Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
b. Poket
Poket yaitu celah antara gigi dan gusi yang diartikan sebagai sulkus gingival yang bertambah dalam secara patologis sulkus gingiva yang normal mempunyai kedalaman
2-3 mm. Pengukuran kedalaman poket merupakan bagian penting diagnosa periodontitis. Bertambahnya kedalaman sulkus gingiva yang normal bisa disebabkan
oleh : 1 bergeraknya tepi gingival kearah koronal akibat adanya inflamasi gingiva, 2 bergeraknya perlekatan epitel penyatu kearah apikal, dan 3 kombinasi keduanya.
Poket dengan kedalaman 4 mm menunjukkan adanya periodontitis tahap awal. c.
Resesi gingiva Resesi gingiva atau tersingkapnya akar dapat menyertai periodontitis kronis tetapi
tidak selalu merupakan tanda penyakit. Bila ada resesi, pengukuran kedalaman poket hanya merupakan cerminan sebagian dari jumlah kerusakan
periodontal seluruhnya.
2.5. Indeks Oral Higiene dan Penyakit Periodontal
Untuk mengukur prevalens penyakit, keparahan, serta kaitannya dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya diperlukan suatu alat ukur yang dikenal sebagai indeks.
Indeks tersebut merupakan alat ukur yang objektif terhadap gambaran spesifik penyakit atau hal-hal yang berkaitan dengannya pada seseorang atau kelompok orang lainnya.
Adapun indeks-indeks penyakit periodontal dan oral higiene yang telah dikembangkan antara lain Natamiharja L, 1999 : Indeks Periodontal oleh Russel 1956, Indeks Penyakit
Periodontal oleh Ramford 1959, Indeks oral higiene oleh Green dan Vermillion 1960
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
dan lain sebagainya. Indeks pengukuran yang dipakai pada penelitian ini adalah Indeks Penyakit Periodontal Ramfyord. Indeks ini dipakai untuk mengukur status penyakit
periodontal yang terdiri atas komponen: Indeks Periodontal, Plak dan Kalkulus.
2.6. Landasan Teori
Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis prilaku kesehatan adalah model PRECEDE-PROCEED dari Lawrence Green 1980 dalam Glanz K 2002.
Gambar 2.1. Model Perencanaan PRECEDE-PROCEED Green L dalam Glanz K, 2002 Gambar 2.1. menunjukkan bahwa perilaku kesehatan yang nantinya akan
mempengaruhi kualitas hidup seseorang dipengaruhi oleh faktor predisposing, reinforcing dan enabling, yang ketiga faktor ini dibentuk dari adanya pendidikan kesehatan. Adapun
yang termasuk faktor predisposing alasan remaja merokok adalah pengetahuan remaja tentang bahaya merokok; alasan psikologis remaja merokok seperti pengaruh perasaan
Promosi kesehatan Faktor
predisposisi predisposing
factors
Faktor penguat
reinforcing factors
Faktor pemungkin
enabling factors
Perilaku dan cara hidup
Lingkungan Kesehatan
Kualitas hidup
Pendidikan kesehatan
Peraturan kebijakan
organisasi
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
positif, pengaruh perasaan negarif, adiktif, kebiasaan dan gengsi. Faktor reinforcing dalam alasan remaja merokok adalah pengaruh lingkungan sosial seperti orang tua yang merokok,
saudara serumah yang merokok, teman yang merokok, iklan yang menampilkan tokoh- tokoh idola remaja. Faktor enabling yang menjadi alasan remaja merokok adalah
banyaknya rokok yang dijual bebas, tanpa membatasi usia pembeli rokok, kemampuan atau biaya untuk membeli rokok dan lain-lain. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau
memungkinkan remaja dapat dengan bebas memperoleh rokok dan menjadi perokok, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung atau faktor pemungkin.
