Manajemen Proyek Normalisasi Sei Badera

2.3. Manajemen Proyek

Pengelolaan yang dikenal sebagai , “Managemen Proyek“ adalah salah satu cara yang ditawarkan untuk maksud tersebut, yaitu suatu metode pengelolaan yang dikembangkan secara intensif sejak pertengahan abad 20 untuk menghadapi kegiatan khusus yang berbentuk proyek. Penjabaran manajemen proyek bisa digambarkan dari kegiatan-kegiatan, identifikasi objek yang akan dikelola, yaitu kegiatan proyek, membahas konsep pengelolaan yang akan dipakai ialah manajemen proyek, menjabarkan konsep di atas menjadi metode, teknik dan tata laksana, mengkaji kelayakan sebelum memutuskan untuk mewujudkan suatu gagasan menjadi bentuk fisik, menyiapkan dan menyediakan perangkat dan peserta, dan implikasi fisik di lapangan Hessel, 2003:100. Manajemen proyek dalam artian ini dibedakan dari manajemen sistem administratif, dan hal ini berhubungan dengan perlakuan exercise dari tanggungjawab langsung bagi produk akhir organisasi yakni pembangunan dan pemberlakuan perundang-undangan publik. Dalam hal ini adalah normalisasi sungai Sei Badera yang masuk dalam fasilitas atau sarana dan prasarana umum.Hessel, 2003:101. Manajemen proyek memiliki peran yang cukup penting. Apalagi proyek yang dikerjakan memiliki nilai penting terhadap publik, tentunya mendapatkan perhatian yang cukup luas dari publik atau seluruh stakeholder yang terlibat baik secara langsung atau tidak. Peran manajemen proyek akan hampir selalu mendesak dalam Muhammad Haldun: Implikasi Normalisasi Sei Badera Terhadap Pemukiman Masyarakat di Kecamatan Medan Marelan, 2008. USU e-Repository © 2008 pengawasan dikarenakan interpretasi dan defenisi kebutuhan publik. Hal ini merupakan titik awal dasar bagi disain program publik dan untuk defenisi sasaran goals dan tujuan objectives jangka panjang dan bahkan tujuan jangka pendek Hessel, 2003:102.

2.4. Perencanaan dan Pembiayaan Daerah

Perencanaan pembangunan meliputi juga lingkup regional atau daerah. Daerah dapat diartikan dari sudut politik maupun ekonomi. Dari sudut politik, daerah merupakan wilayah dalam suatu negara yang dibagi secara administratif. Dari sudut ekonomi, daerah merupakan wilayah dengan masalah-masalah sosial dan ekonomi yang diakibatkan oleh kondisi alam, kesuburan tanah, iklim dan lain sebagainya. Perencanaan daerah sebagai bagian dari suatu negara dapat diartikan sebagai 1 Perencanaan kota, daerah metropolitan atau wilayah yang mempunyai otoritas tersendiri, misalnya otorita Batam 2 Perencanaan yang meliputi beberapa daerah yang mempunyai kondisi hampir bersamaan 3 Perencanaan pembangunan proyek- proyek yang berlokasi di daerah dengan tujuan mengurangi ketimpangan pada masing-masing daerah tersebut. Pembangunan daerah merupakan semua kegiatan pembangunan termasuk maupun yang tidak termasuk urusan rumah tangga daerah yang meliputi berbagai sumber pembiayaan, baik yang berasal dari pemerintahan APBD, APBN, LOAN Muhammad Haldun: Implikasi Normalisasi Sei Badera Terhadap Pemukiman Masyarakat di Kecamatan Medan Marelan, 2008. USU e-Repository © 2008 atau dana bantuan luar negeri atau mungkin dana yang bersumber dari partisipasi masyarakat. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah dibiayai oleh : a Pemerintah pusat sebagai pelaksana asas dekonsentrasi b Pemerintah Propinsi, pemerintah kabupatenkota sebagai pelaksana asas desentralisasi atas tugas bantuan. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh masyarakat termasuk: a Badan Usaha Milik Negara BUMN, b Badan Usaha Milik Daerah BUMD atau kegiatan masyarakat lainnya. Pembangunan yang merupakan kewajiban pemerintah daerah dibiayai dari sumber Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD. APBD menggambarkan kemampuan daerah dalam memobilisasi potensi keuangannya. Apabila penerimaan dari sumber daerah cukup besar maka berarti pula mengurangi ketergantungan daerah yang bersangkutan terhadap pusat. Disamping besarnya APBD suatu daerah juga akan berarti besar pula tingkat pelayanan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat. 2.5. Implikasi Kewenangan KabupatenKota, Propinsi dan Pemerintah Pusat dalam Penyediaan Prasarana Wilayah Pada dasarnya, setelah diundangkan melalui Undang-Undang No. 22 tahun 1999, semua kewenangan pemerintah diserahkan kepada daerah otonom kabupatenkota, kecuali 5 bidang yaitu, bidang pertahanan, bidang agama, moneter, Muhammad Haldun: Implikasi Normalisasi Sei Badera Terhadap Pemukiman Masyarakat di Kecamatan Medan Marelan, 2008. USU e-Repository © 2008 peradilan, dan politik luar negeri. Oleh karena itu, tugas-tugas yang sebelumnya ditangani oleh berbagai departemen sekarang diserahkan kepada pemerintah kabupatenkota, terutama tugas-tugas teknis atau pelaksanaan. Disamping itu, ada kewenangan bidang lain yang meliputi kebijakan tentang perencanaan nasional, pengendalian pembangunan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi negara, pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pendayagunaan sumberdaya alam serta teknologi yang strategis, konservasi dan dan standardisasi nasional. Kewenangan-kewenangan yang diatur dalam pasal 7 UU No. 22 tahun 1999 itu, kemudian dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah PP tentang kewenangan pemerintah pusat dan kewenangan propinsi sebagai daerah otonom. Kewenangan itu tidak didasarkan pada tugas-tugas departemen, tetapi dikelompokkan dalam bentuk bidang kegiatan. Oleh karena itu, bila terjadi penghapusan atau penggabungan suatu departemen, fungsi itu tetap ada mesti pengelolaannya berbeda.

