurut Walgito (1994:54) bahwa terjadinya proses persepsi adalah jika seseorang melihat objek akan menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Proses ini dinamakan proses kealaman (fisik) stimulus yang diterima oleh alat indera dilanjutkan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini dinamakan proses fisiologis. Kemudian terjadilah suatu proses di otak, sehingga individu dapat menyadari apa yang ia terima dengan reseptor itu, sebagai suatu akibat dari stimulus yang diterimanya. Proses yang terjadi dalam otak atau pusat kesadaran itulah yang dinamakan proses psikologis. Dengan demikian, taraf terakhir dari proses persepsi ialah individu menyadari tentang apa yang diterima melalui alat indera atau reseptor.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa persepsi merupakan proses pengamatan seseorang terhadap segala sesuatu yang diterimanya dengan menggunakan alat indera yang dimilikinya kemudian memberikan gambaran mengenai obyek yang diamati dengan cara pandang bersifat subyektif tergantung pada pengetahuan yang ada pada diri masing-masing sehingga hasil yang ditafsirkan seseorang berbeda satu dengan yang lain.
(31)
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persepsi menurut Irwanto (1988:76) adalah :
1. Perhatian yang selektif
Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali rangsang dari lingkungannya. Dengan keadaaan tersebut manusia tidak harus menanggapi semua rangsang yang diterimanya. Untuk itu, individunya memusatkan perhatiannya pada rangsang-rangsang tertentu saja. Ada banyak hal dalam diri praktikan yang dapat diterima oleh guru pamong, tetapi tidak semuanya diterima oleh guru pamong dan dari perhatian inilah kemudian guru pamong membuat penilaian terhadap praktikan.
2. Ciri-ciri rangsang
Rangsang yang bergerak di antara rangsang yang diam akan lebih menarik perhatian. Demikian juga rangsang yang paling besar di antara yang kecil yang kontras dengan latar belakangnya dan yang intensitas rangsangnya paling kuat. Seperti halnya dalam kedisiplinan praktikan harus datang tepat waktu sepuluh menit sebelum kegiatan belajar-mengajar. Semua praktikan yang mengikuti PPL II di sekolah menaati peraturan, kecuali ada salah satu praktikan yang hadir tidak tepat waktu dengan berbagai alasan. Misalnya letak rumahnya yang jauh, kesibukannya di kampus, macet di jalan dan lain-lain. Praktikan tampak tidak disiplin terhadap waktu dan akan mempengaruhi persepsi guru pamong baik ataupun buruk pada kompetensi sosial
(32)
3. Nilai-nilai dan kebutuhan Individu
Seorang seniman tentu punya pola dan cita rasa yang berbeda dalam pengamatannya dibandingkan seorang yang bukan seniman. Sama halnya penilaian pada guru pamong dengan guru lainya berbeda-beda pada kemampuan praktikan dalam menjalankan tugasnya sekolah.
4. Pengalaman Terdahulu
Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsi dunianya. Pengalaman yang diterima guru pamong selama berinteraksi dengan praktikan akan mempengaruhi persepsi guru pamong terhadap praktikan. Berdasarkan pengalaman, guru pamong mengharapkan kemampuan mengajar praktikan lebih baik daripada tahun lalu, atau bahkan mempertahankan jika praktikan tahun lalu mendapat kesan baik dan penilaian kemampuan mengajar yang baik pula. Harapannya adalah praktikan sebagai pendidik atau mengajar dapat memiliki profesionalisme keguruan.
5. Belajar atau Pengetahuan
Persepsi terhadap rangsang berbeda antara satu individu dengan individu lain. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor belajar atau pengetahuan individu terhadap suatu rangsang tersebut. Pemahaman guru pamong diukur dari tingkat pendidikan terakhirnya maka pandangan pada praktikan berbeda-beda menurut pengetahuan yang mereka peroleh. Misal praktikan dalam pengelolaan belajar mengajar menggunakan metode
(33)
diskusi kelompok. Pada saat itu juga kondisi kelas ramai sehingga menganggu kelas lain, karena tidak tahu atau tidak mengetahui dengan tepat maksud praktikan bahwa ia sedang melakukan diskusi, maka guru akan menilai kurang baik bahkan buruk terhadap praktikan dalam mengelola interaksi belajar mengajar.
B. Guru Pamong
Guru pamong merupakan tenaga supervisor yang paling banyak berhubungan langsung dengan mahasiswa calon guru (Suparno, Suyadi& Wardani,1990:38). Tugas-tugas bimbingan yang harus diberikan oleh guru pamong antara lain meliputi:
1. memberikan tugas mengajar pada waktu latihan terbimbing dan mandiri 2. membantu mahasiswa calon guru dalam mengembangkan satuan pelajaran 3. menerapkan supervisi klinis dalam pemberian bimbingan kepada
mahasiswa calon guru selama latihan mengajar
4. membimbing mahasiswa calon guru dalam mengerjakan tugas memberikan bimbingan belajar para murid, administrasi kelas, serta tugas ko dan ekstrakurikuler serta bersama-sama dengan kepala sekolah dan dosen pembimbing menetapkan mahasiswa yang sudah memenuhi syarat untuk mengikuti ujian PPL.
Buku III tentang Pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan menyebutkan bahwa guru pamong bertugas dalam membimbing mahasiswa dalam pelaksanaan pengalaman lapangan yaitu membantu merencanakan kegiatan
(34)
belajar-mengajar yang berhubungan dengan urutan bahan pelajaran, waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan bahan pelajaran, evaluasi meliputi lama waktu ulangan, bentuk soal ulangan, dan cara penilaian. Kesimpulannya adalah guru pamong diberi kepercayaan dan tugas untuk membimbing mahasiswa praktikan PPL dalam menerapkan kemampuan mengajar, kegiatan administrasi di sekolah, dan diberikan kewenangan dalam menilai kompetensi yang dicapai praktikan.
C. Kompetensi guru
Kompetensi berarti kemampuan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal. Kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. The state of legally competent or qualified (Mc. Leod 1989). Menurut Samana (1994:44) kompetensi adalah seseorang yang menguasai kecakapan kerja atau keahlian selaras dengan tuntutan bidang kerja yang bersangkutan dan dengan demikian ia mempunyai wewenang dalam pelayanan sosial di masyarakat. Kompetensi keguruan menunjuk kuantitas serta kualitas layanan pendidikan yang dilaksanakan oleh guru yang bersangkutan secara terstandar.