Teori WHO dalam Notoatmodjo S 2003, juga menjelaskan 4 alasan pokok mengapa seseorang berperilaku, yaitu :
a. Pemikiran dan perasaan thoughts and feeling
Hasil pemikiran dan perasaan seseorang, atau lebih tepat diartikan pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus, merupakan modal awal untuk bertindak atau
berperilaku. Seseorang yang merokok, akan mempertimbangkan untung rugi dan manfaatnya.
b. Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang dipercayai personal
references. Di dalam masyarakat, di mana sikap paternalistik masih kuat, maka perubahan
perilaku masyarakat tergantung pada perilaku acuan referensi yang pada umumnya adalah para tokoh masyarakat setempat. Seseoarang yang merokok biasanya melihat
orang di lingkungannya merokok.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
c. Sumber daya resources
Faktor ini merupakan pendukung terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Jika dibandingkan dengan teori Green, sumber daya ini adalah sama dengan faktor
enabling. Seseorang akan merokok bila mempunyai dana untuk membeli rokok. d.
Sosio budaya culture Sosio budaya setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku
seseorang. Hal ini dapat kita lihat dari perilaku tiap-tiap etnis di Indonesia yang berbeda-beda, karena memang masing-masing etnis mempunyai budaya yang khas.
Teori Fishbein 1993 dalam Glanz K dkk 2002, mengemukakan tentang alasan mengapa seseorang berperilaku, dalam Gambar 2.2.:
Gambar 2.2. Teori Alasan Berperilaku Fishbein dalam Glanz K, 2002
Gambar 2.2. menunjukkan bahwa perilaku seseorang terbentuk dari faktor adanya minat terhadap perilaku tersebut. Minat ini dibentuk oleh sikap terhadap perilaku dan
Kepercayaan dari perilaku
Evaluasi dari hasil perilaku
Kepercayaan normatif
Sikap terhadap perilaku
Motivasi untuk mengikuti
Norma subjektif
Minat terhadap perilaku
Perilaku
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
norma subjektif. Sikap terhadap perilaku dipengaruhi oleh kepercayaan dari perilaku dan evaluasi dari hasil perilaku, sedangkan norma subjektif dipengaruhi oleh kepercayaan
normatif dan motivasi untuk mengikuti perilaku tersebut. Seseorang percaya kebiasaan merokok akan memberikan rasa kenikmatan dan kenyamanan serta merasa menjadi lebih
hebat. Norma atau nilai subjektif serta sikap dalam diri seseorang atau orang di sekitarnya seperti orang tua yang merokok, saudara serumah yang merokok, teman yang merokok
serta iklan rokok dapat mempengaruhi minat seseorang untuk berperilaku. Rongga mulut manusia tidak pernah bebas dari bakteri umumnya bakteri plak yang
memegang peranan penting dalam menentukan pembentukan kalkulus. Perlekatan kalkulus dimulai dari pembentukan plak gigi. Dalam waktu beberapa menit setelah terdepositnya
pelikel, pelikel akan terpopulasi dengan bakteri. Bakteri dapat terdeposit langsung pada email tetapi biasanya bakteri melekat terlebih dahulu pada pelikel dan agregat bakteri dapat
menyelubungi glikoprotein saliva Ohmori M. 1995. Asap rokok mempunyai efek terhadap aliran saliva. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa aliran saliva akan
bertambah selama periode merokok. Pertambahan dari aliran saliva menambah pH dan konsentrasi kalsium pada saliva yang juga menyebabkan pertambahan kalsium fosfat
sehingga dengan meningkatnya konsentrasi kalsium menyebabkan terjadinya mineralisasi plak Lubis S, 1999 dalam Kasim E, 2001. Perlekatan plak yang merupakan awal
terbentukya kalkulus, yang jumlahnya lebih besar dijumpai pada perokok akan memperburuk status kebersihan mulut seorang individu, yang kemudian merupakan ko-
faktor terjadinya penyakit periodontal.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
2.7. Kerangka Konsep