PERSEPSI SISWA DAN GURU PAMONG TERHADAP KOMPETENSI MAHASISWA PPL PENDIDIKAN AKUNTANSI FKIP UNS DI SMA NEGERI SE KOTA SURAKARTA TAHUN 2010

(1)

commit to user

PERSEPSI SISWA DAN GURU PAMONG TERHADAP KOMPETENSI MAHASISWA PPL PENDIDIKAN AKUNTANSI FKIP UNS

DI SMA NEGERI SE KOTA SURAKARTA TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh: ILMIYATI

K7407090

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user ii

PERSEPSI SISWA DAN GURU PAMONG TERHADAP KOMPETENSI MAHASISWA PPL PENDIDIKAN AKUNTANSI FKIP UNS

DI SMA NEGERI SE KOTA SURAKARTA TAHUN 2010

Oleh: ILMIYATI

K7407090

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi

Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(3)

commit to user iii PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, Juni 2011

,

Pembimbing I

Drs. Wahyu Adi, M.Pd NIP. 19630520 198903 005

Pembimbing II

Sri Sumaryati, S.Pd, M.Pd. NIP. 19691229 200501 2 001


(4)

commit to user iv PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari :

Tanggal :

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Dra . Sri Witurachmi , MM ...

Sekretaris : Drs. Sudiyanto, M.Pd ...

Anggota I : Drs. Wahyu Adi, M.Pd ...

Anggota II : Sri Sumaryati, S.Pd, M.Pd ...

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Dekan

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001


(5)

commit to user v HALAMAN REVISI

Skripsi ini telah direvisi sesuai arahan dan anjuran Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Dra . Sri Witurachmi , MM ...

Sekretaris : Drs. Sudiyanto, M.Pd ...

Anggota I : Drs. Wahyu Adi, M.Pd ...


(6)

commit to user vi ABSTRAK

Ilmiyati. PERSEPSI SISWA DAN GURU PAMONG TERHADAP KOMPETENSI MAHASISWA PPL PENDIDIKAN AKUNTANSI FKIP UNS DI SMA NEGERI SE KOTA SURAKARTA TAHUN 2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui persepsi siswa terhadap kompetensi mahasiswa PPL pendidikan akuntansi di SMA Negeri Se Kota Surakarta tahun 2010 ditinjau dari kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi social, (2) mengetahui persepsi guru pamong terhadap kompetensi mahasiswa PPL pendidikan akuntansi di SMA Negeri Se Kota Surakarta tahun 2010 ditinjau dari kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri di Surakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA kelas XI sejumlah 726 siswa dan 9 guru pamong. Sampel untuk siswa diambil dengan teknik proportional random sampling dengan jumlah 182 siswa dan 9 guru pamong. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, dokumentasi dan wawancara, yang selanjutnya dianalisis dengan analisis deskriptif persentase (DP).

Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan: (1) Persepsi siswa dan guru pamong terhadap kompetensi pedagogik mahasiswa PPL baik dengan persentase sebesar 69,31% dan 75%. (2) Persepsi siswa dan guru pamong terhadap kompetensi professional mahasiswa PPL baik dengan persentase 67,58% dan 75,83%. (3) Persepsi siswa dan guru pamong terhadap kompetensi kepribadian mahasiswa PPL baik dengan persentase 71,52% dan 76,67%. (4) persepsi siswa dan guru pamong terhadap kompetensi sosial mahasiswa PPL baik dengan persentase 71,72% dan 80,56%.

Kata kunci: kompetensi guru, PPL (Praktik Pengalaman Lapangan), persepsi siswa SMA, persepsi guru pamong


(7)

commit to user vii ABSTRACT

Ilmiyati. THE STUDENT’S AND GUARDIAN TEACHER’S PERCEPTION ON THE COMPETENCY OF ACCOUNTING EDUCATION PRE-SERVICE TEACHER OF TEACHER TRAINING AND EDUCATION

FACULTY OF UNS IN PUBLIC SENIOR HIGH SCHOOLS

THROUGHOUT SURAKARTA CITY IN 2010. Thesis. Surakarta. Teacher Training and Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University, June. 2011.

The objectives of research are (1) to find out the student’s perception on the competency of accounting education pre-service teacher of Teacher Training and Education Faculty of UNS in Public Senior High Schools throughout Surakarta City in 2010 viewed from the pedagogical, professional, personality, and social competencies, and (2) to find out the guardian teacher’s perception on the competency of accounting education pre-service teacher of Teacher Training and Education Faculty of UNS in Public Senior High Schools throughout Surakarta City in 2010 viewed from the pedagogical, professional, personality, and social competencies.

This research employed a descriptive quantitative research method. This study was taken place in Public Senior High Schools throughout Surakarta. The population of research was the all XI graders of Senior High School consisting of 726 students, and 9 guardian teachers. The sample of student was taken using proportional random sampling technique consisting of 18 students and 9 guardian teachers. Techniques of collecting data used were questionnaire, documentation and interview, analyzed further using percentage descriptive (DP) analysis.

Considering the result of data analysis, it can be concluded that: (1) the student’s and guardian teacher’s perception on the pedagogical competency of pre-service teachers is good of 69.31% and 75%. (2) the student’s and guardian teacher’s perception on the professional competency of pre-service teachers is good of 67.58% and 75.83%. (3) the student’s and guardian teacher’s perception on the personality competency of pre-service teachers is good of 71.52% and 76.67%. (4) the student’s and guardian teacher’s perception on the personality competency of pre-service teachers is good of 71.2% and 80.56%.

Keywords: teacher competency, pre-service teacher, Senior High School’s student perception, guardian teacher’s perception.


(8)

commit to user viii MOTTO

.

(QS Al-Insyiroh:6-8)

(Frederick E. Crane)

(William Feather)


(9)

commit to user ix

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan sebagai wujud rasa sayang, cinta kasih penulis kepada:

Ibu Badringah(Alm) dan Bapak Sukir tercinta terima kasih atas doa, dukungan, dan pengorbanannya.

Ibu Janah dan Pak Purwadi terima kasih atas doa, bimbingan, dan kasih sayangnya.

Kakak –kakakku Mba Nung, Kak Tedi, Mba Mus, Mas Kholik.

Adikku Siti Khotimah dan Ponakanku Aulia.

Sahabat-Sahabatku Jenk Kuning: Farida, Pipit, Linda, Mey.

Teman-teman Kos Kuala: Rosi, Kiki, Kikis, Tiara, Tata.

Teman-Teman Pendidikan Akuntansi 2007


(10)

commit to user x KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan kita kemampuan berupa ilmu yang nilainya tidak bisa dihitung dan ditukar dengan materi, sehingga skipsi ini dapat diselesaikan dengan baik oleh penulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan penulisan skipsi ini dapat diatasi berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, atas segala bentuk bantuannya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan ijin penulisan skripsi ini.

3. Drs. Wahyu Adi, M.Pd., selaku Ketua Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi dan pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dengan bijaksana.

4. Muhtar, S.Pd, M.Si., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan banyak doa dan bimbingan serta semangat.

5. Sri Sumaryati, S.Pd, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah memberikan banyak sekali motivasi dan arahan dengan penuh kesabaran.

6. Seluruh Kepala Sekolah SMA Negeri di Surakarta terimakasih atas ijin dan kemudahan bagi penulis dalam pelaksanakan penelitian.

7. Seluruh Guru Akuntansi SMA Negeri di Surakarta yang telah banyak

membantu penulis dalam penelitian ini. Terima kasih untuk bantuan waktu, tenaga serta pikiran dan juga doa yang selalu diberikan kepada Penulis.

8. Siswa-siswi SMA Negeri di Surakarta, terima kasih atas kerjasamanya selama peneliti melakukan penelitian.

9. Keluargaku, Ibu (Alm) dan Bapak Sukir tercinta terima kasih atas doa, pengorbanannya, dan kasih sayangnya.


(11)

commit to user xi

10.Ibu Janah dan Pak Purwadi terimakasih atas doa, bimbingan, dan kasih sayangnya.

11.Kakak –kakakku Mba Nung, Kak Tedi, Mba Mus, Mas Kholik, yang selalu mendukungku.

12.Adik Otim dan Dedek Aulia yang telah menemaniku dalam canda dan tawa.

13.Sahabat-sahabatku Farida, Pipit, Linda, Mey, Rosi, Kiki, Kikis terima kasih buat semangat, bantuannya, saran dan kritik kalian selama ini.

14.Teman-teman Kost Kuala, keluarga baruku yang memberikan keceriaan.

15.Semua teman-teman Akuntansi ’07.

16.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, namun penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada

umumnya dan perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya.