Adapun menurut Usman (1995:14) kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak. Menurut Usman (1990:1) kompetensi merupakan suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun kuantitatif. Usman, Charles E. Johnson, (1974) mengungkapkan kompetensi merupakan gambaran hakikat
(35)
kualitatif dari perilaku yang tampak sangat berarti. Barlow, Syah (1985: 229) kompetensi merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak. Kompetensi diartikan sebagai keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai seseorang yang telah menjadi bagian dirinya sehingga dapat melakukan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor dengan sebaik-baiknya Mc. A.Shan (1981). Adapun menurut Finc dan Crunfilon (1979) kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas keterampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan.
Dalam bukunya Djohar (2006:17) yang ditulis oleh Ellis (1984) kutipan dari Pearson tahun 1980 pada dasarnya kompetensi guru garis besarnya terdiri tiga hal yakni: kriteria yang harus dimiliki oleh seorang guru, sehingga ia dapat mengajar dengan memuaskan; ketrampilan yang diperlukan oleh seorang guru; syarat seseorang guru yang telah memiliki ketrampilan itu. Sedangkan menurut Piet (1994:56) ada 3 definisi yang dikemukakan mengenai kompetensi guru: Pertama kompetensi guru adalah kemampuan guru untuk mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan yang telah dirancangkan. Kedua, kompetensi guru adalah ciri hakiki dari kepribadian guru yang menuntunnya ke arah pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditentukkan. Ketiga, kompetensi adalah perilaku yang dipersyaratkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Kompetensi guru teletak pada kemampuan dasar tugas dan tanggung jawabnya. Tugas dan tanggung jawab tersebut erat kaitannya dengan kemampuan yang disyaratkan untuk memangku profesi tersebut. Cooper
(36)
(1984) mengemukakan empat kompetensi guru, yakni mempunyai pengetahuan dan tingkah laku manusia; mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya; mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri,sekolah, teman sejawat dan bidang studi yang dibinanya; mempunyai keterampilan teknik mengajar. Pendapat yang hampir serupa dikemukakan oleh Glasser. Menurut Glasser (1970) ada empat hal yang harus dikuasai guru, yakni (a). menguasai bahan pelajaran, (b). kemampuan mendiagnose tingkah laku siswa, (c). kemampuan melaksanakan proses pengajaran, dan (d) kemampuan mengukur hasil belajar siswa
Dalam undang-undang RI no 14 tahun 2005 pasal 8 menyebutkan guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Pasal 10 menyebutkan kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Peraturan pemerintah RI no.19 tahun 2005 tentang standar nasional telah diatur standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan tinggi pendidikan pasal 28 juga menyebutkan bahwa kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, kompetensi sosial.
(37)
Berdasarkan uraian tentang kompetensi di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi adalah kemampuan yang diperoleh melalui suatu proses pembelajaran dan mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya terhadap kemampuan yang dimilikinya sebagai seorang guru. Sehingga dapat dijabarkan pengertian dari 4 kompetensi dasar keguruan yaitu:
1. Kompetensi pedagogik
Dalam UU RI no.14 kompetensi pedagogik adalah mengelola pembelajaran peserta didik. Kaltim post online dalam artikel berjudul:”Perlu Pahami Perkembangan Siswa Menuju Standar Kompetensi Guru”. Rabu 1 februari 2006 menyebutkan bahwa kompetensi pedagogik terdiri dari sub komponen pengelolaan pembelajaran berupa penyusunan rencana pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian prestasi belajar anak didiknya.
2. Kompetensi kepribadian/personal
Dalam UU RI no.14 kompetensi adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berahklak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Menurut Buku Pola Pembaharuan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan Di Indonesia kompetensi kepribadian sikap pribadi yang dijiwai oleh filsafat pancasila, yang mengagungkan budaya bangsanya, yang rela berkorban bagi kelestarian bangsa dan negaranya.
Samana (1994: 53) kompetensi kepribadian disatukan dengan kompetensi sosial yaitu menunjuk perlunya struktur kepribadian dewasa yang mantap, susila, dinamik (reflektif serta berupaya untuk maju, dan bertanggung jawab).
(38)
Usman (1995: 16) menyatakan kompetensi pribadi meliputi mengembangkan kepribadian, berinteraksi dan berkomunikasi, melaksanakan bimbingan dan penyuluhan dan melaksanakan administrasi sekolah. Komponen kompetensi personal yakni guru menghayati serta mengamalkan nilai hidup (termasuk nilai moral dan keimanan), guru bertindak jujur dan bertanggung jawab, guru mampu berperan sebagai pemimpin, baik di dalam lingkup sekolah maupun di luar sekolah, guru hendaknya memegang prinsip serta nilai hidup yang diyakininya, guru adalah pribadi yang mental sehat dan stabil, guru tampil secara pantas dan rapi, guru mampu berbuat kreatif.
Maka kompetensi kepribadian yaitu kemampuan diri dalam guru yang mencakup jiwa pendidik, terbuka, mampu mengembangkan diri dan memiliki integritas kepribadian.
3.Kompetensi sosial
Dalam UU RI no.14 kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Menurut Buku Pola Pembahruan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan Di Indonesia kompetensi sosial atau kompetensi kemasyrakatan sebagai bentuk partisipasi sosial seseorang guru dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat di mana ia berada, baik secara formal maupun informal.
(39)
Buku III pedoman pelaksanaan PPL kompetensi sosial terdiri beberapa komponen yaitu pergaulan di sekolah baik dengan guru pamong, guru lain maupun petugas lain dan kerjasama dengan rekan mahasiswa, guru pamong/ atau pembimbing. Komponen kompetensi sosial dalam Samana (1994:55) guru bersikap bersahabat dan trampil berkomunikasi dengan siapapun demi tujuan yang baik,guru mampu berperan serta aktif dalam pelestarian dan pengembangan budaya masyarakatnya, guru bersedia ikut berperan serta dalam berbagai kegiatan sosial, baik dalam lingkup kesejawatannya maupun dalam kehidupan masyarakat pada umumnya; dalam keseluruhan relasi sosial dan pofesionalnya, guru hendaknya mampu bertindak tepat waktu dalam janji dan penyelesaian tugas-tugasnya, guru hendaknya menggunakan waktu luangnya di luar tuntutan tugas keguruannya secara bijaksana dan produktif.
