Program pengobatan massal MDA yang bertujuan untuk menurunkan prevalensi Mf rate hingga dibawah 1 misalnya, tentu saja menuntut partisipasi
aktif masyarakat di daerah endemis untuk mengkonsumsi obat sekali setahun selama 5 tahun. Dengan berbagai pendidikan, budaya, dan sebagainya, tentunya diperlukan
kerja keras untuk meyakinkan masyarakat pentingnya mengkonsumsi obat dimaksud. Terkait dengan perilaku masyarakat, permasalahan yang ditemui, diantaranya
kurangnya partisipasi dalam pemeriksaan dan pengambilan darah pada malam hari, tidak tuntasnya pengobatan massal, dan perilaku yang tidak aktif dalam mencegah
agar tidak digigit nyamuk. Depkes RI, 2000
2.7. Landasan Teori
Secara umum partisipasi masyarakat dapat diartikan sebagai keikutsertaan, keterlibatan, dan kebersamaan anggota masyarakat dalam suatu kegiatan tertentu baik
secara langsung maupun tidak langsung. Keterlibatan tersebut dimulai dari gagasan, perumusan kebijaksanaan, hingga pelaksanaan program. Partisipasi secara langsung
berarti anggota masyarakat tersebut ikut memberikan bantuan tenaga dalam kegiatan yang dilaksanakan. Partisipasi tidak lansung berupa bantuan keuangan, pemikiran,
dan materi yan dibutuhkan. Partisipasi juga sering diartikan sebagai sumbangan dana, material, tanah atau pada suatu proram atau kegiatan pembangunan yang belum tentu
dikehendaki atau menjadi prioritas masyarakat tersebut, karena prakarsa dan rencana datang dari luar atau dari atas, partisipasi semacam ini dapat diterima masyarakat
sebagai suatu beban.
Azhari: Partisipasi Masyarakat Petani Dalam Pencegahan Penyakit Filariasis Di Kabupaten Asahan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008
Meningkatkan partisispasi masyarakat tidaklah semata-mata berarti melibatkan masyarakat dalam tahap perencanaan atau dalam evaluasi program
belaka. Dalam partisipasi tersirat makna dan integritas keseluruhan program itu. Partisipasi merupakan sikap keterbukaan terhadap persepsi dan perasaan pihak lain :
partisipasi berarti perhatian mendalam mengenai perbedaan atau perubahan yang akan dihasilkan suatu program sehubungan dengan kehidupan masyarakat.
Partisipasi masyarakat dapat menjadi kunci keberhasilan pembangunan sampai pada tingkat bawah. Partisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan program-
program dapat mengembangkan kemandirian self-reliance yang dibutuhkan oleh para anggota masyarakat pedesaan demi akselerasi pembangunan. Depkes 1994
Dalam upaya mengembangkan dan membina partisipasi masyarakat ada beberapa faktor yang bisa membantu atau mendorong upaya tersebut. Faktor-faktor
tersebut sebagian kita jumpai di masyarakat, sebagian di provider dan dapat dibagi dalam :
1. Faktor Pendorong
a. Faktor-faktor di masyarakat Konsep partisipasi masyarakat sebenarnya bukan hal baru bagi kita di
Indonesia. Dari sejak nenek moyang kita, telah adanya semangat gotong royong ini bertolak dari nilai-nilai budaya yang menyangkut hubungan antar
manusia. semangat ini mendorong timbulnya partisipasi masyarakat. b. Faktor-faktor pendorong di pihak provider
Azhari: Partisipasi Masyarakat Petani Dalam Pencegahan Penyakit Filariasis Di Kabupaten Asahan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008
Faktor pendororng terpenting yang ada dipihak provider ialah adanya kesadaran di lingkungan provider, bahwa perilaku merupakan faktor penting
dan besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan. Kesadaran ini melandasi pemikiran pentingnya partisipasi masyarakat. Selain itu keterbatasan sumber
daya di pihak provider juga merupakan faktor yang sangat mendorong pihak provider untuk mengembangkan partisipasi masyarakat.
2. Faktor Penghambat
Seperti halnya faktor pendorong, faktor penghambat juga bisa dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Faktor penghambat yang terdapat di masyarakat terdiri dari ; 1. SikapPersepsi masyarakat yang sangat berbeda dengan persepsi provider
tentang masalah kesehatan yang dihadapi 2. Susunan masyarakat yang sangat heterogen dengan kondisi sosial budaya
yang sangat berbeda-beda pula 3. Pengalaman pahit masyarakat tentang program sebelumnya
4. Adanya vested interest dari beberapa pihak di masyarakat 5. Sistem pengambilan keputusan dari atas ke bawah
6. Adanya berbagai macam kesenjangan sosial 7. Ekonomi sosial masyarakat
8. Pengetahuan masyarakat 9. Pendidikan masyarakat
Azhari: Partisipasi Masyarakat Petani Dalam Pencegahan Penyakit Filariasis Di Kabupaten Asahan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008
b. Faktor penghambat yang terdapat di pihak provider. 1. Terlalu mengejar target, hingga terjerumus dalam pendekatan yang tidak
partisipatif 2. Pelaporan yang tidak objektif ABS, hingga provider keliru menafsirkan
situasi birokrasi, yang sering memperlambat kecepatan dan ketepatan respons pihak provider terhadap perkembangan masyarakat.
3. Persepsi yang berbeda antara provider dan masyarakat. Sunber I.B Mantara 1994, dalam Pendekatan edukatif suatu alternative pendekatan dalam
membangun masyarakat Ada tiga prakondisi tumbuhnya partisipasi, yaitu :
1. Mempunyai pengetahuan yang luas dan latar belakang pendidikan yang memadai sehingga dapat mengidentifikasi masalah, prioritas masalah dan melihat secara
komprehensif. 2. Mempunyai kemampuan untuk belajar cepat tentang permasalahan, dan belajar
untuk mengambil keputusan. 3. Kemampuan mengambil tindakan dan bertindak efektif.
4. Mempunyai Sikap serta keyakinan yang positif tentang masalah yang dihadapi. Ross dalam Notoatmodjo 2005
Azhari: Partisipasi Masyarakat Petani Dalam Pencegahan Penyakit Filariasis Di Kabupaten Asahan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008
2.8. Kerangka Konsep