Surakarta, Juni 2011


(12)

commit to user xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN REVISI ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

MOTTO ... viii

PERSEMBAHAN ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Perumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

A. Tinjauan Pustaka ... 10

1. Proses Belajar Mengajar (PBM) ... 10

2. Guru ... 13

3. Kompetensi Guru ... 19


(13)

commit to user xiii

B. Hasil Penelitan yang Relevan ... 35

C. Kerangka Berpikir ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 38

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

1. Tempat Penelitian ... 38

2. Waktu Penelitian ... 38

B. Populasi dan Sampel ... 39

1. Populasi ... 39

2. Sampel ... 39

3. Teknik Sampling ... 40

C. Teknik Pengumpulan Data ... 41

1. Dokumentasi ... 41

2. Kuesioner ... 42

3. Wawancara ... 43

D. Rancangan Penelitian ... 43

E. Teknik Analisis Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 45

A. Deskripsi Data ... 45

1. Deskripsi dan Data siswa ... 45

2. Deskripsi dan Data guru pamong ... 53

B. Pembahasan ... 62

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 68

A. Simpulan ... 68

B. Implikasi ... 69

C. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 72 LAMPIRAN


(14)

commit to user xiv DAFTAR TABEL

Tabel

1. Daftar Sekolah Tempat PPL ... 38 2. Waktu Kegiatan Penelitian ... 38 3. Jumlah Populasi Penelitian ... 39

4. Tabel sampel siswa dan guru pamong di SMA Negeri

Se Kota Surakarta ... 41 5. Skor Alternatif Jawaban Instrumen Penilaian ... 42 6. Tabel Interval dan Kategori ... 44

7. Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi

Pedagogik Mahasiswa PPL Pendidikan Akuntansi FKIP UNS

di SMA Negeri Se Kota Surakarta tahun 2010 ... 46

8. Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi

Profesional Mahasiswa PPL Pendidikan Akuntansi FKIP UNS

di SMA Negeri Se Kota Surakarta tahun 2010 ... 48

9. Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi

Kepribadian Mahasiswa PPL Pendidikan Akuntansi FKIP UNS

di SMA Negeri Se Kota Surakarta tahun 2010 ... 50 10. Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Sosial

Mahasiswa PPL Pendidikan Akuntansi FKIP UNS di SMA Negeri Se

Kota Surakarta tahun 2010 ... 52

11. Distribusi Frekuensi Persepsi Guru Pamong Mengenai Kompetensi

Pedagogik Mahasiswa PPL Pendidikan Akuntansi FKIP UNS

di SMA Negeri Se Kota Surakarta tahun 2010 ... 54 12. Distribusi Frekuensi Persepsi Guru Pamong mengenai

Kompetensi Profesional Mahasiswa PPL Pendidikan Akuntansi


(15)

commit to user xv

13. Distribusi Frekuensi Persepsi Guru Pamong Mengenai

Kompetensi Kepribadian Mahasiswa PPL Pendidikan Akuntansi

FKIP UNS di SMA Negeri Se Kota Surakarta tahun 2010 ... 58

14. Distribusi Frekuensi Persepsi Guru Pamong Mengenai

Kompetensi Sosial Mahasiswa PPL Pendidikan Akuntansi


(16)

commit to user xvi DAFTAR GAMBAR

Gambar

1. Kerangka Pemikiran ... 37 2. Histogram Data Distribusi Frekuensi persepsi siswa mengenai

kompetensi pedagogik mahasiswa PPL Pendidikan Akuntansi

FKIP UNS di SMA Negeri Se Kota Surakarta tahun 2010 ... 46 3. Histogram Data Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa Mengenai

Kompetensi Profesional Mahasiswa PPL Pendidikan Akuntansi

FKIP UNS di SMA Negeri Se Kota Surakarta tahun 2010 ... 48 4. Histogram Data Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa Mengenai

Kompetensi Kepribadian Mahasiswa PPL Pendidikan Akuntansi

FKIP UNS di SMA Negeri Se Kota Surakarta tahun 2010 ... 50 5. Histogram Data Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa Mengenai

Kompetensi Sosial Mahasiswa PPL Pendidikan Akuntansi

FKIP UNS di SMA Negeri Se Kota Surakarta tahun 2010 ... 52

6. Histogram Data Distribusi Frekuensi Persepsi Guru Pamong Mengenai

Kompetensi Pedagogik Mahasiswa PPL Pendidikan Akuntansi

FKIP UNS di SMA Negeri Se Kota Surakarta tahun 2010 ... 55

7. Histogram Data Distribusi Frekuensi Persepsi Guru Pamong Mengenai

Kompetensi profesional Mahasiswa PPL Pendidikan Akuntansi

FKIP UNS di SMA Negeri Se Kota Surakarta tahun 2010 ... 57

8. Histogram Data Distribusi Frekuensi Persepsi Guru Pamong Mengenai

Kompetensi Kepribadian Mahasiswa PPL Pendidikan Akuntansi

FKIP UNS di SMA Negeri Se Kota Surakarta tahun 2010 ... 59

9. Histogram Data Distribusi Frekuensi Persepsi Guru Pamong Mengenai

Kompetensi Sosial Mahasiswa PPL Pendidikan Akuntansi


(17)

commit to user xvii

10.Histogram Data Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Mahasiswa PPL Pendidikan Akuntansi

FKIP UNS di SMA Negeri Se Kota Surakarta tahun 2010 ... 66 11.Histogram Data Distribusi Frekuensi Persepsi Guru Pamong Terhadap

Kompetensi Mahasiswa PPL Pendidikan Akuntansi


(18)

commit to user xviii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kuesioner Penelitian ... 75

2. Tabulasi Data Hasil Penelitian ... 82

3. Analisis Data ... 104

4. Wawancara ... 123


(19)

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia telah merumuskan tujuan pendidikan di Indonesia, yaitu “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara”. Rumusan tersebut terdapat satu poin penting tujuan pendidikan Indonesia yaitu kecerdasan disamping harus memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan. Salah satu komponen pendidikan yang sangat berperan penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan Indonesia yaitu guru atau pendidik. Pendidik sangat berperan dalam pembangunan bangsa, ikut aktif mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia dengan menghasilkan para penerus bangsa yang cerdas dan mampu memajukan bangsa Indonesia.

Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan yang harus mendapat perhatian sentral, pertama dan utama. Figur satu ini akan senantiasa menjadi sorotan strategis ketika berbicara masalah pendidikan, karena guru selalu terkait dengan komponen manapun dalam sistem pendidikan. Guru memegang peranan utama dalam pembangunan pendidikan khususnya yang diselenggarakan secara formal disekolah, terutama dalam kaitanya dengan proses belajar mengajar.

Usman (2001:4) mengatakan “Proses belajar mengajar adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu”. Proses tersebut biasanya dilaksanakan di dalam suatu lembaga baik formal maupun non formal. Dalam suatu proses belajar mengajar yang formal harus tersedia sarana dan prasarana penunjang serta harus diampu oleh seorang guru yang benar-benar berkompeten dibidangnya.


(20)

commit to user

Guru profesional memegang peran keberhasilan pendidikan siswa. Kunci sukses kegiatan belajar mengajar hanya akan tercapai jika guru benar-benar mampu melaksanakan profesionalitas kerjanya.

Ada 10 ciri guru professional diantaranya (1) selalu punya energy untuk siswanya, (2) punya tujuan jelas untuk pelajaran, (3) punya keterampilan mendisiplinkan yang efektif, (4) punya keterampilan manajemen kelas yang baik, (5) bisa berkomunikasi baik dengan orang tua, (6) punya harapan yang tinggi pada siswanya, (7) pengetahuan tentang kurikulum, (8) pengetahuan tentang subyek yang diajarkan, (9) selalu memberikan yang terbaik untuk anak-anak dan proses pengajaran, dan (10) punya hubungan yang berkualitas dengan siswa. (http: //gurukreatif. wordpress.

com/2009/11/06/10-ciri-guru-profesional/, 23 Feb 2011)

Guru berperan sebagai penyedia sumber belajar, partisipasi di dalam kegiatan belajar, pembimbing dan pandai menciptakan suasana kelas yang gembira, luwes, bekerjasama, mementingkan aktivitas dan tujuan. Semua komponen dalam proses belajar mengajar –materi, media, sarana dan prasarana, dana pendidikan- tidak akan banyak memberikan dukungan yang maksimal atau tidak dapat dimanfaatkan secara optimal bagi peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran tanpa didukung oleh keberadaan guru secara kontinu berupaya mewujudkan gagasan, ide, dan pemikiran dalam bentuk perilaku dan sikap yang terunggul dalam tugasnya sebagai pendidik

Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan formal dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Dalam proses belajar mengajar sebagian hasil belajar ditentukan oleh peranan guru. Guru yang berkompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan mampu mengelola proses belajar mengajar. Jadi keberhasilan proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh kemampuan guru dalam proses belajar mengajar. Peran seorang guru sangar signifikan dalam proses belajar mengajar. Peran guru dalam proses belajar mengajar tidak hanya sebagai pengajar tetapi juga diantaranya sebagai manajer kelas dan motivator.

Menurut Dimyati (2002: 33) peran guru dalam pembelajaran sangat penting berkaitan dengan peran siswa dalam belajar. Guru menentukan


(21)

acara-commit to user

acara pembelajaran yang berpengaruh pada proses belajar yaitu berkaitan dengan bahan belajar, suasana belajar, media dan sumber belajar. Semua itu harus direncanakan dengan baik oleh guru yang profesional atau berkompeten sehingga proses pembelajaran dapat berhasil dan pesan atau materi dapat tersampaikan kepada siswa. Sebaliknya apabila guru tidak memiliki profesionalitas maka akibatnya pembelajaran tidak berjalan dengan lancer, siswa sulit untuk mengikuti proses belajar, materi atau pesan tidak sampai kepada siswa sehingga dapat dikatakan pembelajaran tersebut kurang berhasil.