Peneliti menyimpulkan bahwa kompetensi sosial adalah guru mampu bekerjasama, melaksanakan tugas, berpartisipasi dalam kelembagaan dan kemasyarakatan.
4.Kompetensi profesional
Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaaan materi pelajaran luas dan mendalam (UU RI no 14 tahun 2005). Kompetensi profesional berkaitan dengan 10 kompetensi guru yang telah ditetapkan. Sepuluh kompetensi guru merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang dalam menjalankan tugasnya dalam pengelolaan interaksi belajar-mengajar. Menurut Sardiman(1986) yaitu:
(40)
a. Menguasai bahan (materi) sebelum guru itu tampil di depan kelas mengelola interaksi belajar-mengajar, terlebih dahulu harus sudah menguasai bahan apa yang dikontakkan dan sekaligus bahan-bahan apa yang dapat mendukung jalannya proses belajar mengajar. Dalam hal ini yang dimaksud ”menguasai bahan” bagi seorang guru mengandung dua prinsip yaitu menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah dan menguasai bahan pengayaan/penunjang bidang studi
b. Mengelola program belajar-mengajar. Guru yang kompeten, harus juga mampu mengelola program belajar-mengajar sesuai dengan satuan pembelajaran yang direncanakan. Ada beberapa langkah yang harus ditempuh oleh guru dalam pengelolaan belajar-mengajar. Langkah-langkah itu sebagai berikut:
1) Merumuskan tujuan instruksional
2) Mengenal dan dapat menggunakan proses instruksional yang tepat
3) Melaksanakan program belajar-mangajar 4) Mengenal kemampuan anak didik
(41)
c. Mengelola kelas untuk mengajar suatu kelas. Guru dituntut untuk mampu mengelola kelas dengan menyediakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya proses belajar-mengajar. Jika keadaan kelas belum kondusif, guru harus berusaha seoptimal mungkin untuk memperbaikinya. Oleh karena itu, kegiatan mengelola kelas akan menyangkut mengatur tata ruang kelas yang memadai untuk pengajaran dan menciptakan iklim belajar-mengajar yang serasi dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Guru harus mampu menciptakan iklim kelas yang dinamis dan sesuai sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. d. Menggunakan media/sumber, agar proses belajar mengajar dapat
tercapai secara maksimal, guru harus mampu memilih dan mengoperasikan media yang dipergunakan. Ada beberapa langkah dalam menggunakan media, yaitu:
1) mengenal, memilih dan menggunakan sesuatu media. 2) membuat alat-alat bantu pelajaran yang sederhana
maksudnya agar mudah di dapat dan tidak menimbulkan berbagai penafsiran yang berbeda.
3) menggunakan dan mengelola laboratorium dalam ruang proses belajar-mengajar.
4) menggunakan buku pegangan/buku sumber .
5) menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar.
(42)
6) menggunakan unit microteaching
e. Menguasai landasan-landasan kependidikan. Pendidikan adalah serangkaian usaha untuk pengembangan bangsa. Pengembangan bangsa itu akan dapat diwujudkan secara nyata dengan usaha menciptakan ketahanan nasional dalam rangka mencapai cita-cita bangsa. Mengingat hal itu maka sistem pendidikan akan diarahkan kepada perwujudan keselarasan, keseimbangan dan keserasian antara pengembangan kuantitas dan pengembangan kualitas serta antara aspek lahiriah dan aspek rohaniah. Itulah sebabnya pendidikan nasional kita dirumuskan sebagai usaha sadar untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya.
f. Mengelola interaksi belajar-mengajar dalam proses belajar mengajar kegiatan interaksi antara guru dan siswa merupakan kegiatan yang cukup dominan kemudian di dalam kegiatan interaksi antar guru dan siswa dalam rangka transfer of values akan senantiasa menuntut komponen yang satu dengan yang lain. Serasi dalam hal ini berarti komponen-komponen yang ada pada kegiatan proses belajar-mengajar itu akan saling menyesuaiakan dalam rangka mendukung pencapaian tujuan belajar bagi anak didik. Jelasnya proses interaksi antara guru dan siswa tidak semata-mata hanya tergantung cara atau metode yang dipakai, tetapi komponen-komponen yang lain juga akan mempengaruhi keberhasilan interaksi belajar-mengajar tersebut
(43)
g. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran memperlancar pengelolaaan interaksi belajar-mengajar. Selain diperlukan kegiatan pengelolaan interaksi belajar-mengajar, masih juga diperlukan kegiatan sarana-sarana pendukung yang lain, termasuk antara lain sarana-sarana pendukung yang lain, antara lain mengetahui prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. h. Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan, di
sekolah guru berperan pula sebagai pembimbing sehingga guru harus mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan serta penyelenggaraanya di sekolah sehingga interaksi belajar-mengajar di sekolah dapat tercapai secara optimal.
i. Mengenal dan menyelenggarakan administrator.
j. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian, guna keperluan pengajaran. Peran guru sebagai pendidik, pengajar dan pembimbing, dalam pengabdinnya kepada masyarakat guru harus mampu berperan sebagai peneliti artinya guru harus memahami hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan penelitian, seperti membuat proposal, melakukan observasi (pengamatan), mencatat hasil pengamatan, mengolah dan menganalisis data serta menulis laporan hasil penelitian.
(44)
Sepuluh kompetensi guru di atas merupakan hasil pengembangan yang didasarkan atas analisis tugas-tugas yang harus dikuasai oleh seorang guru profesional yang tercermin sebagai performance dalam menjalankan tugas sehari-hari Dalam perkembangannya pengertian kompetensi pedagogik dan kompetensi professional hampir sama. Komponen yang ada dalam kompetensi pedagogik tercakup dalam kompetensi profesional, maka dapat disimpulkan bahwa komponen kompetensi profesional menguasai bahan (materi), mengelola kelas, menggunakan media/sumber, menguasai landasan-landasan kependidikan, mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan, mengenal dan menyelenggarakan administrator, memahami prinsip-prinsip dan menafirkan hasil penelitian guna keperluan pengajaran
D. PPL (Program Pengalaman Lapangan)
Program Pengalaman Lapangan (PPL) adalah suatu program dalam pendidikan prajabatan guru yang dirancang untuk melatih para calon guru menguasai kemampuan keguruan yang utuh dan terintegrasi, sehingga setelah menyelesaikan pendidikannya mereka siap secara mandiri mengemban tugas sebagai guru (Suparno, Suyadi& Wardani,1990:1).