2.5.1. Kewenangan KabupatenKota

Wewenang daerah otonom ini tidak dijabarkan dalam UU maupun PP, karena selain hal-hal yang dikecualikan sebagaimana tersebut di atas adalah menjadi wewenang kabupaten. Karena tidak ada ketentuan yang bisa dipedomani untuk menentukan jumlah urusan di kabupatenkota, maka masing-masing daerah otonom berwenang merancang sendiri tugas-tugas yang dilaksanakan dalam bidang sarana Muhammad Haldun: Implikasi Normalisasi Sei Badera Terhadap Pemukiman Masyarakat di Kecamatan Medan Marelan, 2008. USU e-Repository © 2008 dan prasarana. Hal ini tergantung pada kebutuhan,kemampuan dan sumberdaya yang terserdia di masing-masing daerah .

2.5.2. Kewenangan Provinsi

Tugas-tugas di bidang penyediaan sarana dan prasarana wilayah oleh propinsi pada umumnya bersifat lintas kabupaten, sehingga banyak tugas-tugas dinas propinsi yang harus dikoordinasikan agar terjalin keserasian hubungan dan keseimbangan dalam pertumbuhan pembangunan. Peraturan Pemerintah PP No. 25 tahun 2000 merinci tugas-tugas propinsi menyangkut bidang pekerjaan umum sebagai berikut: 1. Penetapan standart pengelolaan sumberdaya air permukaan lintas kabupaten. 2. Pemberian izin pembangunan jalan bebas hambatan lintas kabupatenkota. 3. Penyediaan dukunganbantuan untuk kerjasama antar kabupatenkota dalam pengembangan prasarana dan sarana wilayah yang terdiri atar,pengairan,bendungan,jalan dan jembatan beserta simpul-simpulnya serta jalan bebas hambatan. 4. Penyediaan dukunganbantuan untuk pengelolaan sumberdaya air permukaan, pelaksanaan eksploitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi dan drainase lintas kabupatenkota beserta bangunan-bangunan pelengkapnya. Mulai dari bangunan pengambilan sampai pada saluran percontohan sepanjang 50 meter, dan bangunan sadap. Muhammad Haldun: Implikasi Normalisasi Sei Badera Terhadap Pemukiman Masyarakat di Kecamatan Medan Marelan, 2008. USU e-Repository © 2008 5. Perijinan untuk mengadakan perubahanpembongkaran bangunan-bangunan dan saluran jaringan, serta sarana dan prasarana pekerjaaan umum yang lintas kabupatenkota. 6. Perijinan untuk mendirikan, mengubah maupun membongkar bangunan, bangunan lain, selain yang dimaksud pada angka 5, termasuk yang berada di dalam,di atas maupun yang melintasi saluran irigasi. 7. Pelaksanaan pembangunan dan perbaikan jaringan utama irigasi lintas kabupatenkota beserta bangunan pelengkapnya. 8. Penyusunan rencana penyediaan air irigasi. Di luar tugas-tugas tersebut tentu saja propinsi dapat menangani tugas-tugas pada bidang yang sama yang tidakbelum mampu ditangai oleh kabupatenkota tertentu seperti ketidakmampuan penyediaan dana yang cukup besar jumlahnya. Tetapi dengan syarat adanya penyerahan wewenang dari kabupatenkota dan dengan persetujuan DPRD, Gubernur atau Presiden.