Dalam proses belajar mengajar di kelas, seorang guru harus mampu memotivasi, mendorong lahirnya kreativitas berpikir baru. Peran guru bisa diupayakan dalam fase klimaksnya. Dengan merumuskan pertanyaan kepada siswa yang memerlukan jawaban-jawaban kreatif, imajinatif, hipotetik dan sintetik. Dalam paradigmanya yang lain, guru juga mampu memunculkan kesan yang : membosankan, sekadar instruktif dan justru dijauhi para siswanya. Kinerja guru semacam ini, pada akhirnya akan mampu mematikan kreativitas dan menciptakan stagnasi proses pembelajaran itu sendiri. Selain itu yang paling menyakitkan adalah berpeluang untuk bisa menumpulkan daya nalar, menisbikan dimensi afektif. Mungkin guru yang masuk ketegori semacam ini, kuantitasnya lebih banyak, jika dibandingkan dengan sosok guru yang memang bernar-benar tampil dalam kapasitasnya yang professional.

Ada beberapa pijakan untuk bisa menjadi guru yang professional dan efektif, diantaranya mempunyai kemampuan yang terkait dengan pemberian umpan balik (feedback), mempunyai kemampuan interpersonal dalam memberikan empati dan penghargaan kepada setiap siswa, mempunyai kemampuan yang terkait dengan peningkatan diri, dan menjadi guru profesional setidaknya memahami strategi manajemen pembelajaran.

Universitas Sebelas Maret (UNS) sebagai Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret mempunyai visi yang searah dengan visi Universitas Sebelas Maret yaitu: menyiapkan tenaga kependidikan (guru) plus (yang tidak hanya mampu


(22)

commit to user

menjadi guru) yang mampu bersaing baik ditingkat regional maupun di tingkat nasional serta senantiasa berusaha meningkatkan kualitas lulusannya sehingga lulusannya mampu mengantisipasi perkembangan tuntutan masyarakat dan tuntutan era globalisasi. Visi tersebut dapat direalisasikan dengan misi FKIP dalam (Tim FKIP UNS, 2007: 3) diantaranya adalah:

1. Menghasilkan tenaga kependidikan (guru) yang professional

2. Menghasilkan produk-produk penelitian yang berguna untuk

meningkatkan kualitas lembaga pendidikan tenaga kependidikan

3. Melatih mahasiswa untuk mendapatkan nilai tambah yang mampu

bersaing di dunia pasaran kerja setelah lulus

4. Meningkatkan kualitas lulusan dan dalam jangka waktu perkuliahan yang

makin pendek serta mengusahakan lulusan supaya dapat memperoleh pekerjaan dalam waktu secepatnya sesuai dengan prinsip Teaching

University (Tim FKIP UNS; 2007: 3)

Salah satu cara yang digunakan FKIP UNS untuk mencetak guru yang profesional dengan memberikan suatu mata kuliah yang bersifat praktik dan khusus untuk mahasiswa FKIP yang dinamakan dengan Program Pengalaman Lapangan (PPL). Kegiatan PPL meliputi: Praktik mengajar, tugas administrasi, tugas memberikan bimbingan belajar, serta kegiatan yang bersifat kokurikuler dan atau ekstrakurikuler yang berlaku disekolah atau tempat PPL. Kegiatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kemampuan calon guru (mahasiswa PPL) untuk menjadi guru yang berkompeten. Menurut Undang-Undang Guru dan Dosen, seorang guru dikatakan berkompeten apabila menguasai empat kompetensi dasar yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Seorang mahasiswa yang melaksanakan PPL di sekolah diharuskan untuk menguasai empat kompetensi tersebut, karena seorang mahasiswa praktikan di sekolah sudah dianggap sebagai seorang guru yang turut serta dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah.

Mahasiswa FKIP jurusan P.IPS program studi Ekonomi BKK Akuntansi merupakan salah satu program studi yang sebagian besar melaksanakan PPL di Sekolah Menengah Atas (SMA) negeri yang ada di Surakarta. Selama melaksanakan PPL mahasiswa PPL (calon guru) mendapat bimbingan dari guru pamong sehingga


(23)

commit to user

banyak melakukan interaksi antara calon guru dengan guru pamong. Selain dengan guru pamong, dalam melaksanakan tugas dan kegiatan PPL calon guru juga berinteraksi dengan siswa, yaitu dalam kegiatan proses belajar mengajar di kelas. Dari interaksi tersebut maka timbul persepsi dari guru pamong dan siswa mengenai kompetensi mahasiswa PPL yang menjalankan PPL.

Berdasarkan data dari Unit PPL FKIP UNS dalam pelaksanaan PPL mahasiswa PPL mayoritas lulus dan nilai akhir PPL yang diterima mahasiswa mayoritas baik. Akan tetapi pada kenyataan di lapangan menurut sebagian guru pamong mahasiswa pendidikan akuntansi mempunyai kekurangan. Kekurangan tersebut terutama dalam hal perencanaan sebelum mengajar, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas dan evaluasi yang dilakukan mahasiswa. Kekurangan yang dimiliki mahasiswa PPL dalam hal perencanaan antara lain adalah kurangnya kesiapan dalam mempersiapkan materi yang akan disampaikan kepada siswa dikelas, kurangnya kesiapan dalam menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan demi menunjang tercapainya proses belajar mengajar, serta kurangnya mempersiapkan diri dan sikap sebelum memasuki kelas.

Kekurangan yang dimiliki dalam hal pelaksanaan kegiatan belajar mengajar antara lain adalah kurangnya dalam hal mengelola kelas sehingga dalam hal proses belajar mengajar situasinya kurang kondusif, kurang dalam hal kemampuan membuka pelajaran, kurangnya pemahaman mahasiswa praktikan dalam hal pemanfaatan media pembelajaran yang ada sehingga proses pembelajaran berkesan kaku, kurangnya kemampuan dalam hal proses kegiatan belajar mengajar di kelas (misal: mengaitkan materi pelajaran dengan fenomena kehidupan nyata atau dengan masalah yang baru saja terjadi), serta kurang dalam hal memvariasikan metode pembelajaran sehingga masih banyak yang menggunakan metode pembelajaran konvensional (ceramah). Kekurangan yang dimiliki dalam hal evaluasi antara lain adalah kurangnya kemampuan dalam pembuatan soal yakni kemampuan dalam menyesuaikan soal ulangan dengan materi pelajaran sehingga soal yang diberikan kepada siswa kurang berbobot serta kurangnya pengetahuan mengenai norma-norma pembuatan soal.


(24)

commit to user

Menurut wawancara pada sebagian siswa SMA, sebagian dari mereka senang diajar oleh mahasiswa PPL (calon guru), sebagian siswa bersikap cuek, dan sebagian lagi ada yang merasa kurang puas karena calon guru kurang memahami materi yang disampaikan jadi siswa kurang bisa memahami. Bertolak belakang dari masalah-masalah yang disebutkan diatas, maka peneliti merasa perlu untuk mengetahui kualitas atau kompetensi mahasiswa PPL ditinjau dari persepsi siswa dan guru pamong, yaitu dengan judul ”Persepsi Siswa dan Guru Pamong terhadap Kompetensi Mahasiswa PPL Pendidikan Akuntansi FKIP UNS di SMA Negeri Se Kota Surakarta Tahun 2010”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran adalah guru/ calon guru. Calon guru yang dimaksud yaitu mahasiswa PPL Pendidikan Akuntansi FKIP UNS di SMA Negeri Se-Kota Surakarta. Oleh karena itu, terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasi antara lain :

1. Kompetensi Pedagogik

Menurut Standar nasional Pendidikan, Pasal 28 ayat (3) mengemukakan bahwa “Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki”.

Kompetensi pedagogik yang dimiliki mahasiswa PPL masih kurang diantaranya dalam hal perencanaan pembelajaran. Kekurangan yang dimiliki mahasiswa praktikan dalam hal perencanaan antara lain adalah kurangnya kesiapan mahasiswa praktikan dalam mempersiapkan materi yang akan disampaikan kepada siswa dikelas, kurangnya kesiapan mahasiswa praktikan dalam menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan demi

menunjang tercapainya proses belajar mengajar, serta kurangnya


(25)

commit to user

2. Kompetensi Profesional

Menurut Standar Nasional Pendidikan, pasal 28 ayat (3) mengemukakan bahwa “Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan”.