Sama halnya yang diungkapkan Suparno, dkk(1990:1) maka Hamalik (2002:171) berpendapat bahwa Program pengalaman lapangan merupakan salah satu kegiatan intrakurikuler yang dilaksanakan oleh mahasiswa yang mencakup baik latihan mengajar maupun tugas-tugas kependidikan di luar mengajar secara
(45)
terbimbing dan terpadu untuk memenuhi persyaratan pembentukkan profesi kependidikan.
Menurut Samana (1994:42) PPL merupakan pembentukan kompetensi secara bertahap dan terintegrasi, mulai dengan pengenalan medan (observasi tahap awal), latihan keterampilan terbatas (pengajaran mikro), dan dengan melaksanakan tugas-tugas kependidikan di sekolah latihan secara utuh, aktual dan bersungguh-sungguh (menuntut dedikasi calon guru).
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan PPL adalah program kegiatan pendidikan pra-jabatan guru yang dalam pelaksanaan PPL dilakukan sesudah mahasiswa memperoleh bekal yang memadai dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan tugasnya sebagai guru yang penerapannya dalam sekolah dengan melihat penguasaan kemampuan mengajar pada mahasiswa praktikan tersebut.
E. Mahasiswa PPL
Mahasiswa PPL adalah salah satu komponen penting yang besar pengaruhnya dalam usaha pengembangan IKIP. Buku III tentang Pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan menyebutkan mahasiswa PPL sebagai calon pendidik dibimbing oleh guru pamong, dosen pebimbing dan kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya di sekolah secara terpadu dan terarah.
Menurut Suparno,dkk(1990:5) untuk melaksanakan PPL mahasiswa melakukan latihan secara bertahap untuk menguasai berbagai keterampilan,
(46)
seperti tahap-tahap lathan PPL mulai dari pengenalan lapangan, latihan keterampilan, latihan terbimbing, latihan mandiri.
Kesimpulannya mahasiswa PPL adalah program yang diikuti oleh para calon guru meliputi beberapa tahap untuk mencapai kompetensi yang telah diisyaratkan yaitu 4 kompetensi yang meliputi kompetensi profesional, kompetensi sosial, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian/personal mendapat bimbingan dan penilaian dari guru pamong, dosen pembimbing.
F.Tingkat Pendidikan
Pendidikan menurut Siagian (1996:175) adalah keseluruhan proses teknik dan metode belajar mengajar dalam rangka mengalihkan sesuatu pengetahuan dari seseorang kepada orang lain sesuai standar yang ditetapkan. Sedangkan menurut Heidjrachman et-al (2000:77) pendidikan adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan umum seseorang termasuk didalamnya peningkatan penguasaan teori dan ketrampilan memutuskan terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut kegiatan mencapai tujuan.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara
(47)
Republik Indonesia tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntunan perubahan zaman.
Ada 3 jenis-jenis pendidikan dalam Undang-undang Sistem pendidikan Nasional ini yaitu:
a. Pendidikan formal yaitu jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Misalnya SD,SMP, SMA dan Perguruan Tinggi.
b. Pendidikan nonformal yaitu jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Misalnya berbentuk kursus-kursus.
c. Pendidikan informal yaitu jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Menurut Winkel (1986:160) Pendidikan informal adalah suatu jenis pendidikan yang tidak terencana dan tersusun secara tegas dan tidak sistematis, dilaksanakan di luar sekolah terutama dalam keluarga. Lembaga Pengadaaan Tenaga Kependidikan (LPTK) mempunyai 4 macam program pendidikan guru Piet A. Sahertian (1994:68) terdiri atas:
1. Program gelar yang melalui jenjang sarjana (S1) dengan lama studi 4-7 tahun
2. Program Pasca Sarjana dengan lama studi 6-9 tahun (S2) 3. Program Doktor dengan lama studi 8-11 tahun (S3)
(48)
4. Program Non-Gelar (program diploma) dengan rician sebagai berikut: a. Program Diploma (D1) dengan lama studi 1-2 tahun
b. Program Diploma 2 (D2) dengan lama studi 2-3 tahun c. Program Diploma 3 (D3) dengan lama studi 3-5 tahun
Selain itu juga ada program akta mengajar, yang diberikan kepada mereka yang berasal dari fakultas non keguruan untuk memperoleh kemampuan mengajar pada berbagai tingkatan sekolah. Program akta mengajar ini terdiri atas:
1.Akta I sebanyak 20 SKS selama dua semester.
2.Akta II sebanyak 20 SKS dan dapat ditempuh bagi mereka yang sudah memperoleh 60 SKS dalam bidang non kependidikan.
3.Akta III sebanyak 20 SKS yang dapat ditempuh selama dua semester setelah memiliki 90 SKS untuk bidang studi non kependidikan.
4.Akta IV dengan beban kredit 20 SKS ditempuh selama dua semester setelah memiliki 120 SKS dalam bidang studi non kependidikan.
5.Akta V dengan beban kredit 20 SKS bagi mereka yang telah memiliki 160 SKS bidang studi di luar kependidikan.
G. Pengalaman Membimbing
Pengalaman menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah barang apa yang telah dirasai, diketahui dan dikerjakan yang berasal dari “alam” berarti lebih mengetahui/ tahu benar (Poerwadarminto 1976:28). Menurut Gerungan (1986) proses terjadinya pengalaman didapatkan melalui proses dimanan rangsangan-rangsangan dari luar seperti cahaya untuk mata,bunyi untuk telinga, bau untuk
(49)
hidung dan lain sebagainya diteruskan melalui alat-alat tersebut ke otak lalu menafsirkan menjadi pengalaman.
Pengalaman banyak mempengaruhi keahlian dan ketrampilan kerja guru yang bersangkutan. Pengalaman kerja yang banyak, memberikan kecenderungan bahwa yang bersangkutan memiliki keahlian dan keterampilan kerja yang relatif tinggi. Sebaliknya terbatasnya pengalaman yang dimiliki seseorang, kadang lebih dihargai daripada tingkat pendidikan yang lebih tinggi (Susila Murtoyo,1987:90).
