dengan hutan rawan, sepanjang sungai atau badan air lain yang ditumbuhi tanaman air. Adapun daerah endemis Wuchereria Bancrofti tipe perkotaan urban adalah
daerah-daerah perkotaan yang kumuh. Padat penduduknya dan banyak genangan air kotor rural secara umum kondisi lingkungannya sama dengan daerah endemis
Brugia Malayi, WHO Oemijiati, 1999.
2.5.1. Gejala Penyakit Filariasis
Pada tahap awal, penderita yang terkena penyakit ini mengalami demam berulang 1 – 2 kali atau lebih setiap bulan selama 3 – 5 hari, terutama bila bekerja
berat. Demam ini dapat sembuh sendiri tanpa diobati. Setelah itu timbul benjolan dan terasa nyeri pada lipat paha atau ketiak tanpa adanya luka badan. Selain itu teraba
adanya urat seperti tali yang berwarna merah dan sakit mulai dari pangkal paha atau ketiak, berjalan searah ujung kaki, atau tangan. Pada tahap lanjut, terjadi pembesaran
yang hilang timbul pada kaki, tangan, kantong buah zakar, payudara dan alat kelamin wanita, yang lama kelamaan menjadi cacat menetap. Namun demikian, tidak semua
penderita menunjukkan gejala yang dimaksud. Bisa saja tubuhnya terlihat sehat. Tetapi dalam tubuh sudah terdapat cacing dewasa dan anak cacing yang beredar
dalam darah. Pengambilan darah jari untuk memeriksa adanya cacing filaritas dalam tubuh
seseorang dilakukan pada malam hari karena anak cacing beredar di darah pada malam hari. Depkes RI, 2000.
Azhari: Partisipasi Masyarakat Petani Dalam Pencegahan Penyakit Filariasis Di Kabupaten Asahan Tahun 2007, 2007. USU e-Repository © 2008
2.5.2. Pengobatan Penderita
Penanggulangan penyakit filariasis telah banyak dilakukan antara lain dengan melalui program pemberantasan penyakit filariasis dengan pengobatan Massal
MDA yang bertujuan untuk menurunkan prevalens Mf-rate hingga dibawah 1 . Pengobatan kepada penderita filariasis dan masyarakat salah satu cara pemutusan
mata rantai penularan. Pengobatan jangka pendek dapat mencegah penularan penyakit dan mencegah kecacatan, sedangkan jangka panjang dapat menyembuhkan
penderita. Pengobatan penderita filariasis di Indonesia adalah dengan pemberian obat, yaitu Mass Drug Administration MDA dan Garam DEC Deithylcarbamazine,
Depkes RI, 2000.
2.5.3. Pencegahan Penyakit Filariasis
Mengingat nyamuk merupakan penular dari penyakit ini, tentu saja upaya pencegahannya yang utama adalah terhindar dari gigitan nyamuk dengan berbagai
cara seperti : tidur memakai kelambu, menutup ventilasi rumah dengan kawat kasa halus, memasang obat nyamuk, dan memakai anti nyamuk.
Upaya penting lain yang perlu dilakukan adalah membersihkan tempat-tempat perindukan nyamuk, dan juga penyemprotan untuk membunuh nyamuk dewasa.
Depkes RI, 2000.
2.6. Eliminasi Filariasis