Kompetensi professional didalamnya terdapat kompetensi mengajar. Kekurangan yang dimiliki mahasiswa praktikan dalam hal pelaksanaan kegiatan belajar mengajar antara lain adalah kurangnya kemampuan mahasiswa praktikan dalam hal mengelola kelas sehingga dalam hal proses belajar mengajar situasinya kurang kondusif, kurang dalam hal kemampuan membuka pelajaran, kurangnya pemahaman mahasiswa praktikan dalam hal pemanfaatan media pembelajaran yang ada sehingga proses pembelajaran berkesan kaku, kurangnya kemampuan mahasiswa praktikan dalam hal proses kegiatan belajar mengajar di kelas (misal: mengaitkan materi pelajaran dengan fenomena kehidupan nyata atau dengan masalah yang baru saja terjadi), serta kurang dalam hal memvariasikan metode pembelajaran sehingga masih banyak yang menggunakan metode pembelajaran konvensional (ceramah).

3. Kompetensi Kepribadian

Menurut Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b, mengemukakan bahwa “Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan wibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia”.

Kemampuan mahasiswa PPL pendidikan akuntansi dalam penguasaan kompetensi kepribadian, yaitu mengenai bagaimana kepribadian yang dimiliki seorang calon guru atau mahasiswa PPL yang baik dan sebaiknya diterapkan, yaitu antara lain mengenai kesopanan, kejujuran, kedisiplinan.


(26)

commit to user

Menurut Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d, mengemukakan bahwa “Kompetensi sosial adalah kemampuan sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/ wali peserta didik, dan masyarakat sekitar”.

Kemampuan mahasiswa PPL pendidikan akuntansi dalam penguasaan kompetensi sosial, yaitu bagaimana pergaulan calon guru atau mahasiswa PPL dengan siswa dan semua warga sekolah.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah serta identifikasi masalah di atas, maka permasalahan pada penelitian ini difokuskan pada :

Persepsi siswa dan guru pamong terhadap kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian mahasiswa PPL pendidikan akuntansi FKIP UNS di SMA Negeri Se Kota Surakarta Tahun 2010.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana persepsi siswa mengenai kompetensi mahasiswa PPL

pendidikan akuntansi FKIP UNS di SMA Negeri Se Kota Surakarta tahun 2010 ditinjau dari kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial?

2. Bagaimana persepsi guru pamong mengenai kompetensi mahasiswa PPL pendidikan akuntansi FKIP UNS di SMA Negeri Se Kota Surakarta tahun 2010 ditinjau dari kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah ;


(27)

commit to user

1. Mengetahui persepsi siswa mengenai kompetensi mahasiswa PPL

pendidikan akuntansi FKIP UNS di SMA Negeri Se Kota Surakarta tahun 2010 ditinjau dari kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial.

2. Mengetahui persepsi guru pamong mengenai kompetensi mahasiswa PPL

pendidikan akuntansi FKIP UNS di SMA Negeri Se Kota Surakarta tahun 2010 ditinjau dari kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang dihasilkan diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak antara lain sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian di bidang pendidikan yaitu FKIP Universitas Sebelas Maret dan juga diharapkan dapat sebagai bahan pertimbangan pada penelitian yang sejenis di masa yang akan datang.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru pamong dan dosen pembimbing untuk

lebih memperhatikan kemampuan mahasiswa dalam melaksanakan PPL. b. Sebagai salah satu bahan masukan bagi pendidikan akuntansi FKIP UNS dan

menjadi tolak ukur keberhasilan calon tenaga pendidik dalam mempersiapkan tenaga pendidik yang profesional.

c. Memberi informasi kepada mahasiswa pendidikan akuntansi FKIP mengenai persepsi siswa dan guru pamong SMA tempat PPL tentang kompetensi mahasiswa PPL.

d. Sebagai tolak ukur mahasiswa yang bersangkutan mengenai kompetensi yang dimilikinya supaya lebih meningkatkannya lagi.

e. Sebagai bahan informasi bagi para pembaca khususnya mahasiswa pendidikan


(28)

commit to user 10 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Proses Belajar Mengajar (PBM)

a. Pengertian PBM

Proses belajar mengajar (PBM) merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Moh. Uzer Usman (2005: 4) mengatakan “Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu”. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa berupa interaksi edukatif yang merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Di dalam proses belajar mengajar tersirat adanya satu kesatuan kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Antara kedua kegiatan tersebut terjalin interaksi yang saling menunjang.

Djago Tarigan (1990: 38) mengatakan PBM merupakan urat nadi pendidikan, apabila PBM dilaksanakan dengan sempurna akan tercapai tujuan intruksional. Perencanan PBM yang tepat menjamin efisiensi dan efektifitas

serta relevansi. PBM menyangkut perencanaan, pelaksanaan dan

pengevaluasian program intruksional. Semakin mantap pemahaman terhadap PBM semakin mantap pula guru dalam menyusun program instruksional. Penyusunan instruksional yang baik akan mempermudah pelaksanaan PBM serta semakin jelas pula cara dan pelaksanaan evaluasi belajar. Apabila seorang guru memahami PBM maka dengan jelas mereka mengetahui tugas dan kewajibannya sebagai tenaga pengajar.

Berdasarkan pengertian diatas bahwa dalam PBM terdapat proses belajar dan proses mengajar. Proses disini merupakan interaksi semua


(29)

commit to user

komponen atau unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling berhubungan dalam ikatan untuk mencapai tujuan. Komponen dalam belajar mengajar antara lain tujuan instruksional yang hendak dicapai, materi pelajaran, metode mengajar, alat peraga pengajaran, dan evaluasi sebagai alat ukur tercapai tidaknya tujuan. Di dalam PBM siswa mengalami proses belajar berarti mengalami proses perubahan tingkah laku karena adanya interaksi antar individu yaitu siswa dan guru. Keberhasilan belajar dapat diketahui dengan terjadinya perubahan tingkah laku pada diri individu yang belajar, sedangkan proses mengajar dilakukan oleh seorang guru yang pada prinsipnya membimbing siswa dalam proses belajar mengajar. Guru disini dituntut untuk dapat mengorganisasikan kegiatan belajar siswa dan mampu memanfaatkan lingkungan yang menunjang kegiatan belajar mengajar. Jadi, menurut Moh. Uzer Usman bahwa aktivitas guru dalam mengajar serta aktivitas siswa dalam belajar sangat bergantung pada pemahaman guru terhadap mengajar. Mengajar bukan sekedar menyampaikan materi pengetahuan, melainkan terjadinya interaksi manusiawi dengan berbagai aspeknya yang menunjang.

b. Komponen PBM

Menurut Djago Tarigan (1990: 40) ada tujuh komponen PBM yaitu siswa, guru, tujuan, bahan, metode, media, dan evaluasi.

1)Siswa

Siswa merupakan komponen utama dalam setiap PBM karena siswa adalah subjek dan bukan objek dari pengajaran. Siswa perlu mendapat perhatian dari para pengajar atau guru dalam hal minat, bakat, dan juga guru harus mampu membantu siswa ketika mengalami kesulitan-kesulitan salah satunya kesulitan belajar, sehingga siswa dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik.

2)Guru

Guru merupakan salah satu komponen yang memiliki peranan besar dalam proses belajar mengajar. Di dalam kelas guru berperan


(30)

commit to user

sebagai pengajar, menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa. Materi yang akan disampaikan kepada siswa sebelumnya sudah direncanakan dan di olah oleh guru sehingga menjadi bahan yang bermanfaat dan dapat diterima oleh siswanya. Untuk itu guru harus kompeten dan menguasai bidang ilmu yang diajarkan kepada muridnya.

3)Tujuan

Tujuan belajar penting bagi guru dan siswa sendiri. Proses belajar mengajar di kelas terjadi didasarkan kepada pencapaian tujuan pengajaran. Tujuan menyatakan apa yang harus dikuasai, diketahui atau dapat dilakukan oleh peserta didik setelah mereka selesai melakukan kegiatan belajar mengajar. Biasanya tujuan dapat berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap. Tujuan pengajaran sangat menentukan bahan yang harus diajarkan, cara penyampaian bahan dan juga menentukan media yang digunakan. Selain itu, tujuan disusun dan disesuaikan dengan perilaku yang hendaknya dapat dilakukan oleh siswa.

4)Bahan

Bahan biasa disebut dengan materi. Materi disusun dan dibuat berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam pengajaran. Bahan disusun juga harus sesuai dengan taraf perkembangan dan kemampuan siswa. Kemampuan guru dalam menyusun bahan pelajaran sangat berpengaruh terhadap kegiatan belajar siswa.

5)Metode

Metode, cara, atau teknik pengajaran merupakan komponen PBM yang banyak menentukan keberhasilan pengajaran. Guru harus mampu memilih, mengkombinasikan, serta mempraktekan metode yang sesuai dengan situasi dan materi yang diajarkan kepada siswa. Pemilihan materi dan metode pengajaran sangat menentukan keberhasilan PBM. 6)Media

Media digunakan untuk memperjelas dalam penyampaian materi kepada siswa sehingga dapat diterima dengan baik oleh siswa. Media


(31)

commit to user

dipilih harus sesuai dengan materi yang disampaikan dan harus dapat membantu mencapai sasaran belajar.

7)Evaluasi

Evaluasi merupakan tolak ukur keberhasilan PBM. Melalui hasil evaluasi guru dapat mengukur keberhasilan penyusunan dan pelaksanaan pengajaran, sehingga dapat digunakan dalam rangka perbaikan setiap komponen PBM yang ikut berproses. Evaluasi juga digunakan sebagai pengukur keberhasilan siswa dalam belajar.