Menurut S.P Siagian (1984:174) seseorang yang mempunyai pengalaman kerja membawa dampak berbagai hal, seperti:
1. Cakrawala pandangan makin luas yang memungkinkan seseorang untuk lebih memahami dan mengantisipasi perubahan yang terjadi.
2. Meningkatkan produktivitas yang pada gilirannya dapat meningkatkan penghasilan seseorang sekaligus menambah kepuasan batin yang makin besar. 3. Meningkatkan promosi yang besar.
Dalam bekerja, seorang guru akan mendapatkan tambahan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang pekerjaan. Pengalaman merupakan modal utama untuk terjun dalam suatu bidang garapan. Pengalaman yang dimiliki dalam hal ini pengalaman membimbing membuat seorang guru akan dapat bekeja lebih efisien. Untuk melaksanakan kegiatan membimbing mahasiswa praktikan perlu dipertimbangkan dan ditentukkan terlebih dahulu kualitas guru tersebut.
Kemampuan yang dimiliki seseorang sangat besar pengaruhnya terhadap penguasaan tugas yang dihadapinya. Pengalaman yang didapat dari hasil belajar serta pengalaman yang diperoleh selama bekerja yang lebih banyak bagi
(50)
seseorang maka orang tersebut akan lebih mampu menguasai pekerjaan. Dalam mendapatkan suatu ketrampilan dibutuhkan pengulangan terhadap apa yang dipelajari atau dikerjakan. Apabila seseorang bekerja maka ia akan menemui hal-hal yang baru dan jika hal-hal yang baru dipahami sebagai suatu pengetahuan sehingga dimilikinya, berarti ia telah mendapatkan pengalaman baru.
Pengalaman sebagai pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan dalam kaitannya dengan kerja yang dapat dimiliki oleh seseorang setelah melaksanakan suatu pekerjaan dalam waktu tertentu secara kontinyu. Oleh karena itu, pengalaman bisa diperoleh apabila seseorang melakukan aktivitas secara berulang-ulang dan kontinyu maka dapat dikatakan bahwa banyak sedikitnya pengalaman kerja merupakan fungsi dari waktu dalam bekerja. Banyak sedikitnya pengalaman kerja juga akan menentukan atau menunjukkan bagaimana kualitas seseorang dalam bekerja, artinya mudah sukarnya atau cepat lambatnya seseorang dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan akan dipengaruhi oleh seberapa banyak orang tersebut telah memiliki pengalaman kerja dalam melaksanakan suatu pekerjaan.Apabila ia harus melakukan suatu pekerjaan yang sejenis tentu dapat diselesaikannya dengan cepat dan baik, sesuai dengan pernyataan Isbani (1992) bahwa pengalaman kerja merupakan salah satu indikator yang dipakai untuk menentukan kualitas tenaga kerja sebagaimana dapat dijumpai di banyak mass media.
Bimbingan adalah tuntunan, bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu-individu dalam mengatasi kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu tersebut mencapai kesejahteraan hidupnya
(51)
(Bimo Walgito 1971: 4). Bimbingan yang dimaksud dalam hal ini diberikan dari guru pamong dengan perencanaan sebaik-baiknya agar benar-benar dapat membantu mahasiswa calon guru tumbuh dan berkembang menjadi guru yang profesional.
Dari pendapat-pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan pengalaman membimbing adalah segala pengetahuan, ketrampilan maupun kemampuan yang diketahui dan didapatkan melalui pengamatan/partisipasi langsung selama membimbing mahasiswa praktikan. Semakin sering seseorang mengulang sesuatu, semakin bertambah kecakapan serta pengetahuannya terhadaphal-hal tersebut dan guru akan lebih menguasainya, sehingga dari pengalaman membimbing yang pernah diperolehnya, seorang dalam hal ini guru dapat mencoba dan mendapatkan hasil yang lebih baik. Semakin banyak pengalaman dalam membimbing, seorang guru akan mempunyai kualitas membimbing yang semakin baik.
H. Kerangka Berpikir
Kompetensi guru terdiri dari 4 kemampuan/kompetensi merupakan kemampuan minimal yang harus dimliki oleh mahasiswa FKIP sebagai calon guru dalam proses pembelajaran disamping kemampuan yang lain. Tanpa mempunyai suatu kemampuan yang diisyaratkan bagi seorang guru, maka guru tidak akan berhasil mencapai tujuan yang diharapkan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
(52)
1) Persepsi guru pamong terhadap kompetensi pedagogik pada mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman guru pamong dalam membimbing.
Cara pandang guru pamong terhadap kompetensi pedagogik pada mahasiswa praktikan dipengaruhi oleh pengalaman membimbing. Antara guru yang satu dengan guru yang lain mempunyai lama membimbing mahasiswa praktikan yang berbeda-beda. Kesimpulannya adalah semakin lama pengalaman yang diperoleh seseorang semakin luas pengetahuannya pada bidang yang ia tekuni. Sama halnya pada guru pamong bahwa semakin lama pengalaman membimbing praktikan semakin tinggi tuntutan guru pamong pada praktikan dalam menerapkan kompetensi pedagogik di sekolah.
Dalam artikelnya “Ingin Hidup Senang” www. Sinar Harapan co.id/ekonomi/mandiri/2004/1102/man 01.html disebutkan bahwa pengetahuan yang luas, keterampilan mereka yang baik, serta pengalaman yang luas merupakan daya tarik untuk mendapatkan pekerjaan yang baik. Dengan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang luas mereka bisa menarik orang lain berteman dengan mereka dan membantu mereka meraih sukses dan kebahagiaan. Orang pandai terlihat bahagia bukan karena keunggulan dalam pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya. Keunggulan yang dimiliki dari pengalaman yang mereka dapatkan bisa berasal dari membaca buku, diskusi, kegiatan, memberikan pelajaran berharga. Dari berbagai pengalaman tersebut akan didapatkan pengetahuan. Dari penjelasan di atas maka ditarik hipotesis sebagai berikut:
(53)
1
Ha = ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi pedagogik pada mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman membimbing
2) Persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi pedagogik pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan terakhir guru pamong berbeda-beda yang akan berpengaruh pada cara pandang dan penilaian pada mahasiswa praktikan. Pada umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai oleh seseorang maka semakin tinggi tingkat pemahaman pada bidang tertentu sesuai keahlian yang ditekuni. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi kualitas guru pamong tersebut dalam membimbing dan menilai kompetensi pedagogik mahasiswa praktikan.
