DEFINISI . EPIDEMIOLOGI. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI .

PPOK eksaserbasi didefinisikan sebagai kondisi pasien yang mengalami perubahan diantaranya sesak yang bertambah, batuk yang semakin berat, sputum yang bertambah atau berubah warna. 1,3,6,7 Eksaserbasi pada PPOK adalah terjadinya perburukan yang akut pada saluran nafas dari keadaan stabil. Dasar definisi ini digunakan juga pada perawatan kesehatan, seperti:kunjungan ke dokter yang tidak rutin, perubahan atau penambahan obat-obatan, pemakaian antibiotik, steroid oral pada eksaserbasi dan kunjungan ke rumah sakit. Sebagian PPOK eksaserbasi tidak dirawat dan diobati sendiri. GOLD Global Initiative for chronic obstructive Lung Disease juga merekomendasikan eksaserbasi dapat self-limiting khususnya pada keadaan ringan. 2,4 Eksaserbasi biasanya terjadi karena inflamasi pada saluran nafas dan peningkatan marker inflamasi sistemik. Hurst dkk meneliti 36 biomarker pada PPOK eksaserbasi dimana biomarker yang lebih selektif adalah C-reaktif protein CRP. CRP akan meningkat sensitifitas dan spesifitasnya bila dijumpai peningkatan gejala mayor pada eksaserbasi sesak nafas, volume sputum, atau sputum purulen. 5 Catatan yang dapat diperhatikan dari definisi akan PPOK berdasarkan GOLD 2007 yang mendefinisikan PPOK merupakan suatu penyakit yang dikarakteristikkan dengan hambatan saluran nafas yang biasanya bersifat progresif dan terkait dengan respon inflamasi paru-paru terhadap partikel atau gas berbahaya, adalah pada penekanan terhadap efek-efek ekstrapulmoner dari respon inflamasi itu sendiri. 1

2.2 EPIDEMIOLOGI.

Pada studi populasi selama 40 tahun, didapati bahwa hipersekresi mukus merupakan suatu gejala yang paling sering ter jadi pada PPOK, penelitian ini menunjukkan bahwa batuk kronis, sebagai mekanisme pertahanan akan hipersekresi mukus didapati sebanyak 15-53 pada pria paruh umur, dengan prevalensi yang lebih rendah pada wanita sebanyak 8-22. Studi prevalensi PPOK pada tahun 1987 di Inggris dari 2484 pria dan 3063 wanita yang berumur 18-64 tahun dengan nilai VEP 1 berada 2 Simpangan Baku dibawah VEP Prediksi, dimana jumlahnya meningkat seiring usia, khususnya pada perokok. 14 Organisasi Kesehatan Dunia WHO menyatakan bahwa PPOK sendiri masih merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas ke-3 terdepan, yang kemudian menyebabkan beban sosioekonomik semakin meningkat diseluruh dunia. Pada 12 negara Asia Pasifik, WHO menyatakan angka prevalensi PPOK sedang-berat pada usia 30 tahun keatas, dengan rerata sebesar 6,3, dimana Hongkong dan Singapura dengan angka prevalensi terkecil yaitu 3,5 dan Vietnam sebesar 6,7. 1 Indonesia sendiri belumlah memiliki data pasti mengenai PPOK ini sendiri, hanya Survei Kesehatan Rumah Tangga DepKes 1992 menyebutkan bahwa PPOK bersama-sama dengan asma bronkial menduduki peringkat ke-6 dari penyebab kematian terbanyak di Indonesia. 6 Tingkat morbiditas dan mortalitas PPOK sendiri cukup tinggi di seluruh dunia. Hal ini dibuktikan dengan besarnya kejadian rawat inap, seperti di Amerika Serikat pada tahun 2000 terdapat 8 juta penderita PPOK rawat jalan dan sebesar 1,5 juta kunjungan pada Unit Gawat Darurat dan 673.000 kejadian rawat inap. Angka kematiannya sendiri juga semakin meningkat sejak tahun 1970, dimana pada tahun 2000, kematian karena PPOK sebesar 59.936 vs 59.118 pada wanita vs pria secara berurutan. 1 Ilhamd dkk mendapatkan bahwa penderita PPOK menduduki proporsi terbesar yaitu 31,5 dari seluruh penderita penyakit paru yang dirawat di Bagian Penyakit Dalam RSUP H Adam Malik Medan pada periode Januari hingga Desember 1999 dari keseluruhan penyakit paru yang ada. 7

2.3 FAKTOR RISIKO.

Dokumen yang terkait

Frekuensi Penderita Rinosinusitis Maksila Kronis Yang Disebabkan Infeksi Jamur Di Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher Fakultas Kedokteran Usu / Rsup H. Adam Malik Medan

1 55 87

Distribusi Alergen Pada Penderita Rinitis Alergi Di Departemen Tht-Kl Fk Usu / Rsup H. Adam Malik Medan

4 63 91

Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan

1 66 71

Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Perubahan Skor Forns Penderita Hepatitis Kronis B Penelitian Di Bagian /Smf Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Usu/ RS H Adam Malik Medan Februari 2008 – Juli 2008

1 51 79

Penyakit Arteri Perifer Pada Sindroma Metabolik (Penelitian Di Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran USU/RS H Adam Malik Medan)

7 73 96

Pengaruh Pentoxifylline Terhadap Fibroindeks Pada Penderita Hepatitis Kronis B Penelitian Uji Klinis Di Bagian / SMF Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran USU/ RS H Adam Malik Medan

0 48 73

Beberapa Aspek Anemia Penyakit Kronik Pada Lanjut Usia Penelitian Cross Sectional Di Bagian / SMF Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran USU/ RSUP H. Adam Malik Medan

0 19 51

Perbandingan Kadar Adiponectin Pada Penderita Sindroma Metabolik Dengan Penderita Dm Tipe 2 Baru Penelitian Di Departemen / SMF Ilmu Penyakit Dalam FK Usu / RS H Adam Malik Medan

0 41 77

Kadar C-Reactive Protein Pada Penderita Ppok Eksaserbasi Penelitian Potong Lintang Di Departemen / Smf Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Usu/ Rsup H Adam Malik / RSUD Dr. Pirngadi Medan Maret 2008 – Juni 2008

0 39 81

Perbandingan Kadar Adiponektin Antara Angina Pektoris Stabil Dengan Sindroma Koroner Akut Penelitian Potong Lintang Di Bagian / Smf Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Usu/ Rs H Adam Malik Medan

2 45 68