2. Guru

a. Tugas dan Peranan Guru dalam PBM

Menurut Hamzah (2007: 15) “Guru adalah orang dewasa yang secara sadar yang bertanggunng jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik”. Seorang guru harus memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.

Terdapat seperangkat tugas yang harus dilaksanakan oleh guru berhubungan dengan profesinya sebagai pengajar. Tugas yang berkaitan langsung dengan tugas utamanya, yaitu mengelola proses pembelajaran dengan baik dan tugas lain yang dapat menunjang keberhasilan sebagai guru. Menurut Uzer Usman (2005: 7) terdapat tiga jenis tugas guru, yaitu tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan.

Tugas guru sebagai suatu profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan yang dapat diberikan pada siswa. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah guru harus mampu menjadi orang tua kedua, dapat


(32)

commit to user

memahami peserta didik dengan tugas perkembangannya mulai dari sebagai

makhluk bermain (homoludens), sebagai makhluk remaja/berkarya

(homopither), dan sebagai makhluk berpikir/ dewasa (homosapiens), serta membantu peserta didik dalam mentransformasikan dirinya sebagai upaya pembentukan sikap dan membantu peserta didik dalam mengidentifikasikan diri peserta itu sendiri.

b. Peran guru dalam proses belajar mengajar

Menurut Uzer Usman (2005: 9) peranan guru dalam proses belajar mengajar meliputi “Guru sebagai demonstrator, guru sebagai pengelola kelas, guru sebagai mediator dan fasilitator, dan guru sebagai evaluator”.

1)Guru sebagai demonstrator

Peran guru sebagai demonstrator berarti guru sebagai pengajar menyampaikan materi pelajaran kepada siswa si kelas. Guru harus senantiasa menguasai materi yang akan disampaikan kepada siswa serta mampu memperagakan apa yang diajarkannya secara didaktis, sehingga apa yang disampaikan dapat diterima dan dimiliki oleh siswa. Sebagai pengajar guru harus mampu memotivasi siswa untuk belajar dalam berbagai kesempatan serta guru harus mampu membantu perkembangan anak didik untuk mudah menerima, memahami, dan menguasai ilmu pengetahuan.

2)Guru sebagai pengelola kelas

Peran guru sebagai pengelola kelas berarti mengelola dan mengorganisasikan kelas, menciptakan lingkungan belajar yang baik, menciptakan lingkungan yang dapat merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman, sehingga diharapkan proses belajar dapat berhasil. Guru sebagai menejer di kelas harus mampu memimpin kegiatan belajar yang efektif serta efisien dengan hasil optimal.

3)Guru sebagai mediator dan fasilitator

Di dalam proses belajar mengajar terdapat interaksi antarmanusia, yaitu siswa dan guru. Disinilah peran guru sebagai


(33)

commit to user

mediator yaitu sebagai perantara dalam interaksi tersebut. Guru harus memiliki keterampilan menciptakan secara maksimal kualitas lingkungan yang interaktif. Sebagai fasilitator guru harus mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengaja.

4)Guru sebagai evaluator

Guru memiliki peran sebagai evaluator dalam proses belajar

mengajar. Kegiatan evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui

keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar. Informasi yang diperoleh dari evaluasi merupakan umpan balik yang dijadikan sebagai tolak ukur untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar selanjutnya.

c. Kode Etik Guru

Peranan guru semakin penting dalam era global. Hanya melalui bimbingan guru yang profesional, setiap siswa dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas, kompetetif dan produktif sebagai aset nasional dalam menghadapi persaingan yang makin ketat dan berat sekarang dan dimasa datang. Dalam melaksanakan tugas profesinya guru Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa perlu ditetapkan Kode Etik Guru Indonesia sebagai pedoman bersikap dan berperilaku yang mengejewantah dalam bentuk nilai-nilai moral dan etika dalam jabatan guru sebagai pendidik putera-puteri bangsa.

Kode Etik Guru Indonesia adalah norma dan asas yang disepakati dan diterima oleh guru-guru Indonesia. Kode Etik Guru Indonesia merupakan pedoman sikap dan perilaku bertujuan menempatkan guru sebagai profesi terhormat, mulia, dan bermartabat yang dilindungi undang-undang. Kode Etik Guru Indonesia berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan norma moral yang melandasi pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam hubungannya dengan peserta didik, orangtua/wali siswa, sekolah dan rekan


(34)

commit to user

seprofesi, organisasi profesi, dan pemerintah sesuai dengan nilai-nilai agama, pendidikan, sosial, etika dan kemanusiaan. Kode Etik Guru Indonesia bersumber dari : (1) Nilai-nilai agama dan Pancasila, (2) Nilai-nilai kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional, (3) Nilai-nilai jati diri, harkat dan martabat manusia yang meliputi perkembangan kesehatan jasmaniah, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual.

1)Hubungan guru dengan peserta didik

a) Guru berperilaku secara profesional dalam melaksanakan tuga didik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.

b) Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati dan mengamalkan hak-hak dan kewajiban sebagai individu, warga sekolah, dan anggota masyarakat

c) Guru mengetahui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik secara individual dan masing-masingnya berhak atas layanan pembelajaran.

d) Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan

menggunakannya untuk kepentingan proses kependidikan.

e) Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terus-menerus berusaha menciptakan, memelihara, dan mengembangkan suasana sekolah yang menyenangkan sebagai lingkungan belajar yang efektif dan efisien bagi peserta didik.

f) Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih sayang dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang di luar batas kaidah pendidikan.

g) Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gangguan yang dapat mempengaruhi perkembangan negatif bagi peserta didik.


(35)

commit to user

h) Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya

untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan keseluruhan kepribadiannya, termasuk kemampuannya untuk berkarya.

i) Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-kali merendahkan martabat peserta didiknya.

j) Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didiknya secara adil.

k) Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi kebutuhan dan hak-hak peserta didiknya.

l) Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan penuh perhatian bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya.

m) Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi peserta didiknya dari kondisi-kondisi yang menghambat proses belajar, menimbulkan gangguan kesehatan, dan keamanan.

n) Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi serta didiknya untuk alasan-alasan yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan pendidikan, hukum, kesehatan, dan kemanusiaan.

o) Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan

profesionallnya kepada peserta didik dengan cara-cara yang melanggar norma sosial, kebudayaan, moral, dan agama.

p) Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesional dengan peserta didiknya untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.

2)Hubungan guru dengan masyarakat

a) Guru menjalin komunikasi dan kerjasama yang harmonis, efektif dan efisien dengan masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan pendidikan.


(36)

commit to user

b) Guru mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam

mengembnagkan dan meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran.

c) Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam

masyarakat

d) Guru berkerjasama secara arif dengan masyarakat untuk

meningkatkan prestise dan martabat profesinya.

e) Guru melakukan semua usaha untuk secara bersama-sama dengan masyarakat berperan aktif dalam pendidikan dan meningkatkan kesejahteraan peserta didiknya

f) Guru memberikan pandangan profesional, menjunjung tinggi nilai-nilai agama, hukum, moral, dan kemanusiaan dalam berhubungan dengan masyarakat.

g) Guru tidak boleh membocorkan rahasia sejawat dan peserta didiknya kepada masyarakat.

h) Guru tidak boleh menampilkan diri secara ekslusif dalam kehidupam masyarakat.

3)Hubungan guru dengan profesi

a) Guru menjunjung tinggi jabatan guru sebagai sebuah profesi

b) Guru berusaha mengembangkan dan memajukan disiplin ilmu

pendidikan dan bidang studi yang diajarkan

c) Guru terus menerus meningkatkan kompetensinya

d) Guru menjunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam menjalankan tugas-tugas profesionalnya dan bertanggungjawab atas konsekuensiinya.

e) Guru menerima tugas-tugas sebagai suatu bentuk tanggungjawab, inisiatif individual, dan integritas dalam tindkan-tindakan profesional lainnya.

f) Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan merendahkan martabat profesionalnya.


(37)

commit to user

g) Guru tidak boleh menerima janji, pemberian dan pujian yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan-tindakan proesionalnya

h) Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dengan maksud

menghindari tugas-tugas dan tanggungjawab yang muncul akibat kebijakan baru di bidang pendidikan dan pembelajaran.

3. Kompetensi Guru

a. Pengertian Kompetensi Guru

Berdasarkan Undang-Undang RI No.14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen (Pasal 1, ayat 10) dinyatakan bahwa “Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”.

Syaiful Sagala (2009: 23) mengatakan “Kompetensi merupakan peleburan dari pengetahuan (daya pikir), sikap (daya kalbu), dan keterampilan (daya pisik) yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan”. Menurut Abdul Majid (2006: 4) “Kompetensi adalah seperangkat tindakan inteligen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang tertentu”.

Dari pendapat di atas, maka jelas suatu kompetensi harus didukung oleh pengetahuan, sikap dan apresiasi. Kompetensi merupakan perpaduan dari penguasaan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam melaksanakan tugas/ pekerjaannya. Dapat juga dikatakan bahwa kompetensi merupakan gabungan dari kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat, pemahaman, apresiasi dan harapan yang mendasari karakteristik seseorang untuk berunjuk kerja dalam menjalankan tugas atau pekerjaan guna mencapai standar kualitas dalam pekerjaan nyata.


