Hamzah dalam Halimah 1998, di Sulawesi Selatan mengadakan penelitian tentang pemberantasan penyakit filariasis, dengan hasilnya bahwa variabel umur juga
tidak berpengaruh secara bermakna terhadap pencegahan penyakit filariasis tersebut.
5.2. Pengaruh Pendapatan terhadap Partisipasi Masyarakat Petani dalam
Pencegahan Penyakit filariasis
Berdasarkan hasil analisa statistik dengan uji regresi berganda menunjukkan bahwa variabel pendapatan berpengaruh secara signifikan terhadap partisipasi
masyarakat dalam pencegahan penyakit filariasis p = 0,015 = 0,05. Dari hasil penelitian menunjukkan sebanyak 92 penghasilan yang
diperoleh responden rata-rata di bawah Upah Minimum Daerah Kabupaten UMDK yaitu Rp 740,000,-. Penghasilan ini hanya cukup untuk pemenuhan kebutuhan
rumah tangga sehari-hari. Tingginya biaya hidup di Kabupaten Asahan menjadikan masyarakat daerah pedesaan tidak dapat mengalokasikan penghasilan yang diperoleh
untuk kesehatan berupa dana pencegahan penyakit menular seperti penyakit filariasis, Hal yang menjadi masalah yaitu kebutuhan masyarakat dalam hal transportasi
mengingat mahalnya biaya untuk menuju lokasi pertemuan jika ada pertemuan- pertemuan seperti penyuluhan, survey darah jari, pengobatan massal yang difokuskan
pada balai desa setempat, diaspek lainnya masyarakat membutuhkan dana untuk pencegahan gigitan nyamuk seperti pemasangan kawat kasa pada semua ventilasi,
pembelian anti nyamuk secara rutin memerlukan biaya, secara umum masyarakat atau responden tidak mampu untuk membiayainya.
Azhari: Partisipasi Masyarakat Petani Dalam Pencegahan Penyakit Filariasis Di Kabupaten Asahan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008
Sarwono 2005, mengemukakan pendapatan yang tinggi memungkinkan orang untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan atau kebutuhan lainnya lebih baik karena
cukupnya dana yang mereka miliki. Sebaliknya mereka yang berpendapatan rendah lebih mengutamakan kebutuhan-kebutuhan pokoknya, seperti keperluan bahan
makanan, sedangkan untuk biaya kesehatan lingkungan belum menjadi kebutuhan primer.
5.3 Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Partisipasi Masyarakat Petani dalam Pencegahan Penyakit filariasis
Berdasarkan hasil analisa statistik dengan uji regresi berganda menunjukkan bahwa variabel tingkat pendidikan berpengaruh secara signifikan terhadap partisipasi
masyarakat dalam pencegahan penyakit filariasis p = 0,037 = 0,05. Adanya pengaruh tersebut sesuai menurut Chapin dalam Notoadmojo 2005,
mengemukan ada beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi di antaranya variabel pendidikan.
Dari hasil penelitian menunjukkan tingkat pendidikan masih merupakan suatu masalah dimana dari aspek pengukuran yang dilakukan terhadap tingkat pendidikan
responden tersebut sebagian besar atau mayoritas dengan kategori rendah Berdasarkan
pernyataan diatas dapat digambarkan bahwa masyarakat di desa
Sei Paham masih sangat rendah tingkat pendidikannya hal ini sangat mempengaruhi Ini dapat dilihat dimana sebagian besar responden berpendidikan Sekolah Dasar yaitu
43 orang 53,7 . Hal ini berdampak pada cara masyarakat untuk dapat mengetahui dan memahami pengetahuan tentang penyakit filariasis dengan baik
Azhari: Partisipasi Masyarakat Petani Dalam Pencegahan Penyakit Filariasis Di Kabupaten Asahan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008
Beberapa pakar kesehatan dan sosiologi seperti Gani 1991, dalam penelitiannya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemberdayaan masyarakat
untuk ikut serta dalam suatu kegiatan menyimpulkan bahwa, dengan semakin tingginya tingkat pendidikan maka seseorang akan lebih cendrung ikut serta dalam
sesuatu kegiatan yang ada di masyarakat. Menurut Kneller dalam Sumantri 1995, mendefinisikan bahwa pendidikan
secara luas dapat diartikan sebagai usaha yang sadar dan sistematis dalam membantu anak didik untuk mengembangkan pikiran, kepribadian, dan kemampuan fisiknya,
Ross dalam Notoatmodjo 2005, berpendapat ada tiga prakondisi tumbuhnya partisipasi, yaitu :
1. Mempunyai pengetahuan yang luas dan latar belakang pendidikan yang memadai sehingga dapat mengidentifikasi masalah, prioritas masalah dan melihat secara
komprehensif. 2. Mempunyai kemampuan untuk belajar cepat tentang permasalahan, dan belajar
untuk mengambil keputusan. 3. Kemampuan mengambil tindakan dan bertindak efektif.
