Proses Pembangunan Sosial Ekonomi

2.7.3. Proses Pembangunan Sosial Ekonomi

Dalam proses pembangunan pada dasarnya dipengaruhi sekurang-kurangnya dua dimensi. Dimensi pertama adalah dimensi makro yang menggambarkan bagaimana institusi negara melalui kebijakan dan peraturan yang dibuatnya mempengaruhi proses perubahan disuatu masyarakat. Dimensi kedua adalah dimensi mikro, dimana individu dan kelompok dalam masyarakat mempengaruhi proses pembangunan terjadi pada suatu masyarakat. Karena pembangunan yang direncanakan secara makro pun perlu didukung dalam penerapannya di-level mezzo dan mikro. Sedangkan individu dan kelompok itu sendiri ketika mereka itu sudah masuk menjadi kelompok elite dalam pembuatan keputusan, baik mereka dipihak pemerintah, lembaga swadaya masyarakat maupun dunia usaha, pada akhirnya akan mempengaruhi bentuk kebijakan yang diluncurkan. Untuk menggambarkan ke dua dimensi tersebut Era awal dari pembahasan mengenai teori pembangunan adalah dikemukakannya, ”Pemikiran mengenai teori pertumbuhan ini berasal dari pendapat kaum ekonom ortodoks yang melihat pembangunan sebagai pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya diasumsikan akan meningkatnya standar kehidupan Clark,1991. Pada umumnya menggunakan GNP Gross National Product atau PDB Pendapatan Domestik Bruto sebagai salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Sebagai hasilnya ada beberapa pendekatan yang dikenal sebagai pendekatan utama dalam teori pembangunan. Hadad 1980 mensarikan dari apa yang dijabarkan Troeller mengungkapkan kembali ke lima pendekatan yaitu Muhammad Haldun: Implikasi Normalisasi Sei Badera Terhadap Pemukiman Masyarakat di Kecamatan Medan Marelan, 2008. USU e-Repository © 2008 pendekatan pertumbuhan, pendekatan pemerataan, paradigma ketergantungan, pendekatan kebutuhan pokok dan pendekatan kemandirian M.P.Todaro,1989:900. Dengan demikian Todaro menyimpulkan bahwa pembangunan harus dipahami sebagai suatu proses berdimensi jamak yang melibatkan perubahan- perubahan besar dalam struktur sosial, sikap masyarakat dan kelembagaan nasional, seperti halnya percepatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketidak merataan dan pemberantasan kemiskinan absolute M.P.Todaro,1989:900. Pembangunan ekonomi dan pembangunan sosial tidak dapat dinilai sebagai dua entitas dikotomis yang sering terpisah satu sama lain, melainkan dua hal yang berjalan bersama-sama, yakni pemaknaan dimensi sosial terhadap pembangunan ekonomi. Dengan kata lain, pembangunan pada Dasrnya harus menampilkan perubahan yang menyeluruh, meliputi usaha penyelarasan keseluruhan sitem sosial terhadap kebutuhan Dasar dan keinginan-keinginan yang berbeda bagi setiap individu dan kelompok sosial, berpindah dari suatu kondisi yang dianggap sebagai tidak menyenangkan kepada suatu kondisi kehidupan yang dianggap lebih baik. Kecamatan Medan adalah salah satu kecamatan yang berada pada daerah pinggiran Utara kota Medan yang terdiri dari 4 empat Kelurahan; yaitu, Kelurahan Paya Pasir, Kelurahan Terjun, Kelurahan Rengas Pulau dan Kelurahan Tanah Enam Ratus. Kehidupan penduduknya berpendapatan dari beberapa status, mulai dari Pegawai Negeri Sipil, swasta,buruh pabrik,petani sampai pada nelayan. Penduduk yang bermukim pada sekitar aliran Sei Badera rata-rata bermata pencaharian dari Muhammad Haldun: Implikasi Normalisasi Sei Badera Terhadap Pemukiman Masyarakat di Kecamatan Medan Marelan, 2008. USU e-Repository © 2008 bidang pertanian baik petani tadah hujan maupun dengan memakai irigasi pertanian serta nelayan penangkap ikan di laut. Mereka ini yang terkena implikasi langsung terhadap kegiatan normalisasi Sei Badera. Muhammad Haldun: Implikasi Normalisasi Sei Badera Terhadap Pemukiman Masyarakat di Kecamatan Medan Marelan, 2008. USU e-Repository © 2008

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Bentuk Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pemilihan pendekatan kualitatif ini didasarkan pada tujuan dari penelitian yakni untuk menggali atau membangun suatu proposisi atau menjelaskan makna dibalik realita. Adapun strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi deskriptif kualitatif. Dimana strategi ini dimulai dari analisis data yang terhimpun dari suatu penelitian, kemudian bergerak kearah kesimpulan kategori atau ciri-ciri umum tertentu. Selain itu peneliti juga menggunakan penelitian berdasarkan studi kasus dengan alasan Pertama, mengacu pada Robert K Yin 1961:1 dalam MT Felix Sitorus 1998:25 yang menjelaskan bahwa pilihan kasus sebagai strategi penelitian jika a pertanyaan penelitian berkenaan dengan “bagaimana” dan “mengapa”, b peluang peneliti sangat kecil untuk mengontrol peristiwagejala sosial yang hendak diteliti dan c penelitian berdasarkan peristiwagejala sosial kontemporer masa kini dalam kehidupan nyata. Kedua, tujuan penelitian bersifat menjelaskan atau memaparkan tentang implikasi normalisasi sungai. Ketiga, hasil penelitian diharapkan dapat menyusun suatu strategi yang bersifat umum. Muhammad Haldun: Implikasi Normalisasi Sei Badera Terhadap Pemukiman Masyarakat di Kecamatan Medan Marelan, 2008. USU e-Repository © 2008