(38)

commit to user

Oleh karena itu, kompetensi guru dapat diartikan sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk tindakan dan disertai dengan tanggungjawab dalam melaksanakan tugas untuk memangku jabatan guru sebagai profesi. Kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru dan akan menunjukkan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru dan dapat dicapai melalui pengalaman berbahan kajian dan bahan pelajaran secara kontekstual melalui proses pendidikan dalam jangka panjang yang dikaitkan dengan waktu tertentu di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK).

Berdasarkan Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Pasal 10) dinyatakan bahwa “Guru harus memiliki empat jenis kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial”.

b. Kompetensi Pedagogik

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a mengemukakan bahwa “Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya”.

E. Mulyasa (2007: 75) mengemukakan bahwa:

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi sebagai berikut.

1) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan

2) Pemahaman terhadap peserta didik

3) Pengembangan kurikulum/silabus


(39)

commit to user

5) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis

6) Pemanfaatan teknologi pembelajaran

7) Evaluasi hasil belajar

8) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Menurut Syaiful Sagala (2009: 32) mengatakan bahwa:

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik meliputi (1) pemahaman wawasan guru akan landasan dan filsafat pendidikan; (2) guru memahami potensi dan keberagaman peserta didik, sehingga dapat didesain strategi pelayanan belajar sesuai keunikan masing-masing peserta didik; (3) guru mampu mengembangkan kurikulum atau silabus baik dalam bentuk dokumen maupun implementasi dalam bentuk pengalaman belajar; (4) guru mampu menyusun rencana dan strategi pembelajaran berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar; (5) mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik dengan suasana dialogis dan interaktif. Sehingga pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan; (6) mampu melakukan evaluasi hasil belajar dengan memenuhi prosedur dan standar yanng dipersyaratkan; dan (7) mampu mengembangkan bakat dan minat peserta didik melalui kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Dari berbagai pendapat diatas jelas bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan penguasan dalam ilmu pendidikan; ilmu pengajaran. Seorang guru dikatakan mempunyai kompetensi pedagogik minimal apabila guru telah menguasai bidang studi tertentu, ilmu pendidikan, baik metode mengajar, maupun pendekatan pembelajaran. Selain itu kemampuan pedagogik juga ditunjukkan pula dalam kemampuan guru untuk membantu,

membimbing, dan memimpin. Kompetensi guru dalam bidang pedagogik

sangat luas sehingga perlu ditentukan indikator-indikator yang jelas agar seorang guru dapat mengetahui kewajibannya sebagai seorang pendidik untuk menguasai hal tersebut.


(40)

commit to user

Berdasarkan instrument penilaian kompetensi pedagogik, aspek yang dinilai meliputi perancangan pembelajaran. Perancangan pembelajaran adalah menyusun langkah-langkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dalam upaya untuk membelajarkan siswa. Menurut unit PPL (2010: 55) indikator perancangan pembelajaran yang biasa disebut dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) meliputi:

1) Perumusan tujuan pembelajaran

a) Kejelasan perumusan

b) Kelengkapan cakupan perumusan

c) Kesesuaian dengan kompetensi dasar

2) Pemilihan dan pengorganisasian materi ajar

a) Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran

b) Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik c) Keruntutan dan sistematika materi

d) Kesesuaian materi dengan alokasi waktu

3) Pemilihan sumber belajar/ media pembelajaran

a) Kesesuaian sumber belajar/ media pembelajaran dengan tujuan pembelajaran

b) Kesesuaian sumber belajar/ media pembelajaran dengan materi pembelajaran

c) Kesesuaian sumber belajar/ media pembelajaran dengan

karakteristik pesrta didik

4) Kegiatan pembelajaran

a) Kesesuaian strategi dan metode pembelajaran dengan tujuan

pembelajaran

b) Kesesuaian strategi dan metode pembelajaran dengan materi

pembelajaran

c) Kesesuaian strategi dan metode pembelajaran dengan karakteristik peserta didik

d) Kelengkapan langkah-langkah dalam setiap tahapan pembelajaran dan kesesuaian alokasi waktu

5) Penilaian hasil belajar

a) Kesesuaian teknik penilaian dengan tujuan pembelajaran b) Kejelasan prosedur penilaian

c) Kelengkapan instrumen

c. Kompetensi Profesional

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir c, mengemukakan bahwa “Kompetensi profesional adalah kemampuan


(41)

commit to user

penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan”.

Trianto (2006: 71) mengatakan “Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pengajaran secara luas dan mendalam. Guru harus memiliki pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan serta sikap yang mantap dan memadai sehingga mampu mengelola proses pembelajaran secara efektif “.

Menurut Usman (2005:9) “Melalui peranannya sebagai

demonstrator, pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau

materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa

mengembangkannya”. Mengembangkan artinya meningkatkan

kemampuannya dalam hal ilmu yang dimiliki karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai siswa.

Sudjana (2005: 71) mengatakan bahwa:

Menguasai bahan yang akan diajarkan merupakan kemampuan yang mutlak bagi guru. Tanpa penguasaan bahan sebenarnya guru tidak dapat mengajar dengan baik. Misalnya guru yang tidak menguasai bahan ajar maka dalam mengajarnya dengan cara mendikte siswa secara terus menerus, menyuruh siswa menyalin dari buku bacaan, membacakan bahan dari sumber buku sehingga menyebabkan siswa merasa bosan.

Menguasai bahan pelajaran merupakan bagian dari pengetahuan yang harus dimiliki guru. Kemampuan seorang guru dalam menguasai bahan pelajaran sebagai bagian integral dari proses belajar mengajar. Guru yang bertaraf profesional mutlak harus menguasai bahan yang diajarkannya.

Menurut Usman, (2005: 74) ada 8 (delapan) keterampilan dasar mengajar bagi seorang guru profesional yaitu:


(42)

commit to user 1) Keterampilan bertanya (Questioning Skills)

Dalam proses belajar mengajar bertanya memainkan peranan penting sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat pula akan berdampak positif terhadap siswa. Keterampilan dan kelancaran bertanya guru perlu dilatih dan ditingkatkan yang mencakup isi pertanyaannya dan teknik berntanya.

2) Keterampilan memberi penguatan (Reinforcement Skills)

Penguatan adalah segala bentuk respon, apakah bersifat verbal maupun non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa yang bertujuan memberikan informasi atau umpan balik bagi si penerima atas pembuatannya sebagai suatu tindak dorongan ataupun koreksi.

3) Keterampilan mengadakan variasi (Variation Skills)

Variasi adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid sehingga dalam situasi belajar mengajar murid senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi.

4) Keterampilan menjelaskan (Explaning Skills)

Keterampilan menjelaskan ialah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya. Penyampaian materi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok kegiatan ciri utama dalam kegiatan menjelaskan.

5) Keterampilan membuka dan menutup pelajaran (Set Induction and

Closure)

Set Induction ialah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prokondisi bagi murid agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar.

Sedangkan kegiatan menutup adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau KBM. Bentuk usaha guru dalam mengakhiri pelajaran adalah dengan merangkum atau membuat garis besar persoalan yang baru dibahas, mengonsolidasikan perhatian siswa, mengorganisasi semua kegiatan pengajaran, dan memberikan


(43)

commit to user

tindak lanjut biasanya berupa saran-saran, ajakan kepada siswa agar materi dipelajari lagi dan pemberian tugas rumah (PR).

6) Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil

Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah.

7) Keterampilan mengelola kelas

Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk

menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar.

8) Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan

Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa maupun antara siswa dan siswa.

Menurut unit PPL (2010: 57) menyebutkan bahwa penilaian kompetensi profesional (lembar praktik mengajar), aspek yang diamati mencakup:

1) Kemampuan membuka pembelajaran

2) Penguasaan materi pembelajaran

3) Strategi metode pembelajaran

4) Pemanfaatan media sumber pembelajaran

5) Pembelajaran yang memicu diri memelihara keterlibatan siswa 6) Penilaian proses dan hasil belajar

7) Penggunaan bahasa

8) Kemampuan menutup pembelajaran

d. Kompetensi Kepribadian

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b, mengemukakan bahwa “Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan wibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia”.


(44)

commit to user

Pribadi guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pendidikan, khususnya dalam kegiatan pembelajaran. Pribadi guru juga sangat berperan dalam membentuk pribadi peserta didik. Ini dapat dimaklumi karena manusia merupakan makhluk yang suka mencontoh, termasuk mencontoh pribadi gurunya dalam membentuk pribadinya. Semua itu menunjukan bahwa kompetensi personal atau kepribadian guru sangat dibutuhkan oleh peserta didik dalam proses pembentukan pribadinya.

