Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
5.2. Hubungan kebiasaan merokok dengan status penyakit periodontal pada
remaja di Kota Medan Rerata indeks oral higiene IOH responden yang tidak merokok adalah 2,157 ±
1,422, sedangkan yang merokok reratanya lebih besar yaitu 2,742 ± 1,893. Hasil statistik menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara IOH responden yang tidak merokok
dengan yang merokok. Hasil ini sesuai dengan penelitian Quee TC 2002 yang menyatakan merokok dapat memperburuk status oral higiene seorang individu, yang juga
bertindak sebagai ko-faktor terjadinya gingivitis dan periodontitis. Akumulasi plak dalam rongga mulut pada perokok juga lebih besar daripada yang bukan perokok.
Rerata indeks periodontal IP responden yang tidak merokok adalah 0,617 ± 0,689, hasil ini menunjukkan kondisi klinis responden yang tidak merokok dalam tingkatan
gigngivitis sederhana, sedangkan untuk responden yang merokok reratanya lebih besar yaitu 1,132 ± 1,031, menunjukkan kondisi klinis dalam tingkatan tahap awal penyakit
periodontal. Hasil statistik menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara IP responden yang tidak merokok dengan yang merokok. Hasil ini juga sesuai dengan
penelitian Tomar dan Asma 1999 dari NHANES III yang menyatakan perokok yang menghisap 9 batang rokok perhari kemungkinan untuk menderita periodontitis 2,8 kali
daripada yang tidak merokok. Ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Lubis S 1999 dalam Kasim E 2001 bahwa asap rokok mempunyai efek terhadap aliran saliva,
aliran saliva akan bertambah selama periode merokok. Pertambahan aliran saliva menambah pH dan konsentrasi kalsium pada saliva yang juga menyebabkan pertambahan
kalsium fosfat sehingga dengan meningkatnya konsentrasi kalsium menyebabkan
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
terjadinya mineralisasi plak. Perlekatan plak yang merupakan awal terbentukya kalkulus, yang jumlahnya lebih besar dijumpai pada perokok akan memperburuk status kebersihan
mulut seorang individu, yang kemudian merupakan ko-faktor terjadinya penyakit periodontal.
Secara persentase hubungan antara jenis perokok dengan indeks oral higiene dan indeks periodontal menunjukkan kecendrungan peningkatan pada setiap jenis perokok,
tetapi secara statistik hubungan antara jenis perokok dengan indeks oral higiene dan indeks periodontal tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Hal ini mungkin dikarenakan
data pada perokok sedang dan berat sangat kecil yaitu sebesar 9 dan 4 orang, dibandingkan dengan data perokok ringan yaitu sebesar 110 orang.
5.3. Gambaran karakteristik merokok pada perokok remaja di Kota Medan