4. Mempunyai persepsiSikap serta keyakinan yang positif tentang masalah yang dihadapi.
Dari definisi tersebut diatas, sehubungan dengan partisipasi masyarakat petani, maka tingkat pendidikan yang tinggi cendrung lebih mempunyai cara pikir
yang relatif tinggi pula, sehingga dalam mengambil keputusan yang berhubungan
Azhari: Partisipasi Masyarakat Petani Dalam Pencegahan Penyakit Filariasis Di Kabupaten Asahan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008
dengan dirinya termasuk upaya untuk menjaga kesehatan akan dilakukan seobjektif dan sepositif mungkin.
5.4.
Pengaruh Pengetahuan terhadap Partisipasi Masyarakat Petani dalam Pencegahan Penyakit filariasis
Berdasarkan hasil analisa statistik dengan uji regresi berganda menunjukkan bahwa variabel pengetahuan berpengaruh secara signifikan terhadap partisipasi
masyarakat dalam pencegahan penyakit filariasis p = 0,026 = 0,05. Dari hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan responden tentang
peyakit filariasis masih merupakan suatu masalah dimana dari aspek pengukuran yang dilakukan terhadap tingkat pengetahuan responden tersebut sebagian besar atau
mayoritas dengan kategori kurang baik yaitu sebanyak 59 orang 78,7 Berdasarkan
pernyataan diatas dapat digambarkan bahwa masyarakat di desa
Sei Paham masih sangat rendah tingkat pengetahuannya tentang penyakit filariasis. Ini dapat dilihat dimana sebagian besar responden berpendidikan Sekolah Dasar yaitu
43 orang 53,7 . Hal ini berdampak pada cara masyarakat untuk dapat mengetahui dan memahami pengetahuan tentang penyakit filariasis dengan baik
Menurut Notoadmodjo 1993, perilaku seseorang akan lebih baik dan dapat berlangsung lama untuk bertahan apabila didasari dengan tingkat pengetahuan yang
baik, oleh sebab itu pengetahuan sangat dibutuhkan agar masyarakat dapat mengetahui mengapa mereka harus melakukan sesuatu dan bagaimana tentang
penyakit filariasis
Azhari: Partisipasi Masyarakat Petani Dalam Pencegahan Penyakit Filariasis Di Kabupaten Asahan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008
Dalam perogram pencegahan penyakit filariasis akan dapat terlaksana dengan baik apabila semua komponen yang ada di dalam lingkungan masyarakat sama-sama
mendukung. Manusia merupakan salah satu komponen yang dapat mempengaruhi terjadinya suatu penyakit. Dimana manusia yang selalu berinteraksi dengan
lingkungan dan ini merupakan rantai terjadinya penularan penyakit. Seseorang yang memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik akan cendrung melakukan sesuatu
tindakan dan pemikiran yang lebih baik dalam melakukan sesuatu hal, terutama dibidang kesehatan. Dengan cara meningkatkan tingkat pengetahuan masyarakat atau
responden tentang penyakit filariasis melalui berbagai media dan cara yang tepat, akan dapat membantu terlaksananya pencegahan penyakit filariasis.