Kompetensi kepribadian sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadi para peserta didik. Kompetensi kepribadian ini memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM), serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan negara, dan bangsa pada umumnya. Setiap guru dituntut untuk memiliki kompetensi kepribadian yang memadai, bahkan kompetensi ini akan melandasi atau menjadi landasan bagi kompetensi- kompetensi lainnya. Dalam hal ini, guru tidak hanya dituntut untuk mampu memaknai pembelajaran, tetapi dan yang paling penting adalah bagaimana dia menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik.

Menurut Unit PPL (2010: 59) menjelaskan bahwa penilaian kompetensi kepribadian aspek yang diamati adalah mencakup indikator kompetensi kepribadian diantaranya:

1) Kesamaan dan kesupelan

2) Kekritisan dan kreativitas

3) Ketenangan dan kepercayaan diri

4) Kesopanan dan kelancaran berbicara

5) Kehangatan dalam komunikasi

6) Kematangan / kedewasaan

7) Kesahajaan, kerapian dan kesopanan dalam penampilan


(45)

commit to user

e. Kompetensi Sosial

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d, mengemukakan bahwa “Kompetensi sosial adalah kemampuan sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/ wali peserta didik, dan masyarakat sekitar”.

E. Mulyasa (2007:92) menguraikan bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat, yang sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk :

1) Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat.

2) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara

fungsional.

3) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua / wali peserta didik, dan

4) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.

Guru adalah makhluk sosial, yang dalam kehidupannya tidak bisa terlepas dari kehidupan sosial masyarakat dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang memadai, terutama dalam kaitanya dengan pendidikan, yang tidak terbatas pada pembelajaran di sekolah tetapi juga pada pendidikan yang terjadi dan berlangsung di masyarakat. Guru dalam lingkungan sosial merupakan figure sentral yang menjadi standar (tolak ukur) bagi masyarakat untuk mengambil keteladanannya. Hal ini menunutt guru berperan secara proporsional dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga guru harus memiliki kemampuan untuk hidup bermasyarakat dengan baik. Keterlibatan guru dalam kehidupan masyarakat akan menjadi panutan bagi peserta didik.

Unit PPL (2010: 60) menjelaskan bahwa aspek yang diamati dalam penilaian kompetensi sosial (lembar supervisi kompetensi sosial) mencakup:


(46)

commit to user

1) Kesimpatian dan keempatian pada peserta didik, teman sejawat.

2) Kepatuhan terhadap keputusan bersama.

3) Kerjasama dengan teman sejawat.

4) Kerjasama dengan peserta didik. 5) Ketertiban di lingkungan sekolah.

6) Rasa hormat / penghargaan pada orang lain. 4. Persepsi

a. Pengertian Persepsi

Menurut Desiderato dalam Jalaluddin Rahmat (2001: 51), “Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimulus indrawai (sensory stimuly)”.

Bimo Walgito (2004: 88) mengatakan bahwa “Persepsi itu merupakan pengorganisasian, penginterprestasian, terhadap stimulus yang diinderanya sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan respon yang intergrated dalam diri individu”. Sementara Slameto (2003: 102) mengatakan bahwa “Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat indranya, yaitu indra penglihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium”.

Sondang P. Siagian (2004: 100) mengemukakan bahwa “Pesepsi adalah proses seseorang mengorganisasikan dan menginterprestasikan kesan-kesan sensorinya dalam usahanya memberikan sesuatu makna tertentu kepada lingkungannya”.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi adalah suatu proses pemberian arti oleh individu atau seseorang yang didahului oleh proses penginderaan untuk memahami dunia sekitarnya yaitu dengan cara memahami, mengorganisasi dan menafsirkan


(47)

commit to user

suatu stimulus hingga memungkinkan individu untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek, situasi atau peristiwa yang dapat mempengaruhi perilaku. Dengan persepsi individu akan menyadari tentang keadaan disekitarnya juga keadaan diri sendiri. Dalam memandang objek atau peristiwa yang sama, pengertian yang ditangkap oleh orang lain mungkin berbeda. Objek sekitar yang ditangkap dengan alat indera, kemudian diproyeksikan pada bagian-bagian tertentu di otak sehingga orang bisa mengamati objek tersebut.

b. Syarat Terjadinya Persepsi

Bimo Walgito (2004: 89) mengemukakan bahwa ada tiga syarat sebelum individu mengadakan persepsi, yaitu:

1) Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor, namun sebagian terbesar stimulus datang dari luar individu. 2) Alat indera, syaraf dan pusat susunan syaraf

Alat indra atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus, disamping itu pula harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.

3) Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya peratian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktifitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.

Ketiga faktor tersebut akan berperan dalam pembentukan sebuah persepsi dalam diri seseorang, terjadinya persepsi adalah karena adanya objek atau stimulus yang merangsang untuk ditangkap oleh panca indra (objek atau stimulus tersebut menjadi perhatian panca indra), kemudian objek perhatian tadi dibawa ke otak. Dari otak terjadi kesan adanya stimulus, kesan


(48)

commit to user

dikembalikan ke indra berupa tanggapan atauu persepsi atau hasil kerja indra berupa pengalaman hasil pengolahan otak.

c. Proses Terjadinya Persepsi

Proses persepsi adalah peristiwa dua arah yaitu sebagai hasil aksi dan reaksi. Menurut Bimo Walgito (2004: 90), terjadinya persepsi melalui suatu proses, yaitu melalui beberapa tahap sebagai berikut:

1) Suatu objek atau sasaran menimbulkan stimulus, selanjutnya stimulus tersebut ditangkap oleh alat indera. Proses ini berlangsung secara alami dan berkaitan dengan segi fisik. Proses tersebut dinamakan proses kealaman.

2) Stimulus suatu objek yang diterima oleh alat indera, kemudian disalurkan ke otak melalui syaraf sensoris. Proses pentransferan stimulus ke otak disebut proses psikologis, yaitu berfungsinya alat indera secara normal, dan

3) Otak selanjutnya memproses stimulus hingga individu menyadari objek yang diterima oleh alat inderanya. Proses ini juga disebut proses psikologis.

Dalam hal ini terjadilah adanya proses persepsi yaitu suatu proses dimana individu mengetahui dan menyadari suatu objek berdasarkan stimulus yang mengenai alat inderanya.

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Proses terbentuknya persepsi sangat kompleks, dan ditentukan oleh dinamika yang terjadi dalam diri seseorang ketika ia mendengar, mencium, melihat, merasa, atau bagaimana dia memandang suatu objek dalam melibatkan aspek psikologis dan panca inderanya.

Menurut David Krech dan Ricard crutcfield dalam Jalaludin Rahmat (2003: 55) faktor-faktor yang menentukan persepsi dibagi menjadi dua yaitu faktor fungsional dan faktor struktural.


(49)

commit to user 1) Faktor Fungsional

Faktor fungsional adalah faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Faktor fungsional yang menentukan persepsi adalah obyek-obyek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi.

2) Faktor Struktural

Faktor struktural adalah faktor-faktor yang berasal semata-mata dari sifat stimulus fisik terhadap efek-efek syaraf yang ditimbulkan pada sistem saraf individu. Faktor-faktor struktural yang menentukan persepsi menurut teori Gestalt bila kita ingin memahami suatu peristiwa kita tidak dapat meneliti faktor-faktor yang terpisah tetapi memandangnya dalam hubungan keseluruhan.

Tertarik tidaknya individu untuk memperhatikan stimulus

dipengaruhi oleh dua faktor yaitu: 1) Faktor eksternal

(a) Gerakan, seperti organisasi lain, bahwa manusia secara visual tertarik pada obyek-obyek yang bergerak. Contohnya kita senang melihat huruf dalam display yang bergerak menampilkan nama barang yang diiklankan.

(b) Intensitas stimuli, dimana kita akan memperhatikan stimuli yang lebih menonjolkan dari stimuli yang lain.

(c) Kebaruan (novelty), bahwa hal-hal baru, yang luar biasa, yang berbeda akan lebih menarik perhatian.

(d) Perulangan, hal-hal yang disajikan berkali-kali, bila disertai dengan variasi, akan menarik perhatian.

2) Faktor internal

(b) Kebiasaan, kecenderungan untuk mempertahankan pola berpikir tertentu, atau melihat masalah hanya dari satu sisi saja, atau kepercayaan yang berlebihan dan tanpa kritis pada pendapat otoritas.

(c) Minat, suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhannya sendiri.

(d) Emosi, sebagai manusia yang utuh, kita tidak dapat

mengesampingkan emosi, walaupun emosi bukan hambatan utama. Tetapi bila emosi itu sudah mencapai intensitas yang begitu tinggi


(50)

commit to user

akan mengakibatkan stress, yang mennyebabkan sulit berpikir efisien.

(e) Keadaan biologis, misalnya keadaan lapar, maka seluruh pikiran didominasi oleh makanan. Sedangkan bagi orang yang kenyang akan menaruh perhatian pada hal-hal lain. Kebutuhan biologis menyebabkan persepsi yang berbeda.

