Implikasi Sejarah Pembentukan Kota

Seiring dengan kamajuan kota maka persoalan pemukiman semakin kompleks dengan segala permasalahannya. Banjir merupakan salah satu contoh kasus yang sering terjadi di Kota-Kota Besar di Indonesia. Dengan demikian, persoalan banjir sebenarnya terkait dengan persoalan fungsi sungai. Banyak sekali dijumpai bahwa sungai tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya. Melainkan sungai telah menjadi tempat sampah yang panjang dan praktis bagi masyarakat perkotaan. Sehingga harus ada upaya untuk melakukan normalisasi terhadap fungsi sungai. Untuk melakukan normalisasi tersebut sangat erat kaitannya dengan implikasi yang ditimbulkan dari normalisasi sungai tersebut. Sehingga, selanjutnya kita akan mendefinisikan terlebih dahulu tentang implikasi dari sebuah kebijakan.

2.1.2. Implikasi

Dalam setiap setiap perumusan kebijakan apakah itu menyangkut program maupun kegiatan-kegiatan selalu diiringi dengan suatu tindakan pelaksanaan dan kemudian dapat dirasakan implikasinya. Karena betapapun baiknya suatu kebijakan tanpa menghasilkan implikasi yang jelas, maka tidak akan banyak berarti bagi masyarakat. Merujuk secara etimologis terminologi implikasi adalah suatu hasil atau keadaan yang dapat dilihat dan dirasakan Kamisa, 1997:241. Burhani juga mengatakan bahwa implikasi merupakan hasil akhir dari suatu kebijakan atau program yang telah dilaksanakan Burhani, 2005:207. Muhammad Haldun: Implikasi Normalisasi Sei Badera Terhadap Pemukiman Masyarakat di Kecamatan Medan Marelan, 2008. USU e-Repository © 2008 Selanjutnya pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Van Meter dan Van Horn Peter F.Drucker,1075 yang mengemukakan bahwa: “Implikasi sebagai hasil dari tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat maupun kelompok-kelompok pemerintah dan swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam suatu kebijakan.” Standar dan sasaran kebijakan didasarkan pada kepentingan utama terhadap faktor-faktor yang menentukan pencapaian kebijakan. Menurut Van Meter dan Van Horn, identifikasi indikator-indikator pencapaian merupakan tahap yang krusial dalam analisis Implikasi kebijakan. Indikator-Indikator pencapaian ini menilai sejauh mana ukuran-ukuran Dasar dari tujuan-tujuan kebijakan telah direalisasikan. Sumber daya layak mendapat perhatian karena menunjang keberhasilan implikasi kebijakan yang tepat guna. Sumber daya yang dimaksud adalah mencakup dana atau perangsang insentive. Winarno,2002:110. Komunikasi antar organisasi dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan akan mendukung implikasi yang efektif. Dengan demikian, sangat penting untuk memberi perhatian yang besar kepada kejelasan ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan, ketepatan komunikasinya dengan para pelaksana, dan konsistensi atau keseragaman dari ukuran dasar dan tujuan-tujuan yang dikomunikasikan dengan berbagai sumber informasi Winarno,2002:111. Karakteristik badan-badan pelaksana juga mempengaruhi pencapaian kebijakan. Menurut Van Meter Van Horn. Pembahasan ini tidak bisa lepas dari Muhammad Haldun: Implikasi Normalisasi Sei Badera Terhadap Pemukiman Masyarakat di Kecamatan Medan Marelan, 2008. USU e-Repository © 2008 struktur birokrasi. Struktur birokrasi diartikan sebagai karakteristik-karateristik, norma-norma dan pola-pola hubungan yang terjadi berulang-ulang dan badan-badan eksekutif yang mempunyai hubungan baik potensial mapun nyata dengan apa yang mereka miliki dengan menjalankan kebijakan. Komponen dan model ini terdiri dari ciri-ciri struktur formal dari organisasi-organisasi dan atribut-atribut yang tidak formal dari para personil Winarno,2002:116. Sedangkan menurut Edward III dalam Winarno, implikasi adalah tahap pembuatan kebijakan antara pembentukan kebijakan dan konsekuensi-konsekuensi kebijakan bagi masyarakat yang dipengaruhinya. Menurut Winarno ada empat faktor atau variable krusial dalam implikasi kebijakan publik. Faktor-faktor atau variabel- variabel tersebut adalah komunikasi, sumber-sumber, kecenderungan-kecenderungan, dan struktur birokrasi Winarno,2002:126. Menurut Edward persyaratan pertama bagi tercapainya implikasi yang efektif adalah bahwa