Tingkat pengetahuan masyarakat atau responden secara umum dapat ditingkatkan melalui penyediaan sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan-
pelatihan kader kesehatan oleh pemerintah melalui dinas terkait agar dapat memiliki ilmu pengetahuan dengan baik, terutama mengenai lingkungan dan permasalahannya
terhadap masyarakat tentang penyakit filariasis. Hal ini sangat membantu mengingat di desa Sei Paham merupakan daerah endemi penyakit filariasis.
Dengan terlaksananya
program-program untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat atau responden dengan baik, maka diharapkan masyarakat dapat
mengetahui bahwa penyakit filariasis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh berbagai jenis cacing filaria dan penularannya melalui berbagai jenis nyamuk
dan masyarakat juga mengetahui dengan baik gejala-gejala penyakit filariasis serta mengetahui cara pencegahan dan penanggulangan penyakit tesebut
Azhari: Partisipasi Masyarakat Petani Dalam Pencegahan Penyakit Filariasis Di Kabupaten Asahan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008
Menurut Soewasono 1980, pengetahuan adalah mencakup apa yang dialami sebagai hasil tentang hal-hal yang terjadi atau ada dilingkungannya, sebagai hasil
refleksi intern atau proses berpikir. Craig dan Mayo dalam Yustina I 2005, mengatakan Empowerment is road
to participation. Pemberdayaan merupakan syarat bagi terciptanya suatu partisipasi dalam masyarakat. Belum adanya partisipasi aktif dalam masyarakat untuk
menciptakan kondisi yang kondusif pada proses pembangunan mengisyaratkan belum berdayanya sebagian masyarakat kita. Keberdayaan memang menjadi syarat untuk
berpartisipasi, karena merupakan sesuatu yang sulit bagi masyarakat ketika mereka dikehendaki berpartisipasi namun tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang
segala aktivitas yang mendukung proses pembangunan Ross dalam Notoatmodjo 2005, berpendapat ada tiga prakondisi tumbuhnya
partisipasi, yaitu : 1. Mempunyai pengetahuan yang luas dan latar belakang pendidikan yang memadai
sehingga dapat mengidentifikasi masalah, prioritas masalah dan melihat secara komprehensif.
2. Mempunyai kemampuan untuk belajar cepat tentang permasalahan, dan belajar untuk mengambil keputusan.
3. Kemampuan mengambil tindakan dan bertindak efektif. 4. Mempunyai persepsiSikap serta keyakinan yang positif tentang masalah yang
dihadapi.
Azhari: Partisipasi Masyarakat Petani Dalam Pencegahan Penyakit Filariasis Di Kabupaten Asahan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008
Notoatmodjo 1985, menyatakan bahwa pengetahuan merupakan salah satu unsur yang diperlukan seseorang agar dapat melakukan sesuatu, unsur-unsur
tersebut adalah : 1.
Pengetahuanpengertian dan pemahaman tentang apa yang akan dilakukannya. 2.
Keyakinan dan kepercayaan tentang manfaat dan kebenaran dari apa dan mengapa dilakukannya.
3. Sarana yang diperlukan untuk melakukannya.
4. Dorongan atau motivasi untuk berbuat yang dilandasi oleh kebutuhan yang
dirasakan. Hal yang dapat disarankan peneliti untuk mengatasi dan membantu
meningkatkan keadaan dan kondisi pengetahuan masyarakat tentang penyakit filariasis antara lain adalah melaksanakan sosialisasi dalam hal program
pemberantasan penyakit filariasis secara berkelanjutan yang dilakukan oleh semua pihak yang terkait. Antara lain Dinas Kesehatan, Puskesmas, dan pemerintah
setempat. Selain dari pada itu perlu juga adanya motivasi dari pemerintah yang positif terhadap masyarakat dengan mengadakan perlombaan di bidang kesehatan
lingkungan, mengadakan pelatihan-pelatihan kepada kader kesehatan tentang pencegahan secara dini penyakit filariaisis serta pemutaran film-film dokumenter
yang bersifat memperkenalkan secara dini dan memberikan informasi yang benar- benar tentang penyakit filariasis
Azhari: Partisipasi Masyarakat Petani Dalam Pencegahan Penyakit Filariasis Di Kabupaten Asahan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008
5.5. Pengaruh Sikap terhadap Partisipasi Masyarakat Petani dalam