Jadi persepsi yang dimiliki seseorang akan berbeda antara satu dengan yang lainnya, perbedaan persepsi tersebut disebabkan perbedaan karakteristik pribadi yang dimiliki masing-masing individu, yaitu sifat, kepribadian, motif, kepentingan, pengalaman masa lalu dan harapan.

e. Persepsi Siswa dan Guru Pamong

Persepsi merupakan proses pengamatan seseorang terhadap gejala sesuatu obyek atau stimulus yang diterima dari lingkungannya dengan menggunakan inderanya masing-masing individu untuk menginterpretasikan terhadap stimulus tersebut dengan cara yang berbeda-beda. Artinya persepsi tersebut bersifat subjektif karena seseorang dalam mengungkapkan kembali terhadap objek rangsangan yang diterima berdasarkan pada kemampuan diri masing-masing individu. Persepsi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah persepsi siswa dan guru pamong terhadap kompetensi mahasiswa PPL pendidikan akuntansi FKIP UNS tahun 2010 di SMA Negeri Se Kota Surakarta.

Menurut UU No.20/2003, “Peserta didik atau siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan portensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu”. Siswa dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri di Surakarta tempat pelaksanaan PPL, sedangkan yang dimaksud dengan persepsi siswa dalam penelitian ini adalah interpretasi atau penilaian siswa tentang kompetensi yang dimiliki mahasiswa PPL atau calon guru selama praktik di sekolah.


(1)

commit to user

68

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A.

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan

pada bab sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut:

1.

Persepsi siswa terhadap kompetensi kompetensi mahasiswa PPL Pendidikan

Akuntansi FKIP UNS di SMA Negeri Se Kota Surakarta tahun 2010 sebagai

berikut:

a.

Kompetensi pedagogik mahasiswa PPL termasuk kategori baik. Hal ini

dapat dilihat dari besarnya persentase pencapaian skor angket sebesar

69,31%.

b.

Kompetensi profesional mahasiswa PPL termasuk kategori baik. Hal ini

dapat dilihat dari besarnya persentase pencapaian skor angket sebesar

67,58%.

c.

Kompetensi kepribadian mahasiswa PPL termasuk kategori baik. Hal ini

dapat dilihat dari besarnya persentase pencapaian skor angket sebesar

71,52%.

d.

Kompetensi sosial mahasiswa PPL termasuk kategori baik. Hal ini dapat

dilihat dari besarnya persentase pencapaian skor angket sebesar 71,72%.

2.

Persepsi guru pamong terhadap kompetensi kompetensi mahasiswa PPL

Pendidikan Akuntansi FKIP UNS di SMA Negeri Se Kota Surakarta tahun

2010 sebagai berikut:

a.

Kompetensi pedagogik mahasiswa PPL termasuk kategori baik. Hal ini

dapat dilihat dari besarnya persentase pencapaian skor angket sebesar

75%.


(2)

commit to user

b.

Kompetensi profesional mahasiswa PPL termasuk kategori baik. Hal ini

dapat dilihat dari besarnya persentase pencapaian skor angket sebesar

75,83%.

c.

Kompetensi kepribadian mahasiswa PPL termasuk kategori baik. Hal ini

dapat dilihat dari besarnya persentase pencapaian skor angket sebesar

76,67%.

d.

Kompetensi sosial mahasiswa PPL termasuk kategori baik. Hal ini dapat

dilihat dari besarnya persentase pencapaian skor angket sebesar 80,56%.

B.

Implikasi

Berdasarkan pada landasan teori dan hasil penelitian ini, maka dapat

disampaikan implikasi teoritis maupun praktis sebagai berikut:

1.

Implikasi Teoritis

Secara teori mahasiswa PPL merupakan seorang calon guru yang baru

dalam taraf belajar menguasai kompetensi yang dimiliki seorang guru dan belajar

menjalankan profesionalnya sebagai guru. Majid (2005:6) menjelaskan bahwa

kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru dalam

mengajar. Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru meliputi kompetensi

pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial.

Keempat kompetensi tersebut harus dikuasai supaya dapat menjalankan fungsi

dan tanggungjawabnya sebagi guru yang profesional.

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memperkaya khasanah

pengetahuan mengenai kompetensi guru yang harus dikuasai bagi calon guru

maupun yang sudah menjadi guru supaya lebih meningkatkan kompetensinya

yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi professional, kompetensi kepribadian

maupun kopetensi sosial. Di samping itu, hasil penelitian ini daharapkan dapat

digunakan sebagai dasar pengembangan pada penelitian selanjutnya.


(3)

commit to user

2.

Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan masukan

mengenai gambaran kompetensi yang dimiliki mahasiswa PPL pendidikan

akuntansi di SMA Se Kota Surakarta tahun 2010, baik bagi Program Studi

Ekonomi BKK Akuntansi maupun SMA Negeri di Surakarta. Berdasarkan hasil

penelitian ini dapat diketahui bahwa persepsi siswa dan guru pamong terhadap

kompetensi mahasiswa PPL Pendidikan Akuntansi di SMA Negeri Se Kota

Surakarta menyebutkan bahwa mahasiswa PPL sudah memiliki kompetensi yang

baik, baik kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi

kepribadian, dan kompetensi sosial, sehingga mahasiswa PPL sudah memiliki

bekal yang cukup untuk terjun ke masyarakat menjadi calon guru yang

profesional.

C.

Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi di atas, maka ada beberapa saran

yang perlu disampaikan antara lain:

1.

Untuk FKIP (Unit PPL)

Bagi FKIP diharapkan untuk meninjau kembali progam pembekalan yang

diberikan kepada mahasiswa yang akan melaksanakan PPL terkait dengan

waktu pembekalan, materi pembekalan serta strategi yang digunakan

dalam kegiatan pembekalan, sehingga mengarah kepada penyiapan

mahasiswa PPL yang memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi social dan kompetensi profesional sudah baik

agar mahasiswa mampu melaksanakan kegiatan PPL secara baik sesuai

tujuan dan harapan sekolah-sekolah di mana mereka melaksanakan

kegiatan PPL.

2.

Untuk Mahasiswa PPL

Bagi para mahasiswa yang akan melaksanakan PPL sebaiknya

mempersiapkan pembelajaran dengan baik dan berkonsultasi secara efektif


(4)

commit to user

dengan dosen pembimbing maupun guru pamong. Selain itu mahasiswa

PPL sebaiknya lebih giat mempelajari materi secara luas dan mendalam

sehingga mampu mengajar dengan baik. Mahasiswa PPL harus dapat

menciptakan situasi belajar yang kondusif, menyenangkan dengan

menggunakan metode yang kreatif dan inovatif sehingga siswa aktif

mengikuti pembelajaran. Mahasiswa PPL juga harus belajar untuk

memahami karakter siswa serta berusaha meningkatkan kerja sama dengan

guru dan karyawan yang ada di sekolah agar pada akhirnya kegiatan PPL

dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

3.

Untuk Sekolah Mitra

Bagi sekolah mitra harus dapat memilih guru pamong yang sudah

kompeten sehingga dapat membimbing mahasiswa PPL dengan baik.

Sekolah harus selalu memantau kegiatan mahasiswa PPL dan memberi

sanksi tegas ketika ada pelanggaran yang dilakukan oleh mahasiswa PPL.


(5)

commit to user

72

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

Bimo Walgito. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset

Cipta

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Djago Tarigan. 1990. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Angkasa

Hamzah B. Uno. 2007. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara

http: //gurukreatif. wordpress. com/2009/11/06/10-ciri-guru-profesional/, 23 Feb

2011

http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology/1837978-definisi-persepsi/

Jalaluddin Rahmat. 2002. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya

M. Uzer Usman. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

Mardalis. 2004. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi

Aksara

Muhammad Ali. 1993. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung:

Angkasa

Mulyasa, M.Pd. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung : PT

Remaja Rosdakarya

Muwahidin. 2006. Persepsi Siswa SMP dan SMA Tentang Profil Mahasiswa PPL

Jurusan Biologi UNNES Yang Ideal Di Kota Semarang. Semarang :

Universitas Negeri Semarang

Nana Sudjana. 2005. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar

Baru Algesindo

Nurul Hafidhoh. 2007. Persepsi Guru Pamong Terhadap Pelaksanaan Praktik

Pengalaman Lapangan (PPL) Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas

Negeri Semarang Di SMK Se Kota Semarang Tahun 2006/2007.


(6)

commit to user

Oemar Hamalik. 2002. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi.

Jakarta : Bumi Aksara

Slamet Widodo. 2004. Metodologi Penelitian. Surakarta: UNS Press

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta

Sondang P. Siagian. 2004. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Rineka

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,

dan R&D. Bandung : Alfabeta

Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

Sutrisno Hadi. 2004. Metodologi Reserch. Yogyakarta: Andi Offset

Syaiful Sagala. 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.

Bandung: Alfabeta

Tim FKIP UNS. 2007. Pedoman Akademik Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan. Surakarta: UNS

Trianto. 2006. Tinjauan Yuridis Hak Serta Kewajiban Pendidik Menurut UU

Guru dan Dosen. Jakarta: Prestasi Pustaka

Undang-Undang Guru dan Dosen. 2006. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Unit PPL. 2010. Pedoman Program Pengalaman Lapangan PPL Mahasiswa S1

FKIP UNS. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

Winarno Surakhmad. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar Metoda Teknik.

Bandung: Tarsito