mereka yang melaksanakan keputusan harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan. Secara umum Edward membahas tiga hal penting dalam proses komunikasi kebijakan, yaitu, transmisi, konsistensi, dan kejelasan Winarno,2002:126. Faktor pertama yang berpengaruh terhadap komunikasi kebijakan adalah transmisi. Sebelum pejabat dapat meng-implikasikan suatu keputusan, ia harus menyadari bahwa suatu keputusan telah dibuat dan suatu perintah untuk pelaksanaannya telah dikeluarkan Winarno,2002:126. Muhammad Haldun: Implikasi Normalisasi Sei Badera Terhadap Pemukiman Masyarakat di Kecamatan Medan Marelan, 2008. USU e-Repository © 2008 Faktor kedua yang dikemukakan Edward III adalah kejelasan. Jika kebijakan- kebijakan diimplikasikan sebagaimana yang diinginkan, maka petunjuk-petunjuk pelaksana tidak hanya harus diterima oleh para pelaksana kebijakan, tetapi juga komunikasi kebijakan tersebut harus jelas. Sering kali instruksi-instruksi yang diteruskan kepada pelaksana-pelaksana kabur dan tidak menetapkan kapan dan bagaimana suatu program dilaksanakan. Ketidakjelasan pesan komunikasi yang disampaikan berkenaan dengan implikasi kebijakan, akan mendorong terjadinya interpretasi yang salah bahkan mungkin bertentangan dengan makna peran awal Winarno,2002:128. Faktor ketiga yang berpengaruh terhadap komunikasi kebijakan adalah konsistensi. Jika implikasi kebijakan ingin berlangsung efektif, maka perintah- perintah pelaksanaan harus konsistensi dan jelas.Walaupun perintah-perintah yang disampaikan kepada para pelaksana kebijakan mempunyai unsur kejelasan, tetapi bila perintah tersebut bertentangan maka perintah tersebut tidak akan memudahkan para pelaksana kebijakan menjalankan tugasnya dengan baik. Di sisi yang lain, perintah- perintah implikasi kebijakan yang tidak konsisten akan mendorong para pelaksana mengambil tindakan yang sangat longgar dalam menafsirkan dan meng-implikasikan kebijakan Winarno,2002:129. Implikasi yang efektif dapat terjadi menurut Grindle ditentukan oleh pelaksanaan atau implementasi dari kebijakan yang telah diputuskan atau ditetapkan oleh para pengambil keputusan. Langkah ini tidak berhenti sampai disini, karena Muhammad Haldun: Implikasi Normalisasi Sei Badera Terhadap Pemukiman Masyarakat di Kecamatan Medan Marelan, 2008. USU e-Repository © 2008 konsistensi antara pembuat keputusan dan para pekerja atau pelaksana keputusan dilapangan juga memiliki peran yang teramat penting dalam hal melahirkan implikasi yang tepat guna dan berdaya guna Wibawa dkk,1994 :32. Ide Dasar Grendel adalah bahwa setelah kebijakan ditransformasikan menjadi program aksi maupun proyek individual dan biaya telah disediakan, maka kebijakan dilaksanakan. Tetapi ini tidak berjalan mulus, tergantung pada implementability dari program itu yang dapat dilihat daripada isi dan konteks kebijakannya Wibawa dkk,1994 :32. Isi kebijakan mencakup : pertama, kepentingan yang terpengaruhi oleh kebijakan. Kedua, jenis manfaat yang akan dihasilkan. Ketiga, derajat perubahan yang diinginkan. Keempat, kedudukan pembuat kebijakan. Kelima, siapa pelaksana program. Keenam, sumber daya yang dikerahkan Wibawa dkk.1994:22. Yang dimaksudkan oleh Grindle dengan konteks kebijakan adalah pertama, kekuasaan, kepentingan, dan strategi aktor yang terlibat. Kedua, karakteristik lembaga dan penguasa. Ketiga, kepatuhan serta daya tanggap pelaksana Wibawa dkk,1994:24. Sementara Winarno mengatakan bahwa dalam rangka melaksanakan suatu program atau kebijakan yang harus dijalankan sehingga akan memiliki implikasi yang memuaskan dimasyarakat, terdapatnya konsistensi antara keputusan dan implementasi di lapangan. Suatu kebijakan harus terencana dengan baik sehingga mempunyai implikasi atau tujuan yang diinginkan Winarno 2002:101. Muhammad Haldun: Implikasi Normalisasi Sei Badera Terhadap Pemukiman Masyarakat di Kecamatan Medan Marelan, 2008. USU e-Repository © 2008 Kemudian dalam merumuskan suatu kebijakan perlu dilakukan proses penyusunan kebijakan publik agar dalam menerapkan kebijakan tersebut benar-benar bermanfaat dan berguna bagi pembangunan dan masyarakat khususnya sebagai implikasi dari kebijakan tersebut.

2.2. Proses Penyusunan Kebijakan Publik