Guru pamong mempunyai tingkat pemahaman berbeda-beda dilihat dari tingkat pendidikan sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi cara pandang guru pamong terhadap kompetensi pedagogik pada mahasiswa praktikan. Hipotesis ini didukung oleh penelitian Christina Ririn (2002) yang berjudul persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari jenis kelamin, prestasi belajar siswa, pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan orang tua. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak ada perbedaaan persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari jenis kelamin, ada perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari prestasi belajar siswa, tidak ada perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari pekerjaan orang tua siswa
(54)
dan ada perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua siswa.
Dari penjelasan di atas maka ditarik hipotesis sebagai berikut:
2
Ha = ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi pedagogik pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan
3) Persepsi guru pamong terhadap kompetensi pribadi pada mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman guru pamong dalam membimbing.
Cara pandang guru pamong terhadap kompetensi pribadi pada mahasiswa praktikan dipengaruhi oleh pengalaman membimbing. Antara guru yang satu dengan guru yang lain mempunyai lama membimbing yang berbeda-beda. Kesimpulannya adalah semakin lama pengalaman yang diperoleh seseorang semakin luas pengetahuannya pada bidang yang ia tekuni. Sama halnya pada guru pamong bahwa semakin lama pengalaman membimbing praktikan semakin tinggi tuntutan guru pamong pada praktikan dalam menerapkan kompetensi pribadi di sekolah.
Dalam kehidupan manusia semakin tua maka akan mempunyai pengalaman banyak. Sebagai seorang guru yang melakukan pekerjaan mengajar di sekolah tentu memiliki pengalaman mengajar yang berbeda. Guru yang lebih dulu yang lebih bisa memiliki tugasnya di sekolah tentu memiliki pengalaman yang banyak daripada guru yang memulai tugasnya. Oleh sebab itu guru yang sudah lama mengajar akan memperoleh pengetahuan yang
(55)
banyak tetntang proses pembelajaran di sekolah daripada guru yang baru memulai tugasnya di sekolah.
Dari penjelasan di atas maka ditarik hipotesis sebagai berikut:
3
Ha = ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi pribadi pada mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman guru pamong dalam membimbing
4) Persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi pribadi pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan terakhir guru pamong berbeda-beda yang akan berpengaruh pada cara pandang dan penilaian pada mahasiswa praktikan. Pada umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai oleh sesorang maka semakin tinggi tingkat pemahaman pada bidang tertentu sesuai keahlian yang ditekuni. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi kualitas guru pamong tersebut dalam membimbing dan menilai kompetensi pribadi mahasiswa praktikan.
Guru pamong mempunyai tingkat pemahaman berbeda-beda dilihat dari tingkat pendidikan sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi cara pandang guru pamong terhadap kompetensi pribadi pada mahasiswa praktikan Pernyataan ini didukung oleh penelitian dari Hj. Mintarsi Danunijhardja pps. Upi.edu/org/abstrakthesis/ abstradpen 98. html. 65k www. Google.com dengan judul penelitian Pembinaan Kemampuan Profesional mahasiswa
(56)
praktiknya yang dilakukan oleh guru pamong di SMU Kotamadya Bandung (Evaluasi Tentang Kinerja Guru Pamong dan kinerja Mahasiswa Praktek).
Implikasi dalam penelitian untuk meningkatkan kualitas kinerja PPL perlu komitmen yang dijadikan sumber penggerak untuk merealisasikan pembinaan kemampuan profesi dan untuk memenuhi tenaga pendidikan yang profesional di masa mendatang PPL perlu pembenahan pada guru pamong sebagai ujung tombak yang ada di barisan terdepan. Hasil penelitian Hj. Mintarsi bahwa guru pamong perlu pembinaan visi agar mampu merealisasikan misi yang diemban oleh guru pamong. Guru pamong yang perlu pembinaan terutama yang berpendidikan S1 diantaranya pembinaan diklat, seminar dan lokakarya. Dari penjelasan di atas maka ditarik hipotesis sebagai berikut:
4
Ha = ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi pribadi
pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan
5) Persepsi guru pamong terhadap kompetensi sosial pada mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman guru pamong dalam membimbing.
Cara pandang guru pamong terhadap kompetensi sosial pada mahasiswa praktikan dipengaruhi oleh pengalaman membimbing. Antara guru yang satu dengan guru yang lain mempunyai lama membimbing yang berbeda-beda. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin lama pengalaman yang diperoleh seseorang semakin luas pengetahuannya pada bidang yang ia tekuni. Sama halnya pada guru pamong bahwa semakin lama pengalaman membimbing
(57)
praktikan semakin tinggi tuntutan guru pamong pada praktikan dalam menerapkan kompetensi sosial di sekolah
Pernyataan ini didukung dalam artikel Pemberdayaan/ Memperdayai? http://sahe.Institute.Blogspot.Com/2005/01/pemberdayaan/memperdayai?Jum at, 28 Januari 2005. Banyak orang bijak mengatakan bahwa semakin banyak orang berjalan maka semakin banyak yang diketahui dan pengalaman kitapun akan bertambah. Begitupun dengan perjuangan rakyat mengutip kalimat tokoh revolusioner Tiongkok Mao “ semakin lama perjuangan kita maka semakin banyaklah hal yang kita pelajari dan tak akan mengulangi kesalahan yang sama dari pendahulu kita”.
Dari penjelasan di atas maka ditarik hipotesis sebagai berikut:
5
Ha = ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi sosial pada mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman membimbing
6) Persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi sosial pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan terakhir guru pamong berbeda-beda yang akan berpengaruh pada cara pandang dan penilaian pada mahasiswa praktikan. Pada umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai oleh sesorang maka semakin tinggi tingkat pemahaman pada bidang tertentu sesuai keahlian yang ditekuni. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi kualitas guru pamong tersebut dalam membimbing dan menilai kompetensi mahasiswa praktikan.
