Rasio prevalensi dan hubungan pengaruh lingkungan sosial remaja di Kota

Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009. daripada yang tidak tahu. Hal ini tidak sesuai dengan teori WHO dalam Notoatmodjo 2003 yang menjelaskan salah satu alasan pokok seseorang berperilaku adalah pemikiran dan perasaan thoughts and feeling yang berarti seseorang yang merokok akan mempertimbangkan untung rugi dan manfaat mereka merokok. Penjelasan mengapa remaja tetap merokok sedangkan mereka tahu bahaya merokok karena bahaya merokok terhadap kesehatan bukan merupakan sesuatu yang langsung dapat dilihat atau dirasakan, tetapi merupakan akumulasi dari proses yang bertahun-tahun lamanya. Bahaya merokok terhadap kesehatan gigi dan mulut tidak dicantumkan dalam iklan rokok, hal ini yang mungkin menyebabkan rasio prevalensi merokoknya lebih rendah yaitu 1,58 p=0,007 dibandingkan dengan rasio prevalensi terhadap kesehatan yaitu 2,22 p=0,001. Akibat merokok terhadap kesehatan gigi dan mulut yang lebih mudah dan cepat dirasakan perokok yaitu bau mulut yang tidak sedap dan steinbercak hitam pada gigi.

5.1.2. Rasio prevalensi dan hubungan pengaruh lingkungan sosial remaja di Kota

Medan dengan kebiasaan merokok Hasil penelitian menunjukkan remaja yang orang tuanya merokok 35,79 memiliki kebiasaan merokok Tabel 4.7. Rasio prevalensi pengaruh orang tua merokok dengan kebiasaan merokok adalah 1,38 dan secara statistik menunjukkan hubungan yang bermakna p=0,038. Hasil ini menunjukkan orang tua merupakan tokoh yang menjadi acuan remaja, sesuai dengan teori Lawrence Green 1980 dalam Glanz K 2002, yang menyebutkan salah satu faktor utama yang mempengaruhi perilaku kesehatan adalah reinforcing factors yang meliputi sikap dan perilaku tokoh yang menjadi acuan seperti orang tua. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009. Hasil penelitian menunjukkan remaja yang saudara serumahnya merokok 36,94 memiliki kebiasaan merokok. Rasio prevalensi pengaruh saudara serumah merokok dengan kebiasaan merokok adalah 1,43 dan menunjukkan hubungan yang bermakna p=0,02. Hasil ini menunjukkan bahwa saudara serumah yang merokok juga dapat menjadi referensi remaja untuk memulai merokok. Hal ini sesuai dengan teori WHO dalam Notoatmodjo 2003, yang menyebutkan alasan pokok orang berperilaku adalah adanya referensi dari seseorang yang dipercayai personal reference seperti saudara. Hasil penelitian menunjukkan remaja yang teman dekatnya merokok 35,21 memiliki kebiasaan merokok. Rasio prevalensi pengaruh teman merokok dengan kebiasaan merokok remaja adalah 1,49 dan secara statistik mempunyai hubungan yang bermakna p=0,012. Besarnya pengaruh teman merokok ini dikarenakan remaja SMA lebih banyak menghabiskan waktunya di luar rumah bersama teman-temanya dibandingkan bersama keluarganya, sehingga pengaruh teman dirasakan sangat besar bagi perkembangan remaja. Hasil penelitian menunjukkan remaja yang mengaku iklan rokok mempengaruhi mereka untuk mencoba merokok sebesar 33,85 memiliki kebiasaan merokok. Rasio prevalensi pengaruh iklan rokok dengan kebiasaan merokok adalah 1,42 dan secara statistik mempunyai hubungan yang bermakna p=0,034. Hasil ini menunjukkan bahwa iklan rokok sudah sangat gencar, baik melalui media cetak naupun elektronik. Bahkan tidak sedikit kegiatan remaja, seperti kegiatan olah raga dan konser musik yang disponsori oleh rokok. Cara pemasaran rokok juga dirasakan sangat menarik, yaitu dengan dipakainya gadis-gadis cantik yang berpakaian sangat menarik sebagai sales promotion girl SPG untuk menjual rokok kepada remaja khususnya. Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.

5.2. Hubungan kebiasaan merokok dengan status penyakit periodontal pada