2.6. Normalisasi Sei Badera

Normalisai sungai adalah menormalisasi kondisi sungai ke kondisi semula dengan bentuk yang berbeda maksudnya bahwa apabila kondisi sungai sekarang baik dilihat dari kedalaman sungai, penampang sungai sudah tidak dapat lagi menampung atau menahan arus air sungai sehingga terjadi peluapan air atau bahkan mungkin mengakibatkan banjir di sepanjang daerah aliran sungai, untuk itulah Muhammad Haldun: Implikasi Normalisasi Sei Badera Terhadap Pemukiman Masyarakat di Kecamatan Medan Marelan, 2008. USU e-Repository © 2008 dinormalisasikan dengan membuat atau mengkondisikan kedaaan kedalaman sungai atau perbaikan penampang sungai seperti kedaan sungai semula atau sebelumnya walaupun dalam bentuk yang berbeda. Sei Badera adalah salah satu anak ranting sungai yang berada dalam Daerah Aliran Sungai DAS Belawan yang mengalir melalui daerah Helvetia ke Kecamatan Medan Marelan menuju Sungai Belawan. Sei Badera yang mempunyai panjang 11.80 Km.selama ini kondisinya tidak sesuai dengan sungai-sungai yang dapat menampung banyak debit air ataupun menahan arus sungai yang datangnya dari hulu sungai yang diakibatkan curah hujan yang lebat atau bahkan banjir kiriman dari sungai-sungai yang ada dihulu sungai Sei Badera. Di sepanjang aliran sungai Sei Badera terdapat daerah-daerah pertanian yang produktif dan juga jumlah penduduk yang cukup banyak. Menurut E.Walter Coward Jr.Michael M.Chernea 1988:31 Proyek – proyek yang merehabilitasi atau memperbaiki suatu sistem yang harus bertolak dari suatu pengertian yang komprehensif mengenai aparat fisik dan organisasi sosial yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan irigasi. Dari pengertian ini harus muncul suatu analisis yang lebih tajam mengenai masalah-masalah irigasi yang memerlukan perhatian dan suatu strategi untuk Implikasi yang mengandalkan sumberdaya lokal yang ada termasuk pengetahuan dan pengalaman dan kapasitas bersama dan perubahan yang diinginkan mengenai keadaan tersebut. Kemudian beliau juga menyebutkan suatu proyek harus memperhatikan bagaimana pengaturan sosial yang Muhammad Haldun: Implikasi Normalisasi Sei Badera Terhadap Pemukiman Masyarakat di Kecamatan Medan Marelan, 2008. USU e-Repository © 2008 akan datang tersirat atau tersurat didalam rencana atau dokumen proyek, dan juga dalam bentuk formal dan informal, dikuasai oleh staf dinas atau tidak, memerlukan tindakan perorangan atau bersama dan sebagainya, yang terpenting pengaturan yang akan datang, mungkin atau tidak mungkin bertentangan dengan pola sosial pra proyek. Michael M.Cernea 1988:3 menyatakan,”Mengutamakan manusia,” dalam proyek-proyek pembangunan dapat dipandang sebagai keinginan yang manusiawi dari para perencanaan, dimana dalam suatu proyek pembangunan prioritas faktor Dasar harus sangat diperhatikan dalam kegiatan tersebut. Dan dalam setiap kegiatan dalam proyek-proyek pembangunan berarti memberikan manusia lebih banyak peluang dan berperan secara efektif dalam kegiatan pembangunan,”. Proyek-proyek pembangunan merupakan usaha berencana dengan tujuan mempercepat pembangunan ekonomi. Akan tetapi seringkali kehidupan masyarakat dilupakan dalam sebuah perencanaan untuk pengambilan suatu keputusan pelaksanaan pembangunan, apalagi para tehnokrat dalam melakukan perencanaan pembangunan tidak mau melibatkan para ilmuan sosiologi, karena mereka menganggap yang lebih diutamakan adalah implikasi pembangunan ekonominya bagi masyarakat bukan masalah yang akan timbul setelah beberapa waktu setelah pembangunan suatu proyek dilakukan. Maka sering kita lihat cenderung suatu proyek pembangunan menciptakan kantung-kantung enclaves, mengalihkan sumberdaya dari kegiatan kegiatan non proyek yang paralel, dan mungkin tidak menghasilkan pembangunan yang langgeng Muhammad Haldun: Implikasi Normalisasi Sei Badera Terhadap Pemukiman Masyarakat di Kecamatan Medan Marelan, 2008. USU e-Repository © 2008 diluar jangka waktu yang terbatas. Mengutamakan manusia dalam pembangunan adalah memberikan manusia lebih banyak peluang untuk berperan aktif dalam kegiatan pembangunan seperti; dengan mengawasi kegiatan yang mempengaruhi setiap kegiatan pembangunan yang dilakukan,kemudian bagaimana mewujudkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pelaksanaan pembangunan serta bagaimana sosial planner mengidentifikasi variable-variabel sosial dan merumuskannya dalam kegiatan operasional proyek. Menurut sejarah, pintu masuk pertama bagi ilmu sosial adalah evaluasi hasil- hasil pembangunan oleh sosiologi dikonsultasi untuk menilai apakah program atau proyek tertentu telah benar-benar mencapai seluruh tujuannya dan cepat mengamati akibat-akibat baik dan buruknya. Kecamatan Medan Marelan adalah daerah yang paling panjang dilalui oleh aliran Sei Badera dan merupakan daerah yang paling banyak terkena implikasi dari banjirnya sungai tersebut. Apalagi kalau kita melihat tingginya tingkat urbanisasi penduduk ke Kecamatan tersebut yang tentunya pasti terkena implikasi langsung dari akibat banjir yang sering melanda di daerah tersebut terutama masalah sosial dan perekonomian masyarakatnya.

2.7. Pembangunan Masyarakat