(58)
Guru pamong mempunyai tingkat pemahaman berbeda-beda dilihat dari tingkat pendidikan sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi cara pandang guru pamong terhadap kompetensi sosial pada mahasiswa praktikan. Pernyataan ini didukung oleh penelitan dari Purnomo Setiadi Akbar berjudul “ Alternatif perubahan Pengembangan Guru di Indonesa” bahwa Reformasi dalam dunia pendidikan dimulai dari komponen guru dan semua aspek pribadi guru, organisasi dan instansinya. Prioritas dimulai dari komitmen jajaran pembinaan depdikbud dan stafnya untuk selalu memantau dan membina guru-guru dengan berbagai aspeknya. Guru yang memasuki kemampuan paripurna bagaimanapun bentuk kurikulum yang selalu berubah beserta tuntutannya mereka diharapkan akan mampu melaksanakan tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Kajian Dikbud. No. 014. September 1998 hal 96-105
Dari penjelasan di atas maka ditarik hipotesis sebagai berikut:
6
Ha = ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi sosial pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan
7) Persepsi guru pamong terhadap kompetensi profesional mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman guru pamong dalam membimbing.
Cara pandang guru pamong terhadap kompetensi profesional pada mahasiswa praktikan dipengaruhi oleh pengalaman membimbing. Antara guru yang satu dengan guru yang lain mempunyai lama membimbing yang berbeda-beda. Kesimpulannya adalah bahwa semakin lama pengalaman yang diperoleh seseorang semakin luas pengetahuannya pada bidang yang ia tekuni.
(59)
Sama halnya pada guru pamong bahwa semakin lama pengalaman membimbing praktikan semakin tinggi tuntutan guru pamong pada praktikan dalam menerapkan kompetensi personal di sekolah
Disebutkan dalam www. Psikologi.ui.ac.id bahwa tenaga pengajar, guru besar, dosen harus memiliki tingkat pendidikan yang tinggi serta pengalaman yang luas agar dapat diterapkan untuk mahasiswa dalam mengalirkan ilmu pengetahuan dengan metode mengajar yang paling mutakhir sehingga mahasiswa dapat belajar melihat ide-ide baru dari sudut pandang psikologi, memahami, mendiskusi, dan menuliskannya
Dari penjelasan di atas maka ditarik hipotesis sebagai berikut:
7
Ha = ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi profesional pada mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman membimbing
8) Persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi profesional mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan terakhir guru pamong berbeda-beda yang akan berpengaruh pada cara pandang dan penilaian pada mahasiswa praktikan. Pada umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai oleh seseorang maka semakin tinggi tingkat pemahaman pada bidang tertentu sesuai keahlian yang ditekuni. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi kualitas guru pamong tersebut dalam membimbing dan menilai kompetensi profesional mahasiswa praktikan.
(60)
Guru pamong mempunyai tingkat pemahaman berbeda-beda dilihat dari tingkat pendidikan sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi cara pandang guru pamong terhadap kompetensi profesional pada mahasiswa praktikan. Senada dengan artikel dalam www. Sintang.go.id/social/default.asp? topical 36-45k Bahwa kemajuan suatu bangsa hanya ditentukkan oleh faktor penarik rakyatnya. Hal ini disebabkan semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan lebih mudah menerima dan mengembangkan pengetahuan dan teknologi diharapkan dapat menjadi sumber daya yang berperan dalam meningkatkan produktivitas yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dari penjelasan di atas maka ditarik hipotesis sebagai berikut:
8
Ha = ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi profesional pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan
(61)
BAB III
METODA PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti.
B. Subjek dan Objek Peneltian
1. Subjek dalam penelitian ini adalah guru-guru pamong yang membimbing dan mendampingi mahasiswa praktikan dalam melaksanakan tugasnya di sekolah.
2. Objek penelitian dalam tulisan ini adalah persepsi guru pamong mengenai kompetensi mengajar ditinjau dari tingkat pendidikan dan pengalaman membimbing.
C. Waktu dan Lokasi penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di SMU dan SMK di Sleman. Waktu pelaksanaan Maret-Mei 2007
(62)
D. Populasi dan Sampel, Teknik Sampling 1. Populasi penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono:1999). Sesuai dengan masalah yang diteliti maka yang menjadi populasi dalam penelitian guru-guru pamong SMA dan SMK di Sleman yang pernah membimbing mahasiswa praktikan Universitas Sanata Dharma khususnya Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan menurut data tahun 2004/2005/2006 untuk penerjunan I dan II yang ada jumlahnya 110 orang guru pamong
2. Sampel penelitian
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 1999:73). Pengukuran sampel ini dihitung dengan rumus Slovin (Consuelo, 1993:161):
2
1 Ne
N n
+ =
Keterangan:
n = ukuran sampel N = ukuran populasi
E = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel populasi) Jadi jumlah sampel yang akan diambil (n), dengan nilai kritis/ batas kesalahan (e) 5% dari populasi (N) tersebut adalah :
(63)
2 ) 05 , 0 ( 110 1
110
+ =
n
= 86 orang yang akan menjadi sampel
3. Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono 1999:78) yaitu sekolah tempat mahasiswa Universitas Sanata Dharma berpraktik PPL. Peneliti menentukkan sampel adalah guru dari 8 SMA dan 5 SMK.Berikut daftar sekolah tempat penelitian dilakukan:
Nama Sekolah Jumlah Guru Pamong SMA Bina Harapan
Sinduharjo
6 guru SMK N 2 Depok 18 guru SMA N I Depok 7 guru SMA N I Kalasan 10 guru SMA St. Mikael 3 guru SMA Negeri 2 2 guru SMA Binatama 5 guru SMKKanisius Pakem 13 guru SMA Mandala Bhakti 5 guru SMA Kolose De
Britto
5 guru SMK YPKK 1 5 guru SMK Tarakanita 9 guru SMK YPKK 3 4 guru
(64)
E. Variabel Penelitian,Pengukurannya 1. Variabel penelitiannya
Adapun variabel dalam penelitian terdiri dari:
a. Variabel Terikat: persepsi guru pamong 4 kompetensi dasar keguruan yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional terhadap mahasiswa PPL
b.Variabel Bebas: tingkat pendidikan guru, pengalaman membimbing 2. Pengukuran Variabel
Menggunakan skala likert yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dalam penelitian gejala sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.
a. Kompetensi Guru
Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan 4 alternatif jawaban yaitu:
SS = Sangat Setuju, diberi skor 4 S = Setuju, diberi skor 3
TS = Tidak Setuju, diberi skor 2
(65)
b. Tingkat Pendidikan Guru
D2= skor 1 D4/S1= skor 3 D3= skor 2 S2 = skor 4 c. Pengalaman Membimbing
< 3 kali = kurang berpengalaman, diberi skor 1 3-5 kali = cukup berpengalaman, diberi skor 2 > 5 kali = sangat berpengalaman, diberi skor 3
F. Kisi-kisi Kuesioner
Item variabel Subvariabel Sub-subvariabel Indikator
(+) (-) Kompet ensi 1. Kompetensi Pedagogik A.Kompetensi pengelolaan program pengajaran
1. metode mengajar
1,2 3 2. variasi
mengajar 3. kemampuan
penyusunan alat evaluasi 4. rencana
pembelajaran
4,5,6 5. kemampuan
mencari materi dari berbagai sumber 6. pengelolaan
anak didik B.Kompetensi
pengelolaan kelas
7. Keterbukaan terhadap pendapat siswa
7,8
8. Bertanggung jawab atas proses belajar siswa
9. teguran pada siswa
(66)
C.Kompetensi Penggunaan media D.Kompetensi Pengelolaan Interaksi belajar mengajar 10. Pengaturan tempat duduk 11. Kemampuan menghentikan dan mengarahkan tingkah laku 12. Pengambilan tindakan 13. Pemusatan perhatian pada siswa 14. Peraturan 15. Sanksi 16. Media mengajar 17. Kemampuan membuat alat bantu pelajaran 18. Pemanfaatan perpustakaan 19. Interaksi antara guru dan siswa 20. Kemampuan memotivasi belajar 21. Kemampuan memberikan penguatan 22. Pemberian petunjuk dan penjelasan berkaitan dengan isi pelajaran 23. Kemampuan merespon pertanyaan siswa 24. penggunaan 10,11 12,13, 14 16,17 19,20 21,22 23,24 15 18
(67)
2.Kompetensi Kepribadian 3. Kompetensi Sosial 4. Kompetensi Profesional E.Kompetensi menyelenggarakan administrasi F.Kompetensi kepribadian berwibawa menjadi teladan peserta didik G.Kemampuan guru dalam mengembangkan diri H.kemampuan berkomunikasi dengan lingkungannya I.Kompetensi penguasaan materi ekspresi 25. Kemampuan komunikasi kerjasama dengan tugas Bimbingan Konseling 26. Kemampuan menguasai dan mengikuti peraturan tata usaha yang berlaku
27. Tampil rapi 28. Tepat waktu
29. Berpikir kreatif
30. Sikap terbuka 31. Sikap ramah,
sabar dan pengertian 32. Kemampuan bekerjasama 33. Pemahaman kurikulum 34. Kemampuan materi bahasa baik dan benar 35. Kemampuan menjawab pertanyaan 25,26 27 29 30,31, 32 33,35 28 34
(68)
36. Penguasaan materi
G. Uji Instrumen penelitian 1. Uji validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Prosedur pengujian dilakukan dengan cara menganalisis setiap item dalam kuesioner dengan mengkorelasikan skor item (x) dengan skor total (y). Untuk digunakan teknik korelasi produk moment dengan rumus sebagia berikut. Rumus uji Validitas:
rxy=
( )( )
( )
[
∑
−∑
∑
]
∑
×[
∑
∑
−( )
∑
]
− 2 2 2 2 y y N x x N y x xy N Keterangan: xyr = korelasi product moment korelasi antara x dan y x = skor butir
y = skor total sampel uji coba N = jumlah responden
∑
x=jumlah harga dari skor butir37. kemampuan pemberian ilustrasi dan contoh 36,37, 38 38. Kemampuan bertanya
(69)
∑
y=jumlah harga dari skor total∑
xy=jumlah hasil x skor butir dan skor totalBesarnya dapat dihitung dengan menggunakan korelasi dengan taraf signifikansi (
hitung
r
α) = 5 %. Jika lebih besar dari maka kuesioner yang digunakan sebagai alat ukur dapat dikatakan valid.
tabel r hitng
r
Uji validitas ini menggunakan responden yang berjumlah 30 di luar sampel penelitian dengan db=n−2. Derajat kebebasan ini sebesar 28 (30-2) sehingga dari 0,05:28 = 0,239. Uji validitas dilakukan dengan bantuan program komputer SPPS 11,5 for windows. Pengujian validitas dilakukan di SMK Putratama. Adapun hasil pengujian validitas untuk 38 item pernyataan pada taraf signifikansi sebesar 5% adalah sebagai berikut:
tabel r No item keterangan No item keterangan tabel
r rtabel
hitung
r rhitung
Item1 0,6746 0,239 valid Item20 0,5808 0,239 valid Item2 0,6399 0,239 valid Item21 0,7609 0,239 valid Item3 0,6475 0,239 valid Item22 0,5628 0,239 valid Item4 0,5871 0,239 valid Item23 0,6202 0,239 valid Item5 0,2526 0,239 valid Item24 0,6479 0,239 valid Item6 0,5224 0,239 valid Item25 0,4360 0,239 valid Item7 0,3358 0,239 valid Item26 0,5153 0,239 valid Item8 0,6350 0,239 valid Item27 0,8103 0,239 valid Item9 0,4428 0,239 valid Item28 0,6921 0,239 valid Item10 0,3595 0,239 valid Item29 0,5741 0,239 valid Item11 0,4517 0,239 valid Item30 0,5885 0,239 valid Item12 0,6501 0,239 valid Item31 0,6997 0,239 valid Item13 0,5779 0,239 valid Item32 0,3709 0,239 valid Item14 0,4092 0,239 valid Item33 0,4515 0,239 valid Item15 0,3915 0,239 valid Item34 0,5313 0,239 valid Item16 0,5243 0,239 valid Item35 0,3743 0,239 valid Item17 0,8103 0,239 valid Item36 0,3312 0,239 valid Item18 0,5871 0,239 valid Item37 0,3774 0,239 valid Item19 0,4428 0,239 valid Item38 0,4416 0,239 valid
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)